Bab 1365
Saat Ceol dan yang lainnya berjalan
keluar, para murid di sekitar diam-diam melihatnya.
Sebagai seorang guru, dipaksa keluar
oleh seorang murid dan tidak ada tindakan balasan, apakah dia pantas menjadi
seorang guru?
"Guru, aku nggak
berguna..." ujar Aska dengan rasa bersalah. Sebagai seorang guru, tidak
boleh menantang murid. Mengenai guru yang menantang Adriel, Ceol juga harus
bisa menang.
Tampaknya Ceol memang tidak bisa
berbuat apa- apa terhadap Adriel...
Ceol malah tetap berdiri di tempat
dan berkata dengan nada dingin, "Kamu lemah. Pasti ada yang lebih
hebat!"
"Teruskan perintahku! Siapa pun
murid Akademi yang bisa mengalahkan Leo, aku akan memberikannya poin. Poin yang
sangat banyak!"
Sambil berbicara, Ceol terus menatap
pintu gerbang dengan tatapan dingin, lalu berkata dengan muram, "Leo,
nggak mungkin membiarkanmu nggak memberikan sedikitpun pengorbanan..."
Pada saat ini, Adriel sama sekali
tidak ragu dan langsung menyelam ke dalam Mata Air Abadi.
Mata Air Abadi sangat dalam. Dan
semakin ke bawah, hawa dingin semakin menusuk. Namun, ini bukanlah masalah bagi
Adriel yang sudah memiliki cukup waktu.
Adriel menutup lubang hidungnya untuk
memastikan dapat bertahan lama di dasar danau tanpa perlu mengganti udara.
Sambil menggerakkan energi sejati,
Adriel menyerap hawa dingin secara gila-gilaan.
Bertabrakan dengan energi hangat yang
melimpah di dalam tubuhnya, tulang dan ototnya meledak, energi sejati di dalam
tubuhnya terstimulasi menjadi semakin kuat.
Sementara itu, seiring semakin dalam
Adriel menyelam, air di sekitarnya tiba-tiba berkilauan dengan warna emas.
"Energi emas yang luar
biasa!"
Mata Adriel berbinar, bahkan dengan
tubuh fisiknya, dia merasakan sensasi nyeri yang menusuk kulitnya.
Di sini sangat dingin, tidak ada
orang yang datang selama bertahun-tahun, hanya Adriel yang bisa datang ke sini
dengan kekuatan khususnya. Ini adalah tanah perawan yang belum pernah
dikembangkan.
Sebagaimana diketahui, Adriel sangat
ahli dalam mengembangkan perawan.
Adriel menepuk Ruang Penyimpanan
Surgawi, pedang setengah jadi itu langsung muncul dari Ruang Penyimpanan
Surgawi dengan cepat, memberikan Adriel perasaan yang menggembirakan dan pedang
langsung menuju ke dasar air!
Syut!
Sekitar dasar danau tiba-tiba
terdapat banyak pecahan logam yang terbang dan menuju ke arah pedang setengah
jadi. Adriel bisa merasakan bahwa pedang setengah jadi ini sedang berevolusi
dengan kecepatan yang sangat cepat.
Tetapi, Adriel mengerutkan kening dan
merasa bahwa dia tidak bisa masuk ke dasar danau. Hawa dingin di sekelilingnya
begitu hebat sehingga agak mustahil baginya untuk melawan. Dia kedinginan
sampai giginya sedikit bergetar dan wajahnya menjadi pucat.
Kultivasi masih belum cukup!
Adriel menarik napas dalam-dalam dan
tidak serakah lagi. Dia hanya mengambang dengan tenang di dekat dasar danau dan
fokus pada latihan, membiarkan pedang setengah jadi menyerap pecahan logam di
sekitarnya secara gila-gilaan.
Waktu berlalu sedikit demi sedikit.
Setelah sekitar tiga jam, akhirnya Adriel tidak bisa bertahan lagi. Dia
tiba-tiba membuka matanya dan melompat keluar dari Mata Air Abadi.
Saat ini, Adriel merasa sangat
senang. Dia merasa bahwa energi sejati di dalam tubuhnya semakin kuat, hanya
satu langkah lagi menuju Guru Bumi tingkat dua!
Sementara itu, pedang setengah jadi
juga sudah keluar saat ini. Seolah telah kenyang, pedang itu melayang dengan
malas di sekitar Adriel. Jika pedang setengah jadi adalah manusia, pasti
sekarang sudah menepuk perut dengan puas.
"Ya, jaraknya sudah dekat dengan
tingkat langit."
Adriel tersenyum puas. Asalkan
menyerap energi emas di dasar danau sampai kering, maka pedang setengah jadi
ini pasti bisa mencapai tingkat langit.
Masih ada waktu lima jam. Adriel
tidak menyia- nyiakannya dan hendak melanjutkan latihan.
Pada saat ini, pintu gerbang terbuka.
Tatapan Adriel mendadak menjadi dingin dan berkata, "Sudah kukatakan,
nggak ada murid yang diizinkan masuk."
Namun, dari pintu gerbang terdengar
suara tawa ringan yang berkata, "Leo, Aku datang untuk membantumu."
Tatapan Adriel tenang dan hanya
terlihat Wafa yang berjalan mendekat.
Dia tidak mempermasalahkan tatapan
acuh tak acuh Adriel, dia hanya berjalan mendekat dengan santai dan tenang,
lalu berkata, "Leo, Ceol sudah memerintahkan murid-murid Akademi Arjuna
untuk menantangmu. Aku yakin akan ada banyak orang yang ingin mencobanya."
"Kamu nggak coba?" tanya
Adriel dengan tenang sambil menatap Wafa.
Namun, Wafa malah tertawa dan
membalas, "Leo, kota Srijaya sangat besar, Akademi Arjuna sangat kecil,
kita bahkan lebih kecil. Mengapa harus bertarung sampai mati hanya untuk
beberapa poin?"
"Meskipun harus bertarung,
bukanlah lebih baik bertarung di Kompetisi Bela Diri yang diadakan oleh
keluarga Janita? Harus diketahui bahwa banyak Genius yang meremehkan Akademi
Arjuna dan mereka lebih suka mencari tempat sendiri untuk berlatih."
"Kabarnya, pemenang bukan hanya
bisa terkenal di kota Srijaya, putri tunggal keluarga Janita juga akan memilih
suami di sana. Apakah Leo nggak tertarik?"
Adriel menggelengkan kepala dan
menjawab, "Aku berbeda dengan kalian, aku nggak perlu bertindak."
"Oh, ya?" tanya Wafa dengan
bingung, "Apa yang berbeda?"
"Aku tampan," balas Adriel.
No comments: