Bab 1351
"Pak Daniel? Bukannya beliau
sedang dalam masa meditasi tertutup?" tanya Dilan dengan terkejut.
Pak Daniel sudah lama tidak ikut
campur dalam urusan akademi dan terus berada dalam pengasingan, tapi dia adalah
pilar penting Akademi Arjuna. Selama dua puluh tahun, Daniel telah menjadi
kepala akademi dan dengan kehadirannya, Akademi Arjuna berhasil menjadi
kekuatan nomor dua di Kota Srijaya!
Tapi hari ini, mengapa dia tiba-tiba
keluar dari pengasingan dan menyebut ingin bertemu dengan Adriel?
Saat semua orang bertanya-tanya,
ekspresi wajah Adriel menjadi muram. Sial, jangan jangan Daniel mengetahui soal
warisan iblis darah dan ingin memanggilku untuk menginterogasi masalah itu?
Jika bukan karena alasan itu, apa
gunanya Daniel mencari seorang mahasiswa baru sepertiku?
Adriel tak hanya mewarisi selera
buruk dari seorang bajingan, tetapi juga sifatnya yang penuh curiga.
Akan tetapi, bajingan ini juga orang
yang cukup bijaksana. Ini adalah urusan Keluarga Buana dan tidak etis jika dia
ikut campur.
Adriel segera berkata dengan tenang,
"Aku nggak akan pergi."
"Dilan telah membahayakan sesama
teman akademi dan buktinya jelas. Kalau begitu, hukum saja sesuai aturan. Perlu
apa memanggil Kepala Akademi? Aku nggak akan pergi."
"Aku datang untuk belajar, bukan
untuk menjalani persidangan. Sebelum ada keputusan, aku nggak akan ke
mana-mana," lanjutnya.
Setelah berbicara, tanpa memberi
kesempatan pada Leony untuk mencegahnya, Adriel langsung berbalik dan pergi.
Semua orang di belakangnya terdiam
tak percaya.
Ini adalah panggilan dari kepala
akademi dan berani untuk tidak hadir?
Haruskah kamu begitu keras kepala?
"Anak ini lebih berani dari
aku," kata Leony dengan kaget.
"Bu Leony, belum paham juga, ya?
Jelas saja dia ketakutan!"
"Selama bertahun-tahun, setiap
tahun aku menyumbang banyak dana ke akademi, membawa begitu banyak sumber daya.
Kamu pasti tahu itu dengan jelas."
"Sedangkan dia? Mahasiswa baru
yang bahkan belum memberikan kontribusi apa pun pada akademi. Pak Daniel jelas
memanggilnya untuk membela aku, mana berani dia datang?" balas Dilan.
Dilan tersenyum dingin setelah
berkata demikian, seolah-olah dia telah menemukan alasan yang sempurna untuk
dirinya sendiri. Dengan penuh keyakinan, dia pun melangkah menuju kantor kepala
akademi.
"Guru, sekarang kita
bagaimana?" tanya Wennie dengan cemas.
"Mau bagaimana lagi? Ya,
didiamkan saja ... Leony dengan cemas. "kata
Kemudian dia menghela napas dan
lanjut berkata, " Dilan memang licik tapi dia nggak salah dalam hal ini.
Keluarga Dumin memang ahli dalam memanfaatkan peluang dan mereka banyak
menyumbang sumber daya ke akademi... "
Leony sedikit pusing ketika
memikirkannya.
Jalinan sosial dan kepentingan
pribadi memang tak terelakkan, bahkan di Akademi Arjuna.
Adriel tidak pergi pun tak masalah,
anak muda biasanya mudah terpukul kalau harus menanggung penghinaan seperti
itu...
"Sudahlah, biar aku saja yang
pergi. Paling aku yang akan dimarahi orang tua itu atas nama Leo ... "
kata Leony sambil mendengus.
Dia langsung menarik Wennie untuk
pergi.
Dalam hati Wennie menghela napas.
Guru benar- benar ingin menanggung masalah ini demi Adriel
Leony sendiri sudah cukup sulit
mendapatkan tempat di akademi karena beberapa masalah dan tidak begitu
disenangi. Jika kini kepala akademi memarahi dia langsung, posisi Leony di
akademi mungkin akan semakin terpuruk...
Tak lama kemudian, mereka pun
bergegas menuju gedung akademi yang terletak di tengah kampus.
Setibanya di kantor kepala akademi,
mereka mendapati bahwa seorang asisten kepala akademi sudah menunggu di sana.
"Maafkan saya sudah merepotkan
Pak Tomy menunggu di sini," kata Duran dengan ramah.
Melihat Pak Tomy, Dilan segera
mendekat dan menyapanya dengan akrab, tampak jelas bahwa hubungan mereka cukup
baik.
"Pak Dilan, aku sudah mendengar
masalahmu. Tenang saja, ini hanya perkara kecil." kata Asisten Wang sambil
tersenyum. Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Leony dan bertanya dengan
dahi berkerut, "Mana murid kamu? 11
"Nggak datang," balas Leony
dengan mata melotot.
"Ini panggilan langsung dari Pak
Daniel! Apa kamu ingin nanggung hukuman atas nama muridmu?" tanya Tomy
dengan kesal.
Leony mendekat dengan tatapan dingin.
Energi sejati mulai terkumpul di tangannya dan bertanya, " Apa kamu sedang
menginterogasiku?"
Dia bukan tipe yang sabar.
No comments: