Bab 974
Dennis mendengus dingin seraya
berkata, "Aku akan bertanggung jawab atas konsekuensi dari masalah ini.
Ini nggak ada hubungannya dengan siapa pun."
Dia akhirnya menemukan Adriel dengan
mudah, bagaimana mungkin dia akan membiarkan Adriel menderita lagi!
Jika harus dibunuh, maka bunuh saja.
Dennis tidak memiliki pantangan apa
pun.
"Kamu!"
Gary mengerutkan kening beberapa
saat, tetapi saat dia melihat Dennis masih menatapnya dengan dingin, dia
menghela napas dalam hatinya. Gary mengetahui bahwa Dennis masih menyimpan
dendam terhadap keluarga Lavali di dalam hatinya.
Saat ini, dia berkata kepada Deka
yang sudah pucat, "Eric tewas dalam perang besar. Aku punya tanggung jawab
tertentu. Para atasan akan meminta pertanggungjawabannya dan aku akan memikul
tanggung jawabnya."
Deka tersenyum pahit seraya menyahut,
"Sudahlah, dia berkolusi dengan dunia gelap, membagi rampasan secara nggak
adil dan mati di tangan Sugi.
Sugi segera berkata kepada sekretaris
di sebelahnya, "Laporkan kematian Pak Eric, lalu aku akan menandatangani
suratnya."
Sekretaris segera memahami bahwa Deka
telah menyiapkan pembenaran atas kematian Eric. Kematian Eric akan dianggap
sia-sia.
"Maaf mengganggu, Pak Deka. Aku
sudah berutang budi pada Pak Deka," ucap Gary sambil tersenyum.
Setelah menerima jaminan ini, Deka
pun tersenyum.
Semua orang terkejut dan ngeri saat
mendengar ini.
Kedua pria ini menutupi penyebab
kematian seorang menteri di hadapan semua orang dengan santai.
Mengandalkan posisi dan kekuasaan
untuk menutupi sesuatu.
Ini adalah sosok yang penting!
Namun, tidak ada yang berani
mengatakan apa pun. Ini adalah dunia politik dan pejabat. Orang biasa yang
tidak punya nilai, bahkan lebih buruk dari seekor anjing.
Para petinggi atas mungkin akan
menyelidikinya Akan tetapi, sekarang di Kota Majaya tidak ada seorang pun yang
mau menanggung tekanan dari tiga Guru Bumi dan mengambil risiko untuk membela
Eric.
Namun, sekarang, Riko ketakutan saat
melihat jasad Eric yang tergeletak.
"Adriel adalah garis batasku.
Deni dia, aku bisa menjadi musuh semua orang di dunia. Leluhur keluarga Gunawan
akan memahami hal ini. Dia nggak akan berselisih denganku demi menantu
sepertimu."
"Kalau kamu sendiri nggak ingin
dihormati, aku bisa membantumu untuk menjadi terhormat!" seru Gery dengan
nada dingin.
Gary melakukan ini untuk menakuti
semua orang dan membiarkan mereka memahami posisi Adriel di hatinya. Dengan
demikian, mereka tidak akanı berani menyentuh Adriel lagi ke depannya.
Riko sangat panik dan wajahnya
menjadi pucat.
Saat ini, Adriel tiba-tiba menyela,
"Tunggu!"
Lalu, dia mengeluarkan pedang giok
yang sudah rusak sambil menatap Riko dan berkata, "Siapa yang membuat
pedang ini? Perkenalkan orang itu kepadaku. Aku mungkin bisa mengampuni
nyawamu."
Dia masih memikirkan tentang gudang
harta karun Tentara Agung. Sekarang adalah kesempatan yang tepat untuk
menjelajahi gudang harta karun Tentara Agung. Akan tetapi, tentu saja Gary
tidak bisa bertanya secara langsung, melainkan harus mengambil jalan memutar.
Ketika Gary menanyakan pertanyaan
ini, dia menatap Riko dalam-dalam. Teknik membaca pikirannya diaktifkan secara
diam-diam.
"Ini..."
Riko memutar matanya pelan dan segera
berkata, " Orang yang menempa pedang giok yang rusak ini sudah lama
berkelana. Tapi, aku masih bisa menghubunginya selama aku kembali ke keluargaku."
"Siapa tahu kalau kamu bisa
menghubunginya atau nggak, lalu bunuh saja dia. Aku juga kenal beberapa ahli
senjata."
Gary menjawab seraya mengerutkan
keningnya.
"Nggak, nggak! Aku pasti bisa
menghubunginya !" seru Riko dengan semangat.
Adriel tiba-tiba menyela, "Apa
ahli senjata itu meninggalkan senjata lain?"
"Ini, sudah nggak ada..."
Saat melihat wajah Adriel yang
menjadi muram, Riko segera menjelaskan, "Aku nggak bohong. Memang sudah
nggak ada senjata lain, tapi dia meninggalkan sebongkah batu asli. Mungkin itu
semacam bahan untuk membuat senjata. Kami nggak memperhatikannya dan
membiarkannya di sana, sambil menunggu ahli senjata itu kembali..."
"Sungguh, cuma itu saja. Aku
nggak berbohong ujar Riko dengan hat-hati. Lalu dia menambahkan, " Apa kamu
bisa memberiku kesempatan untuk tetap hidup?"
Pada akhirnya, saat ini, dia
tiba-tiba menyadari bahwa Adriel terlihat agak aneh, dan sedang menatapnya
dengan tajam.
Jantung Riko tiba-tiba berdebar.
Dalam hatinya bertanya-tanya penyakit apa yang sedang diderita oleh Adriel?
Namun, Riko tidak tahu bahwa Adriel
telah menimbulkan gelombang besar di dalam hatinya. Dia baru saja mengetahui
segalanya melalui teknik membaca pikiran.
Apa yang dikatakan Riko setengah
benar dan salah. Tentu saja tidak ada yang namanya ahli senjata.
Pedang giok yang rusak dan sebongkah
batu asli tersebut dibawa kembali oleh leluhur keluarga Gunawan yang berkelana
keliling dunia ketika dia masih muda.
No comments: