Bab 926
Adriel tersenyum dengan sopan pada
Deka untuk menyapa.
Begitu kata-kata ini terucap, suasana
di tempat itu langsung menjadi hening
Pemuda di samping Deka segera
mengerutkan kening. Wajahnya menunjukkan ketidaksenangan saat menatap Tanto.
Namun, karena Deka tidak mengatakan
apa-apa, dia pun merasa tidak pantas mengatakan apa-apa. Jadi dia hanya
memperlihatkan sikap yang sangat berhati -hati.
"Tanto, kamu benar-benar
memberiku kejutan..."
Deka memandang Tanto dengan wajah
yang masih tampak tersenyum simpul, tetapi memberi kesan dingin serta
menjauhkan diri. Dia seakan menolak seseorang dari jarak yang sangat jauh.
"Pak Deka, tolong biarkan aku
menjelaskan..."
Tanto dengan wajah muram ingin
mengatakan sesuatu.
Namun, Deka langsung membalas dengan
nada datar, "Nggak perlu."
Lalu, dia menunjuk ke kursi di depan
meja kerjanya sambil berkata, "Duduklah. Ergo, buatkan teh untuk tamu
kita."
Adriel menarik kursi untuk duduk,
sementara pemuda bernama Ergo itu menaruh secangkir teh di depan Adriel dengan
wajah tidak senang. Dia menaruh cangkir teh tidak terlalu lembut, tetapi juga
tidak terlalu kasar.
"Ini cucuku, Ergo Santono. Dia
berkuliah di luar kota selama ini, baru saja kembali ke sisiku. Dibandingkan
dengan Pak Adriel, tentu saja dia masih belum sebanding," ujar Deka.
Deka memperhatikan Adriel sambil
tersenyum, lalu berkata, "Pak Adriel benar-benar orang yang berani. Nggak
heran Pak Gary sangat menghargaimu. Kedepannya, kalian anak muda bisa lebih
sering bertukar pikiran. Aku ini sudah tua, sudah nggak bisa mengikuti cara
berpikir kalian anak muda."
Tanto yang familier dengan bahasa
basa-basi di kalangan pejabat, bisa merasakan bahwa meski kata -kata Deka
terdengar sopan, ada rasa dingin penuh penolakan!
Artinya, Adriel dianggap tidak layak
untuk berinteraksi dengannya.
Jika bukan karena Adriel memiliki
Gary Tak Terkalahkan di belakangnya, Adriel bahkan tidak akan layak untuk
meminum teh ini!
Adriel tersenyum simpul, lalu
berujar, "Pak Deka terlalu memuji. Tapi aku pribadi lebih suka
berkomunikasi dengan generasi yang lebih tua. Sebaliknya, aku sulit berbicara
dengan anak muda seperti Nando...
Sambil tersenyum tak berdaya, Adriel
melanjutkan, " Aku hanya bercanda dengannya, tapi tanpa sengaja aku malah
membuatnya mati. Kamu lihat, urusannya jadi seperti ini, sungguh memalukan. Aku
harus merepotkan Pak Deka untuk menenangkan keluarga korban."
Setelah kata-katanya selesai, Ergo
langsung tertawa dengan dingin.
Ekspresi wajah Deka tetap datar, dia
hanya mengangkat cangkir tehnya.
Mengangkat teh untuk mengusir tamu.
Tanto mulai berkeringat dingin. Dia
segera berkata, "Pak Deka, kami akan segera pergi..."
Setelah mengatakan ini, dia ingin
menarik Adriel untuk berdiri.
Deka tidak langsung menginstruksikan
keluarga Forez untuk menangkap Adriel. Jelas dia sudah menghargai Gary Tak
Terkalahkan dengan melakukan ini.
Jika Adriel terus mengajukan
permintaan yang tidak pantas, kemungkinan besar itu akan membuat Deka merasa
marah.
"Kenapa kamu menarikku?"
tanya Adriel sembari mengerutkan kening.
Wajah Tanto berubah muram. Jika saja
dia punya kekuatan, dia pasti sudah menampar Adriel sampai mati!
Namun, Adriel malah menatap wajah
datar Deka, tersenyum, lalu berkata, "Pak Deka, aku dengar kalau kamu akan
segera pensiun. Konon katanya, setelah pensiun pejabat akan tampak lebih tua
beberapa tahun dalam semalam. Bagaimanapun juga, waktu akan terus berjalan,
hidup seperti itu sungguh nggak mudah. Aku lihat kamu tampak tenang di luar,
tapi sebenarnya kamu masih ingin mempertahankan posisimu lebih lama, 'kan?
Setujui saja satu permintaan dariku, maka aku akan membuatmu tetap berada di
posisimu lebih lama."
Begitu kata-kata ini keluar, semua
orang langsung tercengang. Semua orang memandang Adriel seolah -olah dia adalah
orang gila.
"Kamu bilang, kamu bisa
memberikan masa depan padaku?" ujar Deka.
Bahkan dengan pengalaman Deka yang
begitu matang, dia tetap tertegun. Lalu, dia menyipitkan mata menatap Adriel
sambil berkata, "Anak muda, kata-katamu besar sekali."
Dalam dunia pejabat di Negara Elang,
sudah waktunya untuk Deka pensiun di usianya yang sekarang ini. Kecuali ada
kenaikan jabatan yang memungkinkan usia pensiunnya diperpanjang...
Namun, orang di hadapannya adalah
Adriel. Saat ini, dirinya sendiri sedang berada dalam bahaya, tetapi dia masih
berpikir bisa membuat Deka naik jabatan?
Dia pikir dia siapa?
"Bos, jangan main-main
denganku," kata Tanto.
Tanto merasa hampir menangis. Kali
ini bukan hanya Adriel yang ada dalam bahaya. Kemungkinan besar dirinya dan
bahkan ayahnya pun akan terseret oleh ulah Adriel!
"Adriel, kakekku nggak mau
mengurusi urusanmu. Tapi karena kamu berani mengatakan omongan besar seperti
ini, aku mau lihat bagaimana kamu bisa keluar dari situasi ini. Kebetulan,
keluarga Forez juga meminta kakekku untuk menyelidikimu "kata Ergo.
No comments: