Bab 941
Sayangnya, itu semua adalah cerita
lama. Setelah leluhur keluarga Surya meninggal, keturunannya tidak cukup
berprestasi. Keluarga Surya pun perlahan-lahan mulai merosot dan hanya bertahan
di tanah leluhur mereka di Kota Majaya saja.
Pedang Naga Batu Alam adalah pedang
yang dimiliki oleh leluhur keluarga Surya saat masih muda. Meski hanya tingkat
puncak, pedang itu memiliki arti simbolis yang sangat tinggi. Biasanya disimpan
di kuil leluhur untuk disembah.
Keluarga Surya memberikan Pedang Naga
Batu Alam kepada Gilbert, yang menunjukkan betapa besarnya harapan yang
diberikan pada Gilbert!
Kini, Gilbert berniat menjadikan
mayat Adriel sebagai pijakan untuk menambah pencapaian cemerlang di
kultivasinya!
Bam!
Gilbert melangkah maju dengan
dipenuhi aura pedang yang tajam. Pedang di tangannya seolah hidup. Itu
mengeluarkan dengungan yang mengguncang langit, memancarkan kesan tak
terkalahkan yang menggetarkan hati.
Ketika pedangnya menyapu, suara yang
tajam membelah udara. Bahkan sebelum pedangnya tiba, gelombang energi pedang
sudah lebih dulu menerjang.
Debu dan batu beterbangan,
meninggalkan bekas pedang di tanah. Orang-orang buru-buru mundur. Pedang itu
seakan tak terhentikan, menghancurkan siapa pun yang berani menghalangi!
Tak ada yang berani menatap langsung!
Sret!
Adriel pun maju dengan pedangnya.
Pedang giok di tangannya seakan merasa tertantang dan mulai bergetar pelan.
Dengan energi sejati Adriel yang
mengalir ke dalam pedang gioknya, mulai bersinar terang. Pancaran cahaya pedang
bergetar, memesona, dan menakjubkan, seolah-olah tidak ada pedang lain yang
bisa mengalahkannya!
Adriel merasakan ada kesan meremehkan
dan kompetitif dari pedang itu.
Adriel merasa geli. Dia tahu pedang
ini istimewa dan tidak terkejut dengan tingkahnya, tetapi ini cuma sebilah
pisau belaka, bukan pedang sejati. Mengapa harus terlalu ambisius?
Detik berikutnya, kedua senjata itu
langsung bertabrakan dengan keras!
Klang!
Energi pedang memancar keluar.
Gelombang energi menyapu, membuat seluruh arena bergetar. Saat itu, ekspresi
wajah Deka berubah. Dia buru-buru meminta pengawal untuk melindunginya.
Riko juga buru-buru menginstruksikan
keempat master puncak untuk mengirimkan kekuatan mereka untuk melindungi
dirinya dan orang lain.
Semua orang menjadi ketakutan saat
memandang ke arena pertarungan. Sejak awal, mereka berdua sudah terlibat dalam
pertarungan yang sangat sengit. Ini memang pantas disebut pertarungan puncak
antara dua genius.
Suara ini, bahkan master puncak
tingkat tiga yang biasa pun tidak bisa menandinginya!
Semua orang terkejut.
Adriel memang layak dianggap genius
yang setara dengan Gilbert. Itu karena di pertarungan pertama, Adriel berhasil
bertahan dan tidak menunjukkan tanda tanda kalah!
Hanya Elin yang wajahnya tak berubah.
Dia berdiri diam di tempat, membiarkan gelombang energi pedang melintas di
sekitarnya.
Elin hanya mengamati area pertarungan
dengan tatapan datar.
Kling, klang!
Di tengah pertarungan, dua senjata
terus bertabrakan hingga memercikkan api. Adriel dan Gilbert bertarung dengan
sangat cepat. Setiap serangan yang mereka luncurkan adalah serangan mematikan!
Mereka saling bertukar hampir seratus
jurus dalam waktu singkat, tanpa banyak bicara. Semua serangan itu berfokus
pada pembunuhan!
Akhirnya, dua aliran energi pedang
meledak bersamaan. Seolah-olah seluruh arena hancur, batu- batu pecah
bertebaran ke mana-mana. Mereka berdua terlempar mundur ke belakang!
"Puh!"
Adriel memuntahkan darah. Napasnya
tersengal sengal. Dia memang hanya master puncak tingkat satu. Jadi, bisa
bertarung sampai sejauh ini sudah sangat luar biasa. Tadi dia jelas mengalami
kekalahan.
Yang lebih menarik, Gilbert ini
memang tidak biasa...
Gilbert mendarat dengan stabil.
Wajahnya terlihat dingin. Dengan masih memegang pedang panjang, dia melangkah
maju perlahan.
Setiap langkahnya membuat energi
sejati di bawah kakinya meledak dan samar-samar berubah menjadi bentuk bunga
teratai. Itu terlihat sangat menakjubkan!
Seiring Gilbert melangkah, bunga
teratai itu makin nyata, sementara pedang panjang di tangannya bergetar dengan
suara merdu, seperti suara nyanyian yang jernih!
"Ilmu bela diri macam apa
ini?" tanya Riko yang tidak begitu mengerti. Dia tampak terkejut.
"Jangan-jangan ini jurus andalan
keluarga Surya. Aku sepertinya pernah dengar soal ini," ungkap Deka
setelah berpikir sejenak. Sorot matanya menunjukkan makna yang dalam. Dia
melanjutkan, "Kalau memang benar, berarti Adriel dalam masalah
besar..."
No comments: