Bab 1377
Menunggu Kepala Akademi?
Semua orang terkejut dan bingung.
Pak Daniel adalah sosok yang sangat
penting, bagaimana bisa dia turun tangan untuk masalah sekecil ini?
"Pak Agus, apakah kamu sedang
bercanda?"
Ron merasa tidak percaya dan berkata,
"Pak Daniel sudah lama menyerahkan semua urusan akademi kepadaku!"
Sebuah kasus pembunuhan, di mata
Daniel, bahkan tidak layak untuk dipertimbangkan.
Lalu, apa hak anak ini untuk membuat
Daniel turun tangan?
"Kamu punya hubungan dengan
dekan?" tanya Leony kepada Adriel dengan ekspresi aneh.
Adriel hanya tersenyum, tidak
memberikan jawaban pasti.
Memang ada hubungan, tetapi Daniel
belum tahu tentang itu.
Pada saat itu, Agus menatap Adriel
dengan tenang dan berkata, "Daniel tidak akan datang. Aku yang akan
menangani semua urusan ini."
Setelah mengatakan itu, tanpa
menunggu jawaban dari Adriel, Agus langsung menatap Ron dan berkata,
"Masalah ini selesai sampai di sini."
Ekspresi wajah Ron berubah seketika,
dia berkata, " Tapi Leo sudah mengakui dirinya sebagai pembunuh."
Agus menatapnya tajam, mengulang
kata-katanya dengan tegas, "Aku katakan, masalah ini selesai sampai di
sini."
Suasana di tempat itu langsung
menjadi sangat tegang.
Semua orang tak berani mengeluarkan
suara.
Akhirnya, Ron dengan suara yang
tertahan penuh amarah berkata, "Tapi, apakah Pak Daniel tahu bahwa Leo
juga membunuh Aska?"
Agus sedikit tidak puas melirik
Adriel sejenak, lalu bertanya, "Kamu yang membunuhnya?"
"Aku difitnah. Aku hanya
khawatir dia akan melakukan kesalahan besar, jadi aku membantunya memperbaiki
kesalahan itu," jawab Adriel dengan santai.
Tatapan Agus menjadi semakin muram.
Menurutnya, Adriel tampak sedikit berlebihan, seolah memanfaatkan perlindungan
kepala akademi untuk membangun wibawa di akademi.
Melihat ekspresi Agus, Ron segera
berkata, "Pak Agus, aku khawatir Pak Daniel tertipu oleh orang yang
berniat jahat. Aku ingin bertemu dekan untuk melaporkan hal ini secara
langsung!"
"Pak Daniel sudah mengatakan
bahwa Leo nggak bersalah!" seru Leony. Ekspresi wajahnya tampak tegang.
Namun, Adriel mengangkat tangan dan
menyela ucapannya, lalu menatap Ron dengan tenang dan bertanya, "Kamu
yakin ingin bertemu Pak Daniel?"
"Kamu nggak berani?" tanya
Ron.
Adriel tersenyum tipis lalu berkata,
"Ayo, kita pergi. 11
Seketika, Ron berbalik membuka pintu
dan dengan tangan terangkat mempersilakan Agus, "Silakan dulu, Pak
Agus."
Agus melangkah keluar, sementara Ron
menatap Adriel dengan wajah dingin sebelum mengikuti langkahnya.
Saat Adriel hendak melangkah pergi,
Leony menariknya dan sedikit mengernyit. "Sejauh apa leluhur dari keluarga
Buana akan melindungimu?"
Menurutnya, perlindungan yang
diterima Adriel dari kepala akademi adalah karena dukungan dari Legan di
belakang layar.
Namun setelah Adriel membunuh orang
lain, Legan mungkin sudah mulai merasa terganggu.
"Guru..."
"Ya?"
"Pria dan wanita seharusnya
nggak bersentuhan sembarangan," kata Adriel sambil menunjuk tangannya yang
masih digenggam oleh Leony.
"Pergi sana!" teriak Leony
dengan marah.
Adriel tertawa ringan, lalu melangkah
pergi. Dengan suara lembut yang menenangkan, dia berkata kepada Leony,
"Guru, tunggu aku kembali. Nanti aku traktir."
Leony melihat punggungnya yang
semakin jauh dan mengerutkan kening, lalu bergumam, "Memangnya kalau nggak
bergaya sedikit bakal mati ya..."
Memikirkan hal itu, dia ragu sejenak.
Kemudian dia berjalan keluar, mengeluarkan ponsel dan menekan nomor.
Begitu telepon tersambung, dia
menarik napas dalam-dalam dan berkata kepada Legan, "Pak Legan, Leo sedang
dalam bahaya lagi... "
Namun, setelah dia selesai bicara,
Legan terdiam cukup lama, lalu menyindir dengan tawa dingin, " Dasar Si
Tua Daniel memang bodoh... "
"Apa?" balas Leony. Dia
tertegun ketika mendengarnya.
Legan dengan nada datar berkata,
"Kalau Si Tua Daniel memang bodoh, biar aku ingatkan dia satu hal."
"Jika Ron berani menyentuh Leo,
bahkan cacing di rumahnya akan dibelah dua oleh Si Tua Daniel!"
Di sisi lain!
No comments: