Bab 934
Gary melihat kata-kata di segel dan
beberapa kata di video. Adriel berbicara tentang bagaimana orang- orang yang
mengirimkan kotak itu mati satu per satu.
Gary yang selama ini selalu
berdarah-darah, tetapi tidak pernah menitikkan air mata itu membeku sambil
memgang ponsel di tangannya. Tiba-tiba ada cairan hangat yang mengalir di
wajahnya.
"Ayah Angkat, kamu... "
Raffa tidak berani banyak bicara dan
hendak bertanya dengan hati-hati.
"Markas perang, itu adalah
markas perang...
Gary menekan kata-kata ini dari celah
giginya. Lalu, suaranya menjadi makin keras, lalu akhirnya berubah menjadi
tangisan kesedihan yang menyayat hati, "Bagaimana bisa tidak memiliki
baju? Kita memakai baju yang sama!"
"Itu adalah pasukan pengawal
markas perang kakakku! Itu adalah nomor pasukan mereka!"
"Mereka semua sudah tewas!"
"Kakakku
"Dia juga sudah tewas!"
Bahu Gary sedikit bergetar, tiba-tiba
dia mengangkat matanya. Kesedihan yang menyayat hati dan tak berujung melonjak
ke langit, seolah hendak menembus awan.
Hal ini membuat semua orang
tersentuh.
"Kalau begitu... Adriel
itu..."
Ketika Raffa mendengar ini, dia
terkejut seraya bergumam, "Apa dia keponakanmu?"
"Nggak salah lagi, pasti nggak
salah lagi! Cepat kita kembali ke Kota Majaya, kembali ke Kota Majaya!"
Ketika Gary menemukan keponakannya,
dia tidak merasakan kegembiraan. Hatinya hanya dipenuhi dengan kesedihan dan
amarah. Darah panas melonjak ke dalam hatinya, membuatnya merasa seperti
serigala kesepian yang kehilangan kawanannya. Dia merasa kesepian dan putus
asa.
Tidak lama kemudian, para pengawal di
sekitarnya buru-buru bersiap untuk kembali ke Kota Majaya.
Raffa juga bisa merasakan perasaan
Gary. Dia akhirnya menemukan kakak tertuanya, tetapi hasilnya justru seperti
ini...
"Ayah Angkat, Pak Adriel masih
diburu oleh keluarga Forez."
Raffa segera mengingatkan Gary.
"Keluarga Forez, keluarga Forez
apa lagi, sih!"
Teriakan keras Gary mengguncang
seluruh penonton. Lalu, dengan amarah yang tak ada habisnya dan niat membunuh
di matanya dia kembali berkata, "Bukankah si Tua Bangka itu cuma seorang
Guru Bumi? Kalau dia berani menyentuh keponakanku, aku akan menghabisi seluruh
keluarganya dan nggak akan ada tempat untuk mengubur mayat mereka!"
"Dengarkan perintahku!"
"Kalau keluarga Forez berani
menyentuh sehelai rambut keponakanku. Aku, Gary, akan bertarung sampai mati
dengan keluarga Forez seumur hidupku. Sampai aku menaklukkan seluruh keluarga
Forez!"
"Baik!"
Semangat juang Raffa melonjak dan dia
menyahut dengan nada serius.
Mereka semua mengabaikan urusan
keluarga Lavali dan hendak pergi.
Tetua itu juga terkejut dengan berita
ini. Wajahnya tampak terkejut dan hatinya terguncang.
Jika putra tertua keluarga Lavali
kembali, masalahnya akan menjadi sangat serius.
Namun, saat ini tiba-tiba dia
merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya. Tetua itu melihat Gary yang sedang
menatapnya dengan tatapan penuh dendam. Seperti musuh yang ingin membunuhnya.
Lalu, Gary berkata, "Hei, anjing tua. Kakakku tewas karena kalian yang memaksanya
untuk menghilangkan kultivasinya! Aku akan pergi menyelamatkan
keponakanku!"
"Kamu tunggu saja sambil
membersihkan lehermu!"
"Begitu aku membawa keponakanku
kembali, aku akan menyuruh keponakanku untuk membunuhmu dengan tangannya
sendiri. Aku akan menggunakan darah sekumpulan anjing tua seperti kalian untuk
menghormati roh kakakku yang sudah ada di surga!"
Melihat tatapan Gary yang dipenuhi
dengan niat membunuh dan kebencian yang tak ada habisnya. Tetua itu sontak
terkejut. Gary bertekad untuk bertarung sampai mati dengan dirinya.
"Nggak, Gary, kamu... kita bisa
bicara baik-baik. Saat itu, kami juga nggak bermaksud..."
Tiba-tiba dia merasa panik.
Sebelumnya, Tetua itu menggunakan warisan Dito sebagai ancaman untuk membuat
Gary tidak berani bertindak gegabah. Akan tetapi, kini Gary tampaknya tidak
memiliki kelemahan.
Dia bahkan tidak bisa membayangkan
apa yang akan dilakukan Gary jika dia benar-benar menggila!
Tidak lama kemudian, wajahnya menjadi
pucat karena ketakutan. Tetua itu hendak mengajak untuk berdamai, tetapi Gary
hanya meninggalkan kata- kata gila dan dingin ini, kemudian berbalik dan pergi
bersama Raffa
Dia hanya meninggalkan jasad yang
bergelimpangan di halaman.
No comments: