Bab 1349
Melihat Ivan mengumpulkan energi
sejatinya, Adriel tahu bahwa pria itu telah sampai pada keputusan terakhirnya.
Ivan menekan tasbih tulang itu dengan
keras dan tasbih itu terbang ke arah Adriel.
Dari tasbih itu keluar asap hitam
yang berubah menjadi wajah-wajah menyeramkan, tampak seperti arwah-arwah yang
terperangkap di dalamnya.
"Menyerah saja 'kan lebih baik!
Harusnya kamu membiarkan aku pergi!" teriak Ivan penuh amarah.
Sebenarnya, dia sangat enggan menggunakan
senjata rahasia ini, karena tasbih tulang itu sangat berbahaya dan penuh
misteri. Namun, kali ini dia merasa terpaksa.
Adriel hanya tertawa kecil.
"Begitu saja? Rupanya kamu sendiri nggak paham cara memakainya. Sayang
sekali..." ujarnya.
"Baiklah, biar aku tunjukkan
padamu apa artinya ilmu pemusnah iblis yang sesungguhnya."
Dengan tenang, di bawah tatapan heran
Dastan dan Wennie, Adriel mengangkat jarinya dan berbisik, " Empat Pedang,
Pemusnah Iblis!"
Seketika, aura pedang yang dahsyat
menggelegar, empat pedang keluar, melingkar di sekelilingnya.
Hujan Musim Semi, Mentari Musim
Kemarau, Angin Musim Gugur, Salju Musim Dingin.
Setiap musim membawa siklusnya
sendiri, kehidupan yang dimulai di musim semi, mencapai puncaknya di musim
panas, memudar di musim gugur, dan berakhir di musim dingin. Siklus ini bisa
menghancurkan segala kejahatan!
Energi pedang itu mengalir lembut
seperti angin musim semi, dan berjatuhan seperti dedaunan musim gugur. Adriel
berdiri di antara bunga-bunga yang berguguran, dengan ketenangan penuh,
mengangkat tangan dan memainkan pedangnya.
Keempat pedang itu tiba-tiba bersatu
menjadi satu pedang panjang. Musim semi, musim panas, dan musim gugur
menghilang, meninggalkan es musim dingin yang menusuk!
Duar!
Suara petir mendadak menggelegar.
Keempat pedang itu bersatu menjadi satu, membelah langit dengan raungan petir
yang menyala seperti kilatan cahaya!
Petir musim dingin turun, akhir dari
setahun.
Segala kejahatan lari ketakutan!
Petir musim dingin melambangkan
kehancuran, kekuatan khusus untuk menyingkirkan segala macam makhluk jahat!
Saat petir itu menyambar, suara
jeritan dari tasbih tulang itu terdengar semakin menyayat.
Di bawah tatapan terkejut
orang-orang, tasbih itu berbalik, melarikan diri dengan kecepatan lebih cepat
daripada saat ia datang.
Namun, Adriel tetap tenang,
melambaikan jarinya.
Petir Musim Dingin itu mengejar
tasbih tulang dan menghantamnya dengan keras, menekan suara jeritan yang muncul
dari dalamnya.
Tasbih itu jatuh ke tanah dan pedang
itu melanjutkan lajunya, menyerang langsung ke arah Ivan!
"Ahhh!" teriak Ivan,
mencoba menangkis, tetapi pedang itu langsung menembus energi pelindungnya.
Pedang itu menusuk dadanya, mendorong
tubuhnya hingga terhentak ke belakang dan terjepit di dinding.
"Jangan bunuh aku! Ampun! Ampuni
aku!" teriak Ivan dengan wajah pucat pasi, tubuhnya gemetar.
Jika bukan karena tubuhnya yang
tertahan di dinding, dia pasti sudah jatuh lemas di lantai.
Dastan menatap Adriel dengan penuh
kagum dan berbisik, "Gila! Seberapa kuat dia sebenarnya?"
Tasbih tulang itu awalnya milik
Dilan, kakaknya bahkan pernah memperingatkan Dastan untuk menghindarinya.
Namun di hadapan Adriel, benda jahat
itu malah seperti tikus yang ketakutan melihat kucing.
"Apakah itu karena Empat Pedang
Pengusir Iblis - nya yang kuat?" pikir Dastan.
Wennie, di sisi lain, tampak
menyadari sesuatu dan berpikir dalam hati, "Sepertinya Empat Pedang
Pengusir Iblis ini menggunakan teknik pedang yang lebih mendalam..."
Adriel kemudian melangkah mendekati
Ivan dan bertanya dengan suara tenang, "Kenapa kamu berusaha mencelakai
Wennie?"
"Aku ... aku... " seru Ivan
tampak gagap, jelas enggan mengungkapkan alasan sebenarnya.
"Nggak mau bicara?" Adriel
tersenyum, mengangkat jarinya, bersiap menggerakkan pedang lagi.
Namun, tiba-tiba terdengar suara
dingin, "Berhenti!
Sebuah serangan energi meluncur ke
arah Adriel, tetapi dia menangkisnya dengan mudah menggunakan teknik Hancur
Bintang. Kedua energi itu bertabrakan, menyebabkan energi di sekitarnya
terpencar.
Adriel menatap dengan dingin ke arah
orang yang datang.
Dia melihat sosok yang berdiri di
depan Ivan, dengan tatapan tajam dan penuh wibawa seperti seekor elang yang
siap menyerang.
Ivan langsung berseru penuh
kegembiraan, "Kak, tolong aku!"
Namun, pria itu hanya menatapnya
dengan pandangan meremehkan dan berkata, "Kamu benar- benar mempermalukan
keluarga Dumin."
Ivan langsung menunduk dengan wajah
malu.
Adriel menatap pria itu dan bertanya
dengan tenang, "Kamu ingin melindunginya?"
Pria itu, Dilan, menatap Adriel
kembali dan bertanya, "Kamu keberatan?"
Sebuah aura tak terlihat menguar dari
tubuh Dilan, membawa kesan mendominasi seperti seekor harimau yang siap
menerkam.
Dastan segera mendekati Adriel dan
berbisik, "Hati- hati, aku nggak bisa melawan dia. Tunggu saja sampai
kakakku datang. Dia bagian dari tim penegak hukum..."
Adriel meliriknya dengan heran dan
bertanya, " Kamu ini bisa menang melawan siapa sebenarnya?"
"Dasar!" gerutu Dastan
kesal.
"Aku hanya kalah dari Tujuh
Pemuda Arjuna dan setara dengan Wennie! Tapi sekarang ada tasbih terkutuk dan
Dilan, aku ..."
No comments: