Membakar Langit ~ Bab 1318

 

Bab 1318

 

"Kamu punya dendam dengan Daniel?" tanya Adriel.

 

Kalau tidak, mengapa Legan begitu kejam terhadap Daniel?

 

Seakan-akan Legan tidak akan berhenti sampai Daniel benar-benar terkuras.

 

Alhasil, sepertinya pertanyaan ini menyentuh titik sensitif Legan. Dia berseru dengan wajah masam, " Bukan urusanmu! Urus saja urusanmu sendiri!"

 

Selesai berbicara, Legan langsung terbang pergi.

 

Adriel mengelus dagunya, tampaknya Legan dan Daniel memang memiliki masa lalu...

 

Mungkin bisa meminta Lila mencari kesempatan untuk mencari tahu?

 

Ya, sebagai orang yang licik, Adriel masih belum mengungkapkan rahasia Lila, dia mempunyai rencana cadangan.

 

Adriel juga segera kembali ke keluarga Buana.

 

Di vila keluarga Buana.

 

Seiring berakhirnya masalah di Gunung Lodra, sebagian besar orang telah mundur dan kembali ke kediaman utama keluarga Buana. Legan kembali memulai pelatihan tertutup yang lain.

 

Tampaknya Legan tidak akan mengakhiri pelatihan tertutup jika dia tidak mendapatkan sesuatu.

 

Di dalam kamar tamu Vila keluarga Buana yang agak sepi, Elin dan Adriel duduk berhadapan. Sementara Herios berlutut di lantai dengan wajah yang sangat pucat dan seluruh tubuhnya terikat dengan rantai besí.

 

Dia telah kehilangan seluruh kultivasinya setelah dihancurkan oleh Adriel. Meskipun dia terlihat masih memiliki kesadaran, sebenarnya hanya karena Adriel membiarkannya jernih untuk sesaat.

 

Adriel mengambil segelas teh, lalu menatapnya dan bertanya sambil tersenyum, "Apa ada wasiat?"

 

Kedua mata Herios penuh dengan darah dan dia berseru dengan parau, "Seharusnya aku membunuhmu terlebih dahulu waktu itu!"

 

"Wasiatmu sama jeleknya dengan hidupmu," sahut Adriel.

 

Adriel tersenyum, lalu dia mengeluarkan pedang setengah jadi dan melemparkannya kepada Elin.

 

"Kamu berani membiarkan wanita rendahan ini membunuhku? Adriel, kamu sangat meremehkanku! " teriak Herios dengan suara lemah yang penuh kemarahan. Dia sangat angkuh dan pasrah jika kalah karena jebakan Adriel.

 

Bahkan jika mati, bagaimana dia bisa membiarkan dirinya mati di tangan seorang wanita!

 

Adriel tidak peduli, dia melambaikan tangan kepada Elin dan berkata, "Pergilah."

 

Elin memegang pedang setengah jadi dan berjalan maju selangkah demi selangkah. Terdapat kegembiraan, kemarahan dan niat membunuh dalam tatapannya, tangannya yang memegang pedang sedikit gemetar. Lalu dia berseru, "Herios, kamu nggak menyangka akan mati di tanganku, ' kan? Aku bermimpi tentang hari ini selama bertahun -tahun, bisa membunuhmu dengan tanganku sendiri!"

 

Di saat yang kritis ini, Herios tetap tidak mengakui kekalahan, dia menggertakkan giginya sambil menatap Elin dan berkata, "Kalau bukan karena kamu menemukan bajingan itu, kamu hanya pantas menjadi budakku! Hanya seorang pelacur yang melayani pria! Jika memberikanku kesempatan sekali lagi, aku tetap akan menyiksamu!"

 

"Matilah!" seru Elin.

 

Elin menebas lehernya dengan pedang. Namun, pedang setengah jadi tidak tajam karena tidak ada energi sejati yang mengalir, lebih tepat dikatakan bahwa dia menggergaji daripada menebas.

 

Daging dan darah terkoyak, tulang tercecer!

 

Herios tidak menjerit, melainkan terus mengumpat.

 

Sepasang mata Elin memerah, seolah-olah ingin mengembalikan semua penyiksaan dan penghinaan yang dideritanya selama dua puluh tahun. Hatinya dipenuhi oleh kemarahan dan kebencian, dia menggergaji kepala Herios sedikit demi sedikit dan membuat Herios merasakan rasa sakitnya!

 

Setelah setengah jam penuh, Elin berteriak, kepala dan badan Herios terpisah.

 

Elin melihat kepala musuhnya terguling ke tanah. Meskipun dia adalah Guru Bumi, tangannya yang memegang pedang setengah jadi sedikit bergetar. Akhirnya ketika dia membalas dendam, rintangan hati selama dua puluh tahun telah dilenyapkan, emosi yang meluap menenggelamkan seluruh dirinya.

 

"Sudahlah."

 

Adriel menghampiri dan menggenggam tangan Elin, memintanya meletakkan pedang setengah jadi.

 

Elin memeluk Adriel dengan erat dan tangannya menggenggam dengan erat. Tanpa bisa ditahan lagi, air mata mengalir di wajahnya.

 

Adriel menepuk tangan Elin dengan lembut dan membuatnya duduk di sofa. Lalu, dia meminta bawahannya untuk masuk dan membereskan mayat Herios.

 

Setelah sekian lama, Elin baru perlahan-lahan pulih, tetapi dia masih tetap memeluk Adriel. Dia tersenyum dan berkata, "Mulai sekarang, nyawaku ini adalah milikmu."

 

Adriel menyeka air mata Elin, memberikannya segelas teh dan berkata, "Kalau nggak ada urusan lain, kamu pulanglah ke Sagheru."

 

"Kamu... " Elin tertegun.

 

"Kota Srijaya sangat berbahaya. Nyawamu adalah milikku, jangan menyia-nyiakannya, oke?"

 

Adriel tersenyum dan menambahkan, "Bagi kamu, lebih baik berkembang di Sagheru daripada bersaing di sini... "

 

Selesai berbicara, Adriel meletakkan sebuah resep obat dan teknik seni bela diri di atas meja.

 

"Pil Energi Sejati, membantumu mempercepat latihan. Jurus Sembilan Spiritual adalah seni bela diri tingkat bumi, dapat membantumu membentuk kembali tulang tumitmu. Jika berlatih dengan baik, dalam waktu tiga tahun, kamu mungkin punya kesempatan untuk mencapai tingkat langit!"

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1318 Membakar Langit ~ Bab 1318 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 03, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.