Bab 1304
Sementara itu, di sisi lain, bukannya
membawa Adriel kembali ke vila keluarga Buana, Legan malah turun di depan
sebuah gua dan melempar Hubert serta yang lainnya ke tanah begitu saja.
Dari tubuh Herios, dia juga menemukan
beberapa gulungan ilmu bela diri Iblis Darah, yang membuat matanya berkilau
dengan rasa puas.
Dia langsung berkata pada Adriel,
"Aku akan mengurung diri di sini untuk sementara. Kamu berjaga di luar,
kalau ada yang datang, beri aku kabar."
Adriel tersenyum tipis. "Kak
Legan benar-benar pandai mengecoh. Herios pasti akan ngamuk setengah
mati."
Adriel tahu, Harta Karun Iblis Darah
ini adalah benda yang sangat diincar banyak pihak. Sekalipun Legan sudah
mencapai tingkat langit tingkat sembilan, tetap saja dia bakal kesulitan
mempertahankannya jika berita ini tersebar.
Jadi, Legan sengaja membiarkan Ceol
dan yang lain salah paham, seolah dia kembali ke vila keluarga Buana untuk
mengecoh Herios.
"Aku sudah menangkap orang-orang
dari Enam Jalur Puncak Kematian untukmu," kata Adriel. " Kamu tahu,
aku mempertaruhkan banyak hal di sini. Kalau Enam Jalur Puncak Kematian sampai
tahu, risikonya besar, kamu pasti paham."
Legan melirik Adriel dengan tatapan
tajam.
Adriel tersenyum, lalu mengeluarkan
resep ramuan penyuci lainnya. "Kerja sama kita berjalan lancar. Aku
serahkan ini untuk melengkapi perjanjian kita."
Namun, Legan hanya menatap Adriel
tanpa menerima resep itu. "Ternyata benar kamu adalah Adriel. Apa benar
Herios adalah korban fitnahmu, dan Harta Karun Iblis Darah yang asli ada
padamu?" tanyanya.
"Iya."
Adriel tersenyum dan melambaikan
tangan. Cincin darah di pergelangan tangannya tiba-tiba melesat keluar, berubah
menjadi sungai darah yang mengalir deras. Pohon-pohon dan tanah di sekitarnya
langsung dilapisi es merah.
Sungai darah itu menari di udara
beberapa saat, kemudian kembali ke tangan Adriel, membentuk cincin darah lagi.
Bahkan Legan pun tidak bisa menahan
kekagumannya. "Tidak kusangka bisa melihat kembali Sungai Darah di
hidupku. Dulu, aku hanya berani melihat dari kejauhan saat Iblis Darah
memanggilnya. Aku tidak berani mendekat ... " ujarnya.
Adriel tersenyum, tidak terlalu
mempermasalahkan kekaguman Legan. "Benda ini sudah punya tuannya, tapi aku
masih bisa berbagi seni bela diri Iblis Darah."
Dia kemudian mengeluarkan versi
lengkap dari seni bela diri Iblis Darah dan menyerahkannya kepada Legan, tetapi
Legan tetap tidak langsung menerimanya.
Dia hanya menatap Adriel dengan penuh
kecurigaan.
Keduanya terdiam beberapa saat,
sampai akhirnya Legan mengerutkan kening dan berkata, "Kalau sekarang aku
membunuhmu untuk merebut harta ini, atau menyebarkan fakta bahwa kau adalah
Adriel, apa yang bakal terjadi?"
"Kak Legan nggak akan melakukannya,"
jawab Adriel dengan santai.
"Kenapa?"
"Karena kamu orang yang
pintar," kata Adriel sambil tersenyum. "Semua orang berpikir kalau
Harta Karun Iblis Darah ini adalah hal paling berharga yang aku punya. Tapi
kamu tahu, ilmu pengobatanku dan bakat bela diriku jauh lebih berharga dari
sekadar harta ini."
"Harta Karun Iblis Darah itu
hanya benda mati, sementara manusia bisa menciptakan masa depan. Dengan menjaga
hubungan baik ini, keluarga Buana bisa mendapat keuntungan di masa depan."
Legan menatap Adriel lama sebelum
akhirnya mendesah pelan. "Sayang sekali kamu bukan bagian dari keluarga
Buana
Ekspresi Adriel sedikit berubah
mendengar kata- kata itu.
Tentu saja, Legan tidak pernah puas.
Dia sudah menawarkan seni bela diri Iblis Darah, tetapi Legan masih saja terus
menginginkan lebih.
Adriel bahkan khawatir Legan akan
memaksanya mengganti nama keluarganya menjadi Buana.
"Hah... Entahlah, kenapa kamu
nggak mau bergabung dengan keluarga Buana. Hanya urusan nama keluarga, padahal
banyak orang akan melakukan apa pun demi kesempatan ini..."
Legan menggeleng, akhirnya mengambil
buku seni bela diri Iblis Darah dan resep ramuan penyuci itu. " Ramuan
penyuci adalah bagian dari perjanjian kita. Tapi seni bela diri Iblis Darah
ini, aku nggak akan mengambilnya tanpa imbalan."
"Aku akan memberimu tiga permintaan
yang bisa kamu ajukan kapan saja," ujar Legan.
Mata Adriel berbinar dan langsung
bertanya, " Bisakah kamu membunuh beberapa pemimpin Enam Jalur Puncak
Kematian?"
"Aku masih betah hidup, minta
yang lain," balas Legan.
Adriel tampak kecewa. "Kalau begitu,
bagaimana kalau nanti membantuku membunuh seorang Dewa Perang?"
"Hm, kalau aku sudah siap untuk
jadi pengkhianat, kamu akan jadi orang pertama yang kuberi tahu."
Adriel menghela napas. "Kamu
sama sekali nggak serius. Jangan bilang nanti kamu cuma akan kasih aku beberapa
wanita sebagai kompensasi?"
Legan tampak tertarik, dan langsung
mengangguk." Kamu boleh memilih wanita dari keluarga Buana sesukamu.
Permintaan pertama selesai. Kamu masih punya dua permintaan lagi,"
ujarnya.
"Hah?"
Adriel tertegun, tidak percaya dengan
respons itu. Namun saat itu juga, Legan sudah menggiring Herios masuk ke dalam
gua dan menutup pintu gua dengan penghalang energi sejati.
Inilah cara leluhur keluarga Buana
menangani urusan.
No comments: