Bab 1302
Ceol tertegun, matanya menatap Adriel
dengan penuh keterkejutan. Awalnya, dia pikir Adriel pasti memohon bantuan dari
leluhur keluarga Buana. Namun sekarang, kelihatannya hubungan mereka bukanlah
antara bawahan dan atasan. Bahkan tampak seperti ada kedekatan khusus di antara
mereka.
Bagaimana mungkin seorang master
puncak bisa punya hubungan dekat dengan leluhur keluarga Buana?
"Jangan-jangan Leo itu
sebenarnya keturunan keluarga Buana yang disembunyikan di luar?" pikir
Ceol diantara keterkejutannya.
Dia merasa ini satu-satunya
penjelasan masuk akal.
"Kalian berdua sebenarnya ada
hubungan apa?" tanya Hubert sambil terbatuk darah, wajahnya penuh rasa tak
percaya.
"Bising sekali!"
Legan hanya menepukkan tangannya dan
energi sejati yang dahsyat menghempas tubuh Hubert seperti boneka kain,
mematahkan ratusan tulangnya sekaligus. Tubuh Hubert ambruk, remuk tak berdaya,
seperti boneka rusak yang tidak mampu lagi bergerak.
Sisa energi dalam tubuhnya pun
dihancurkan, meninggalkannya tanpa daya.
"Sayangnya, nggak ada lawan yang
lebih tangguh datang kali ini," gumam Adriel dengan nada sedikit kecewa.
Semua ini sudah direncanakan Adriel
sejak lama. Demi melawan Enam Jalur Puncak Kematian, dia diam-diam menugaskan
Lila untuk memberikan resep ramuan penyuci pada leluhur keluarga Buana,
membantu Legan mencapai tingkat langit tingkat sembilan.
Mereka membuat perjanjian agar Legan
berpura - pura masih dalam pengurungan, sehingga bisa menyerang Enam Jalur
Puncak Kematian secara tiba -tiba.
Namun sayangnya, Enam Jalur Puncak
Kematian hanya mengirim seorang tingkat langit bebas tingkat empat...
Di tengah pemikiran ini, tiba-tiba
Legan menoleh, tatapannya terarah ke kejauhan. Dia tertawa dingin dan berkata,
"Si tua bangka itu akhirnya datang juga. Lambat sekali geraknya, masih
berani bersaing denganku untuk Harta Karun Iblis Darah?"
Setelah berkata begitu, Legan
langsung meraih Adriel dengan satu genggaman tangan. "Ayo, ikut aku
pulang," ucapnya datar.
"Baik," jawab Adriel, juga
tidak sabar untuk menginterogasi Hubert dan kawan-kawannya.
Dia melambaikan lengan bajunya,
menggunakan energi sejati untuk mengikat Hubert, Herios, dan Ozzi, lalu membawa
mereka ke arah vila keluarga Buana yang berada di sebelah Gunung Lodra.
Begitu mereka pergi, tempat itu hanya
menyisakan Elin, Wennie, Ceol, dan beberapa orang lainnya. Tanah bertebaran
mayat, dan dari Akademi Arjuna, hanya tersisa tiga atau empat orang saja,
termasuk Ceol.
Mereka semua saling pandang, merasa
teramat kaget.
Ceol yang terluka parah ingin bicara,
tetapi hanya bisa menatap Wennie dan Elin dengan ekspresi bingung. "Siapa
sebenarnya Leo ini?" tanyanya.
Apa yang dilakukan Adriel terlalu
mengejutkan. Meski tampak bahwa Hubert dikalahkan oleh leluhur keluarga Buana,
nyatanya sejak awal dia sudah berada dalam rencana Adriel.
Semua orang mulai merasa bahwa Adriel
pasti lebih dari sekadar seorang master puncak ...
Pertanyaan itu bahkan membuat Wennie
penasaran dan tanpa sadar dia menatap Elin.
Namun, Elin hanya tersenyum dan
balas, "Dia orang Sagheru."
Semua orang terdiam, tidak tahu harus
berkata apa...
Elin, tanpa menghiraukan ekspresi
mereka, menarik tangan Wennie dan berjalan pergi, menuju vila keluarga Buana.
Ceol hanya bisa menghela napas,
melihat sekitar yang penuh mayat, sementara beberapa murid yang tersisa menatap
dengan wajah sedih.
Dia menghela napas dalam dalam,
merasa bahwa Akademi Arjuna adalah pihak yang paling malang. Bahkan dirinya
sendiri, yang telah berkali-kali mengorbankan sisa usianya, kini tidak punya
waktu lama lagi untuk hidup.
Dia duduk untuk memulihkan
luka-lukanya, mencoba menenangkan diri.
Namun, belum lama berselang,
tiba-tiba terdengar teriakan dari langit, seperti petir yang menggelegar!
"Di mana Herios? Aku merasakan
auranya, juga ada pertarungan tingkat langit di sini. Apa yang terjadi?"
Seketika angin kencang berembus. Di
udara, muncul sosok seorang pria tua berbadan besar, berdiri tegak di langit.
Di belakangnya tampak sayap dari
energi sejati biru laut yang berkibar, menghembuskan angin dahsyat setiap kali
mengepak.
Matanya yang biru menyapu sekeliling
dengan tajam, memancarkan wibawa yang luar biasa. Hanya dengan tatapan itu,
semua orang merasakan tekanan besar yang hampir membuat mereka sulit bernapas.
Leluhur keluarga Maswa!
Lucas Maswa!
No comments: