Bab 947
Deka sedikit tertegun. Dia bukan
berasal dari daerah Majaya, jadi dia tidak begitu mengenal teknik rahasia
keluarga Surya.
"Itu adalah teknik rahasia
keluarga Surya! Seorang praktisi bela diri nggak mempelajari banyak teknik,
hanya satu pedang saja! Tubuhnya dijadikan tungku pedang, untuk memupuk dan
mengasah kekuatan pedang itu!"
"Saat pedangnya terbentuk!
Matahari dan bulan kehilangan cahayanya, hanya dia yang berkuasa!"
Riko mendengar penjelasan itu,
ekspresi wajahnya berubah antara kaget dan penuh semangat, "Konon, siapa
pun yang berlatih teknik Pedang Keagungan Tunggal ini seolah-olah memiliki
pedang tajam di dalam tubuhnya, yang setiap hari menyiksanya!"
"Hanya mereka yang memiliki
bakat luar biasa, dengan hati yang murni dan keteguhan yang luar biasa, yang
bisa menguasai teknik ini!"
"Jika nggak, justru mereka akan
dimakan oleh kekuatan pedang itu sendiri! Dahulu, leluhur keluarga Surya
berhasil meraih kesuksesan berkat teknik Pedang Keagungan Tunggal ini! Dan
sekarang Gilbert juga berlatih teknik ini?"
Para penonton di tempat itu, serta
mereka yang menyaksikan melalui siaran langsung, terkejut mendengar informasi
tersebut.
Semua orang terpana, membayangkan
betapa menyakitkannya latihan teknik Pedang Keagungan Tunggal ini. Ketahanan
Gilbert untuk menanggung rasa sakit itu benar-benar menakutkan!
"Anak Jendral Hendi memang
pantas menduduki peringkat pertama dalam Daftar Genius..."
"Serangan pedang ini, seberapa
mengerikan kekuatannya! Bagaimana Adriel bisa menahannya?"
Ketika adegan ini disiarkan, para
penonton pun tidak kalah tercengang, berbincang-bincang dengan penuh kekaguman.
"Habis sudah!"
Kalvin mulai panik. Latihan Pedang
Keagungan Tunggal memang penuh penderitaan, tetapi saat pedang itu dikeluarkan,
kekuatannya luar biasa!
Melawan lawan yang lebih kuat saja
mudah, apalagi sekali tebas, bisa memutus segalanya!
Walaupun tubuh Adriel kuat, dia
tetaplah manusia biasa. Serangan pedang ini, bagaimana dia bisa menahannya?
"Menarik sekali..."
Pak Dennis memperhatikan Gilbert,
matanya menyiratkan kekaguman. Kekuatan pedang itu tidak biasa dan tekad
Gilbert yang berlatih teknik ini derni mencapai kesempurnaan membuatnya
terkesan.
"Apakah pedang ini bisa membunuh
Adriel?" tanya Junet dengan nada tegang
"Pedang ini memang belum
sempurna, belum mencapai puncaknya..." jawab Pak Dennis dengan tenang.
Lalu, dia melanjutkan, "Tapi, cukup untuk membunuh Adriel. Hanya saja,
menggunakan pedang yang belum sempurna ini, Gilbert juga akan mengalami sedikit
serangan balik dan harus beristirahat untuk pemulihan."
"Itu sudah cukup," balas
Junet sambil menghela napas lega.
Dia tidak peduli apakah Gilbert
mengalami serangan balik atau tidak, yang penting Adriel bisa dihabisi.
"Pengacau ini akhirnya akan
mati, aku sudah mempersiapkan segalanya! Aku ingin lihat siapa yang masih bisa
melindungimu!"
Dia menatap Adriel dengan senyum
puas, seolah kemenangan sudah di depan mata.
Di tempat yang jauh di puncak Gunung
Violet di Kota Silas.
Wendy berdiri dengan tangan terlipat,
menatap ke arah Majaya. Di hadapannya awan berarak, matanya tampak tajam seolah
bisa menembus kabut awan, melihat apa yang terjadi di Majaya.
"Adriel, apa sebenarnya yang
sedang kamu lakukan..." gumamnya lembut, seolah dia melihat semua dari
ketinggian langit.
Bahkan dari jarak ribuan kilometer,
semua yang terjadi pada Adriel seolah terpampang jelas di hadapannya.
Serangkaian tindakan Adriel
membingungkan hatinya. Adriel tidak datang untuk meminta bantuan darinya,
memilih untuk menghadapi segalanya sendirian, yang justru membuatnya merasa
terkesan.
Namun, menantang begitu banyak orang
seorang diri tampak seperti tindakan yang tidak bijak, tidak seperti cara
Adriel yang biasanya penuh perhitungan...
"Nggak kusangka, anak muda ini,
jauh dari Kota Silas, masih bisa memberiku hiburan. Jangan sampai kamu
mengecewakanku. Keluarga Forez ini nggak layak untuk membunuhmu..."
Suara Wendy yang penuh minat berbisik
lembut, terbawa oleh angin...
Di depan gedung Kantor Gubernur,
medan perang makin panas!
"Pantas saja kamu dipenuhi
amarah, ternyata karena siksaan dari Pedang Keagungan Tunggal ini..."
Adriel dengan tenang menatap Gilbert,
kini dia mengerti semuanya.
Gilbert yang berlatih teknik kejam
ini pasti merasakan penderitaan luar biasa, itulah sebabnya dia ingin
menggunakan Yunna sebagai tungku untuk meredam amarahnya.
Gilbert tidak mungkin meninggalkan
Jalan Keagungan Tunggal, jadi dia pun tidak akan pernah menyerahkan Yunna!
"Jalan Keagungan Tunggal bukan
hanya diucapkan, tapi untuk diperjuangkan dalam pertempuran. Aku belum mati,
lalu bagaimana kamu bisa menyebut dirimu satu-satunya yang Keagungan
Tunggal?"
Adriel menatap pedang itu dengan
tenang.
Di sekelilingnya, garis-garis darah
berpendar, menampakkan cahaya yang berkilauan Dua naga dan dua gajah berwujud
bayangan muncul mengelilingi tubuhnya, seakan ikut menantang Gilbert. Darah dan
energi sejatinya meledak ledak seperti lautan yang bergelora!
"Kamu benar, Jalan Keagungan
Tunggal ini memang sempit, hanya cukup untuk satu orang saja. Hari ini, antara
kamu dan aku, hanya satu yang akan hidup," ancamnya.
No comments: