Bab 1328
Adriel melirik mereka sekilas, lalu
menoleh ke arah Wennie sambil berkata, "Perlu aku meminta maaf
kepadamu?"
"Untuk apa minta maaf, cepat
pergi dan berlatih saja," jawab Wennie dengan senyuman santai tanpa
sedikit pun mempermasalahkannya.
Melihat sikap sang dewi yang begitu
santai, para pengagumnya langsung terpana, seolah hati mereka hancur berkeping-keping.
Seketika itu juga, seseorang menunjuk
Adriel dan berteriak marah, "Berani nggak duel satu lawan satu di
luar?"
Dalam sekejap, suara tantangan
menggema dari yang lain, seolah siap melakukan duel bertubi-tubi dengan Adriel
dan tampak sangat bersemangat.
"Cukup, nggak usah ribut."
Pada saat itu, suara lembut
terdengar, lalu Wafa bersama seorang pria berbaju hitam masuk.
Ekspresi para murid langsung berubah
dan buru - buru berkata, "Kakak Wafa, Kakak Dastan."
"Dasar kalian nggak berguna, cepat
latihan yang benar! Kalau nggak mau latihan, silakan keluar!" kata Dastan
dengan suara dingin dan tegas.
Para murid pun akhirnya diam dan
kembali duduk meski dengan rasa enggan.
Saat itu, Wafa menatap Adriel sambil
tersenyum dan berkata, "Adriel, berlatihlah dengan sungguh- sungguh.
Setelah selesai, mungkin kita bisa bertarung, saat itu kamu pasti berada dalam
kondisi terbaikmu."
Namun, Adriel tampak tak begitu
peduli. Dia berjalan ke posisi lima meter dari mata air abadi. Tempat ini
terbagi menjadi sembilan tingkatan tergantung dari jaraknya dengan mata air
abadi. Semakin dekat, semakin kuat hawa dinginnya.
Tingkat pertama yang disebut
lingkaran pertama, berada pada jarak satu meter dari mata air abadi. Sementara,
lima meter dihitung sebagai tingkat kedua, yang dijuluki lingkaran kedua.
Mereka yang bisa masuk ke sini adalah
orang-orang yang telah berjasa besar bagi akademi.
Sedangkan tingkat kesembilan berada
sekitar empat puluh meter jauhnya dari mata air abadi, dekat dengan dinding. Di
sana, hawa dinginnya sangat lemah, cocok bagi mereka yang ingin bersantai
sejenak bersandar di dinding.
Saat ini, Adriel merasa kekuatan hawa
dingin di lingkaran kedua ini masih kurang. Bagaimanapun, dirinya memiliki
teknik penguasaan elemen matahari dan tubuh elemen matahari yang sangat kuat,
jadi perlu dosis yang lebih besar!
Di sisi lain, Wennie berada di
sekitar lingkaran kelima, tetapi dia tidak berfokus pada latihan. Sesekali dia
melirik ke arah Adriel, khawatir jika Adriel tidak bisa beradaptasi...
Perhatian yang penuh kepedulian ini
membuat para murid Akademi Arjuna merasa cemburu hingga mata mereka nyaris
menyala penuh amarah.
"Kamu pikir Leo bisa tahan
sampai sepuluh menit, nggak?"
Saat ini, di lingkaran ketiga, Wafa
dan Dastan sudah duduk sambil berbincang santai, tampaknya tidak terlalu peduli
pada pemborosan poin akademi.
"Berapa lama kamu dan kakakmu
bertahan saat pertama kali masuk?" tanya Wafa.
"Kakakku hampir sepertimu, dua
puluh menit, sedangkan aku lima belas menit. Tapi aku rasa kakakku waktu itu
belum mengerahkan semua kemampuannya, "jawab Dastan sambil melirik Wafa.
Wafa tersenyum dan berkata, "Aku
pikir Adriel bisa bertahan setidaknya dua puluh menit."
"Apa?" Seketika wajah
Dastan berubah, lalu berkata, "Saat seseorang masuk ke tempat ini tanpa
persiapan apa pun, kita bisa menilai potensi dan keteguhan hatinya dari
seberapa lama dia mampu bertahan."
"Bagaimanapun juga, hawa dingin
ini memang bisa memacu pertumbuhan energi sejati, tapi bagi pemula ini adalah
siksaan."
"Saat kamu dan kakakku bisa
bertahan dua puluh menit, para mentor berlomba-lomba ingin membimbing kalian.
Apa mungkin dia bisa melampaui kita?"
"Nggak percaya? Mau
taruhan?" tantang Wafa.
"Mau taruhan apa?" tanya
Dastan dengan alis terangkat.
"Jika kamu kalah, pergilah
bicara dengan kakakmu, katakan padanya untuk nggak sebut kita sebagai Tujuh
Pemuda Arjuna lagi, aku nggak terlalu suka julukan itu," kata Wafa.
"Lalu, bagaimana dengan lima
lainnya?" tanya Dastan.
"Mereka pasti akan setuju nantinya,"
jawab Wafa sambil tersenyum.
Dastan mengernyitkan dahi, lalu diam
dan mengalihkan pandangannya ke arah Adriel.
Dia tak lagi berlatih, melainkan
menunggu Adriel menyerah.
Namun, yang tidak mereka ketahui
adalah bahwa Adriel saat ini benar-benar terganggu!
"Hawa dinginnya kurang
kuat!"
Adriel menyadari bahwa hawa dingin
ini sebenarnya adalah embun yang muncul dari mata air abadi, dan pedang
setengah jadinya terus-menerus menyerap embun tersebut. Kandungan embun ini
sangat menarik bagi pedangnya, sehingga Adriel merasa kurang mendapatkan hawa
dingin.
"Bisa nggak kamu tinggalkan
sedikit untukku?
Lihat betapa serakahnya kamu! Ini
tempat latihan, kita di sini semua bersikap sopan. Bisakah kamu makan dengan
lebih elegan?"
Adriel mengeluh dalam hatinya sambil
berusaha mengumpulkan hawa dingin.
pedang setengah jadi itu tak peduli,
hingga Adriel menepuk tas penyimpanan dan menggerutu, " Dasar, kamu hanya
tahu makan, tinggalkan sedikit untukku!"
Akhirnya, pedang setengah jadi itu
berhenti menyerap hawa dingin dengan tampang yang sedikit kesal.
Setelah menegur pedang setengah
jadinya, Adriel pun mulai menjalankan Jurus Naga Gajah Penghempas Langit,
menyerap hawa dingin dengan gila-gilaan. Begitu hawa dingin memasuki tubuhnya,
perubahan yang membuatnya senang langsung terjadi.
No comments: