Bab 1280
Di mata Felicia, Lila hanyalah alat
belaka. Menjaga kesetiaan Lila sudah cukup baginya, dan kini, ketika waktunya
untuk membuat Lila jadi pelampiasan, dia tidak akan ragu.
Lila mengepalkan tangannya dengan
kuat karena merasa terhina. Sebanyak apa pun usaha dan kerja kerasnya, pada
akhirnya dia hanyalah anjing peliharaan keluarga Buana. Jika Felicia
menyuruhnya berlutut, dia harus berlutut!
"Tak perlu berlutut juga
boleh," ejek Ceol.
Ceol tertawa sinis sambil menunjuk
Adriel dan berkata, "Kalau begitu, tunggu hingga besok untuk mendapatkan
lagi aliran energi iblis darah, biarkan dia memperlihatkan proses pemurnian
energi iblis darah itu di depan umum."
"Kenapa harus repot begitu?
Lempar saja dia ke dalam Gunung Lodra. Kalau aura iblis darah di sana hilang,
bukankah itu akan membuktikan kemampuannya?"
Felicia langsung mengikuti usulan itu
sambil tersenyum dan sikapnya berubah cepat.
Wajah Wennie tampak agak tegang,
akhirnya ia berkata, "Guru Ceol, soal Leo itu..."
"Ini bukan urusanmu!" Ceol
berkata dengan nada tak sabar pada Adriel, "Anak muda, kamu nggak takut,
'kan?"
"Lagipula, Lila sudah menaruh
semua harapannya padamu!" lanjut Ceol dengan ekspresi wajah yang penuh
penghinaan.
Dia sangat melindungi murid
kesayangannya. Karena Adriel sudah menyinggungnya, dia akan memastikan lawannya
tahu apa itu penyesalan!
Di tengah sorak tawa semua orang,
Adriel hanya tersenyum kecil dan berkata, "Kamu benar-benar ingin aku
bertindak?"
"Tidak berani ya?" kata
Ceol sambil tertawa dingin.
Adriel menggeleng pelan dan menjawab,
"Demi Wennie, aku sebenarnya masih ingin memberi sedikit kehormatan untuk
Akademi Arjuna."
"Tapi karena kalian memaksa,
jangan salahkan kalau hasilnya akan pahit. Tak perlu menunggu besok, sekarang
juga kalian akan melihat betapa konyolnya kalian."
Setelah berkata demikian, ekspresi
wajah Adriel berubah dingin. Dia mengarahkan jari ke arah bangkai serangga api
merah yang tergeletak di tanah dan melesatkan energi sejatinya.
"Bangkit!"
Seketika, tubuh serangga api merah
meledak, dan dari dalamnya meluncur aliran aliran energi iblis darah yang
berkepul-kepul ke udara!
Dan seiring dengan tubuh serangga api
merah yang mengkerut, energi darah ini malah menjadi makin pekat!
"Apa... apa ini?!"
Semua orang seakan disambar petir,
memandang tak percaya pada aura iblis darah itu.
"aura iblis darah belum
hilang?!" seru Felicia dengan tidak percaya.
"Nggak mungkin, ini nggak
mungkin!" jerit Ozzi. Dia tidak mampu menerima apa yang dilihatnya.
"Kamu ... kamu ... bagaimana
bisa?!"
Ceol bahkan gemetar menunjuk ke arah
Adriel, tak mampu berkata apa-apa.
Jika sebelumnya mereka masih
meremehkan Adriel, kini tatapan mereka berubah serius dan terkejut. Bahkan
Wennie pun tampak sangat terkejut.
"Dengan kemampuan biasa saja
kalian berani ingin melenyapkan aura iblis darah? Benar-benar mimpi di siang
bolong."
Adriel tersenyum dingin, dan di saat
yang sama, aura iblis darah itu makin menggila, meluncur mendekati Adriel.
Adriel mengangkat jarinya,
menyebarkan bubuk obat yang segera meluas seperti kabut api. Aroma obat itu
membawa energi kuat yang melingkupi seluruh ruangan.
Dengan sekali kibasan, kabut itu
membentuk sosok naga darah yang menerjang ke arah aura iblis darah.
Aura iblis darah, seolah merasakan
ancaman, berusaha melawan dan melayang menyambut naga darah itu.
"Kehendakku adalah
kehancuranmu!"
Suara dingin Adriel terdengar,
bagaikan titah yang dijatuhkan oleh dewa!
Naga darah membuka mulutnya dan
menyedot dengan kuat, seperti deru naga yang menyedot air, energi iblis darah
terserap deras. Naga darah itu meraung ke langit dengan angkuh, penuh kekuatan!
Dalam tatapan terpana semua orang,
hanya Adriel yang tetap berdiri tegak, dikelilingi oleh naga darah, bak dewa
yang turun dari langit.
Warisan Tabib Agung mampu
menghancurkan segala kejahatan!
Semua yang hadir hanya bisa terdiam,
tak bisa berkata apa-apa.
Sementara itu, Wennie memandang
Adriel yang berdiri dengan angkuh, dan dia pun terkesima. Inilah sosok yang
sesungguhnya. Dibandingkan dengannya, murid-murid Akademi Arjuna tidak ada
apa-apanya.
No comments: