Bab 1374
Syut!
Naga itu seakan berubah dari lemah
menjadi kuat, meledakkan teriakan marah yang mengerikan. Tubuh naga yang
terbuat dari energi sejati berubah menjadi merah darah. Dengan kekuatan yang
semakin besar dan dengan ganas melawan balik!
Namun, wajah Leony tetap tidak
berubah, dia mendengus dingin dan terus menekan!
Tak lama kemudian, meskipun naga itu
dibantu oleh esensi darah, ia akhirnya hancur dalam jeritan menyedihkan. Cakar
dan giginya hancur, tubuhnya dihancurkan oleh gunung pisau dan perlahan-lahan
terkikis.
Akhirnya, naga besar itu hancur
total, berubah menjadi gelombang energi sejati yang mengalir dan menghilang.
Ceol terhuyung karena serangan balik
kekuatan itu, mengeluarkan darah dari mulutnya, mundur beberapa langkah dan
akhirnya terjatuh menabrak dinding dengan keras.
Saat itu, Neraka Gunung Pisau itu
tiba-tiba pecah dan berubah menjadi potongan potongan pedang yang rusak dan
meluncur ke arah Ceol!
Ceol menempel erat di dinding,
wajahnya pucat seperti kertas. Dalam sorot matanya yang penuh ketakutan, layar
pedang di depannya membawa aura membunuh yang menusuk tulang dan dengan cepat
membesar dalam pandangannya!
"Tidak!" teriak Ceol dengan
ketakutan dan kakinya juga lemas.
"Hentikan!"
Di tengah kepanikan, terdengar
jeritan orang- orang. Sudah cukup mengejutkan seorang siswa mati di ruang
pengadilan ini, apalagi jika seorang guru juga mati di sini. Ini akan menjadi hal
yang benar-benar tak masuk akal.
Namun, wajah Leony sama sekali tak
berubah, gerakannya tetap tegas tanpa ragu.
Kalau mau bertindak, lakukan sampai
tuntas! pikir Leony.
Lawannya jelas punya niat jahat,
meski mulutnya berkata hendak menangkap dan mengadili, tujuan sesungguhnya
adalah menyeret Adriel ke ambang kematian.
Jika mereka ingin membunuhmu, untuk
apa lagi sungkan?
Bunuh!
Pada saat itu, mata Adriel tiba-tiba
bergerak menatap ke arah pintu.
Tiba-tiba, terdengar suara ledakan
keras, pintu besar yang terbuat dari logam khusus mendadak hancur dari luar.
Suara dengusan dingin bergema dari
arah pintu.
Seketika itu juga, kehadiran yang
begitu kuat dan mengintimidasi menguasai ruangan.
Semua pedang dan senjata yang hampir
mencapai Ceol pun terhenti di udara dan tidak dapat bergerak.
Leony menoleh ke pintu dan ekspresi
wajahnya berubah sedikit.
Begitu juga dengan yang lain,
langsung menatap ke arah sosok di ambang pintu.
Di sana berdiri seorang pria paruh
baya dengan tubuh kekar, hidung bengkok seperti elang, dan sorot mata tajam
yang menusuk. Tanpa mengucap sepatah kata pun, auranya yang penuh wibawa
langsung menguasai seluruh ruangan.
Dia memandangi semua orang dengan
dingin. Para guru segera berlutut dan ekspresi wajah mereka berubah panik.
"Hormat kepada Wakil Kepala
Akademi."
"Selamat datang, Wakil Kepala
Akademi."
Di antara suara hormat yang mengisi
ruangan, pria itu melangkah masuk, membawa aura yang dingin dan penuh kekuatan.
Semua orang tampak tegang, bahkan
menahan napas.
Ron, sang Wakil Kepala Akademi!
Selama bertahun-tahun, tanpa
kehadiran Kepala Akademi, dialah penguasa utama di akademi ini.
"Sungguh kacau, ini bukan
cerminan dari Akademi Arjuna. Kalian membuatku kecewa," kata Ron dengan
dingin. Suaranya menelusuri setiap orang yang hadir di ruangan itu.
Saat matanya menyapu ruangan, semua
orang tanpa sadar menundukkan kepala mereka, tak seorang pun berani menatapnya
langsung.
Akhirnya, pandangannya tertuju pada
Leony. Ron menatapnya dengan sorot mata dingin dan tajam.
Namun, Leony balas menatap tanpa
gentar.
"Guru..." panggil Ceol
dengan suara yang lemah.
Kemudian, Ceol melanjutkan berkata
dengan suara yang penuh amarah dan kebencian, "Leony dan muridnya telah
membunuh muridku! Mohon Guru berikan keadilan untuk aku!"
Di dalam hati, semua orang merasa
prihatin terhadap Leony.
Jika Ron tidak muncul, masih ada
peluang untuk meredakan situasi ini. Tapi kini, bahkan bantuan dari keluarga
Ledora mungkin tak cukup untuk melindungi Leony dari amarah Ron.
Wajah Leony menunjukkan sedikit
kekhawatiran. Kehadiran Ron memberikan tekanan besar baginya.
Di sisi lain, Adriel hanya berdiri
sambil memandangi Ron dengan senyum tipis.
Setelah sekian lama menunggu,
akhirnya orang ini muncul.
Dia ingin tahu apa alasan Ron
menargetkan dirinya.
Adriel segera mengirimkan pesan yang
telah lama dia persiapkan di ponselnya.
Ron menatap Leony, lalu bertanya,
"Apa yang ingin kamu katakan?"
"Aku yang melakukannya. Kalau
harus ada orang yang bertanggung jawab, aku akan menanggungnya! "kata
Leony dengan dingin.
Namun, Ron hanya meliriknya dengan
tenang, lalu menggeleng dan berkata, "Kamu takkan sanggup
menanggungnya."
Kemudian, tatapannya beralih kepada
Adriel, lalu berkata, "Ikut denganku."
"Nanti saja, aku sedang menunggu
seseorang," jawab Adriel dengan santai sambil menggeleng.
No comments: