Membakar Langit ~ Bab 1337

 

Bab 1337

 

Pada saat ini, Adriel berhenti dan dengan dingin berkata kepada Helen, "Aku ini orang yang temperamental, tapi demi Wennie, aku akan memberitahumu satu hal."

 

"Entah itu keluarga Janita atau pun yang lain, bagiku nggak ada yang begitu sulit dan nggak bisa dicapai."

 

"Selain itu, puncak yang kalian lihat hanyalah awal dari perjalananku. Jadi, nggak ada alasan bagiku untuk bergantung pada kalian."

 

"Terakhir, ingat ini baik-baik. Jangan bilang kalau aku sekarang nggak ada hubungan dengan Wennie. Tapi, kalaupun ada, apa urusannya denganmu?"

 

Setelah berkata demikian, Adriel berbalik dan pergi.

 

Dia bersikap sopan pada Helen hanya karena mereka adalah rekan satu perguruan dan dia juga telah banyak membantu Wennie.

 

Kalau bukan karena hubungan ini, bagi Adriel, apa bedanya Helen dengan Andres atau yang lainnya?

 

"Kamu!"

 

Wajah Helen segera memucat. Dia menatap punggung Adriel yang berjalan menjauh, mengepalkan tinjunya dan berkata dengan suara dingin, "Modal keberanianmu itu cuma keluarga Buana, padahal mereka cuma sedikit berinvestasi padamu!"

 

"Kamu datang dengan bangga dan tanpa malu membawa dua pelayan. Orang sepertimu yang baru dapat sedikit posisi langsung tenggelam dalam kesombongan dan kemewahan, nggak pantas untuk Wennie!"

 

Namun, Adriel sudah tidak peduli padanya, hanya sedikit heran.

 

Dua pelayan?

 

Salah satunya harusnya adalah Felicia, yang sudah dia suruh mengurus pendaftaran sejak awal.

 

Siapa yang satunya?

 

Adriel dengan santai menemui anggota staf akademi untuk memeriksa sendiri di mana tempat tinggalnya, kemudian berjalan keluar.

 

Sementara itu, di sisi lain.

 

Sederetan halaman kecil berdampingan, ini adalah asrama siswa. Tidak seperti asrama universitas biasa, sebagai murid Akademi Arjuna, mereka diperlakukan dengan baik dalam semua aspek.

 

Pada saat ini, di kamar tidur di halaman kecil milik Adriel.

 

Sementara, Lila sedang merapikan tempat tidur Adriel dengan hati-hati. Saat Felicia menyeruput secangkir teh, raut wajahnya agak sedih. Entah apa yang dia pikirkan. Suasana yang menyedihkan menyelimuti ruangan.

 

"Leo mau aku jadi budaknya? Aku akan melihat bagaimana kamu mati!"

 

Felicia mengatakan ini dengan nada suram. Tiba- tiba dengan sekejap, cangkir teh di tangannya hancur karena diremasnya begitu keras oleh Felicia sendiri.

 

Lila buru-buru pergi untuk membantu Felicia membersihkan. Dia bertanya, "Ibu angkat, apa Anda baik-baik saja?"

 

"Pergi!"

 

Felicia mengangkat tangannya dan Lila langsung jatuh ke tanah. Telapak tangan Lila terluka oleh pecahan cangkir.

 

Namun, Lila hanya menggigit bibirnya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun saat dia terus membersihkan pecahan cangkir yang tercecer di tempat tidur.

 

"Siapa yang menyuruhmu membersihkan sampah itu?! Kamu memang murahan!"

 

Melihat ekspresi Lila, Felicia langsung marah dan mengangkat tangannya untuk menamparnya.

 

Bagaimanapun, Lila tampak memiliki status bangsawan, tetapi pada kenyataannya, dia tidak lebih dari seorang budak yang dibesarkan. Ketika Felicia marah, dia hanya akan melampiaskannya pada orang-orang seperti Lila. Itulah arti dari keberadaan mereka!

 

Seringai di mata Lila melintas, tetapi dia sudah memejamkan mata dan sepertinya sudah menerima begitu saja, bersiap untuk menerima tamparan.

 

Saat tamparan itu datang, tiba-tiba tamparan itu menjadi lembut, hanya membelai wajahnya.

 

Lila membuka matanya karena terkejut. Dia berkata, "Ibu angkat, Anda 31

 

Felicia menatapnya. Raut wajahnya tidak lagi marah, dia hanya menghela napas dan berkata, " Aku nggak bermaksud melawanmu, oke?"

 

Lila menganggukkan kepalanya dengan hormat dan berkata, "Aku tahu. Itu karena si Leo."

 

Saat menyebut nama ini, sorot tatapan ganas melintas di mata Felicia. Dia berkata, "Karena aku masih hidup, aku nggak akan mau menjadi budak orang. Jangan khawatir, kalaupun aku sedang dalam keadaan sulit untuk sementara waktu, aku masih punya waktu untuk bangkit!"

 

Mengatakan ini, Felicia memandang Lila dan berkata, "Apa kamu tahu kenapa aku meminta mereka untuk membawamu ke sini?"

 

"Aku nggak tahu."

 

Lila juga sedikit bingung. Ketika Felicia pergi tak lama kemudian, mereka memerintahkannya untuk datang dan menemani Felicia.

 

Ini adalah permintaan terakhir yang diajukan Felicia kepada keluarga. Batra, yang bagaimanapun juga adalah kakak laki-laki Felicia sendiri, juga telah setuju.

 

Dia tidak sempat memberi tahu Adriel tentang hal ini.

 

Felicia menatapnya tiba-tiba berkata, "Lila, berapa tahun kita bersama?"

 

"Hampir enam belas tahun."

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1337 Membakar Langit ~ Bab 1337 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 05, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.