Bab 1273
Pakaian Wafa berkibar, dengan tatapan
cerah dan tenang, dia memberikan penilaian yang lembut kepada Adriel. Seperti
dewa yang sedang menilai manusia biasa di dunia ini.
Dia berdiri di tengah kerumunan
tetapi terlihat seperti di hidup sendiri.Temperamennya anggun dan gesit,
mempesona dan luar biasa, seolah-olah bukan milik dunia ini, melainkan berada
di atas segalanya.
Kadang-kadang di dunia fana dan
manusia biasa melihat keindahannya!
Sikap dan temperamen seperti ini
sangat langka!
Dibandingkan dengannya, Finn bagaikan
seorang badut yang tidak berguna.
Adriel tanpa sadar memandang
lawannya, ini sangat sesuai dengan definisi tentang seorang jenius. Akademi
Arjuna masih memiliki beberapa latar belakang.
"Tolong Kak Wafa jangan terlalu
keras. Aku akan meminta guru bimbinganku untuk menjelaskan masalah ini
kepadamu!" kata Wennie.
Saat ini, Wennie melangkah maju.
Tatapan indahnya begitu teguh dan tidak takut sedikit pun. Berhadapan dengan
Wafa juga tidak kalah, begitu cantik dan sangat luar biasa. Angin dan hujan
badai pun tidak dapat menggoyahkan tekadnya.
"Kamu nggak bisa mengambil
keputusan," kata Wafa.
Wafa tidak marah dan hanya tersenyum
sambil menggelengkan kepalanya.
"Leo, Kak Wafa nggak ada lawan
di bawah Guru Bumi. Sebaiknya kamu langsung menyerah!?"
Seseorang berteriak dengan keras di
samping Wafa.
Mereka menatap Adriel dengan sikap
sombong. Dengan pandangan yang merendahkan, mereka memaksa Adriel untuk
berlutut.
Tiba-tiba semua orang di tempat itu
berfokus kepada Adriel dan pandangan mereka penuh dengan kegembiraan. Wafa
adalah jenius yang paling cemerlang di generasi ini.
Menindas generasi sebayanya.
Sedangkan Adriel di mata mereka hanyalah seorang prajurit kecil yang tidak
pantas dikalahkan oleh Wafa.
"Murid Akademi Arjuna bukanlah
orang biasa yang bisa kamu bully sembarangan. Aku nggak percaya kamu bisa
bersaing dengan Kak Wafa. Kali ini kamu sudah menemui lawan yang hebat!"
kata Finn dengan sombong. Dia berharap Wafa segera beraksi untuk menindas
Adriel.
"Sungguh budak yang setia!
Melihat kekuasaan langsung menjilatnya. Kalian sudah kehilangan kesombongan
diri, nggak menjadi manusia, hanya rela menjadi budak," kata Adriel.
Adriel tidak marah dan bersikap tidak
acuh.
Adriel selalu bebas dan tidak mau
menerima penindasan apa pun. Kini ejekan dari orang-orang ini membuatnya marah,
terutama karena mereka hanyalah sekelompok budak.
"Cukup sudah," kata Wafa.
Saat ini Wafa sedikit melambaikan
tangannya, melarang bawahannya untuk tidak berbicara lagi tentang Adriel.
Tatapan matanya menjadi hangat dan tenang, seperti sinar matahari di musim
semi.
"Kamu sangat berbeda, punya
semangat yang kuat. Mungkin di masa depan kamu layak untuk bertarung denganku.
Hari ini aku akan membebaskanmu untuk terus tumbuh dan berkembang dengan
baik," kata Wafa.
"Namun, peraturan dan kekuasaan
Akademi Arjuna nggak boleh dilanggar. Aku nggak akan memintamu untuk berlutur,
pergilah dari Gunung Lodra, berlatih diri untuk segera mencapai Guru Bumi, lalu
datanglah dan bertarung denganku," lanjut Wafa.
Wafa menatap Adriel dengan ekspresi
aneh sambil menunjukkan sikapnya.
Adriel dengan dingin berkata,
"Mari kita bertarung sekarang. Aku nggak terbiasa mendengarkan perintah
orang lain!"
"Apa dia sakit? Atau dia nggak
tahu aturan Kak Wafa? Dia dibebaskan karena Kak Wafa sedikit menghargainya,
kini dia malah minta untuk bertarung? Sungguh lucu!"
"Orang-orang yang menantang Kak
Wafa pada akhirnya akan bertunduk di bawah kakinya!"
"Nggak ada yang aneh, dia
berasal dari Sagheru, bagaimana mungkin dia tahu aturan Kak Wafa? Mungkin dia
ingin memanfaatkan reputasi Kak Wafa untuk memperoleh ketenaran."
Orang-orang seakan-akan mendengar
lelucon besar dan langsung mencemooh.
"Bagaimana bisa sombong?
Semuanya, diamlah," kata Wafa.
Wafa mengangkat tangannya untuk
menghentikan mereka. Meskipun nada bicaranya terdengar lembut, tetapi ada kekuatan
yang mengesankan. Setelah kata-kata lembut itu diucapkan, kini semua orang
menjadi diam.
Lalu dia melihat ke arah Adriel,
sambil tersenyum dia berkata, "Aku nggak bermaksud menghinamu, tapi aku
ada aturan tersendiri. Dalam pertarungan, setidaknya tingkatan lawanku harus
lebih tinggi dari aku, itu akan dianggap adil oleh diriku sendiri."
"Kalau hanya ingin membunuh
musuh, aku akan memperdulikan tingkat keahliannya. Kamu berbeda dengan
murid-murid yang dimanjakan oleh Akademi Arjuna, kamu memiliki kesombongan
tersendiri, oleh karena itu aku memberimu kesempatan bertarung yang adil,"
lanjut Wafa.
"Sekarang pergilah dari tempat
ini dan melatih dirimu untuk tingkatkan keahlianmu," kata Wafa.
Dia seolah-olah sedang menjelaskan,
tetapi sebenarnya dia sedang mengatakan bahwa dirinya tidak akan terkalahkan
oleh tingkatan di bawah Guru Bumi dan hanya tingkatan di atas Guru Bumi yang
layak bertarung dengannya.
Dalam waktu yang bersamaan dia
membuat keputusan untuk Adriel dengan kekuasaan yang tidak bisa disangkal.
Keputusan itu juga tidak bisa ditoleransi.
Dia terlihat anggun dan lembut,
tetapi kesombongan hatinya lebih tinggi dari langit. Namun, semua orang merasa
itu adalah hal yang biasa, karena dia terlalu kuat.
Kuat hingga membuat semua orang
merasa bahwa apa yang dia katakan selalu benar.
Adriel berkata dengan pandangan
dingin, "Tempat ini milik keluarga Buana. Aku adalah tamu yang diundang
oleh Kevin dan begitu juga kalian. Bagaimana kamu berani menjadi tuan dari
keluarga Buana?"
No comments: