Bab 1379
Namun, Daniel tidak menghiraukannya,
malah menggenggam erat ponsel sambil gemetar dan berkata, "Kamu bilang Leo
adalah Adriel?"
"Sudah kubilang kamu ini bodoh,
tapi kamu tetap nggak percaya!" Legan mengejek, "Dia berasal dari
Sagheru, marganya juga Lavali dan soal Pil Matahari Murni itu, kamu benar-benar
kira aku yang memberikannya?"
"Tentu saja itu diberikan oleh
Adriel, si dokter sakti itu!"
"Adriel nggak tahu apa pun
tentang masalah ayahnya, jadi dia nggak curiga."
"Kamu baru menyadarinya
sekarang, dasar orang tua bodoh..."
Namun, saat itu, ponsel sudah direbut
oleh Agus yang gemetar, lalu dia berkata dengan suara bergetar, "Kamu
nggak sedang menipu kami, kan? Kamu tahu akibatnya jika kamu berani menipu
kami!
"Kamu juga bodoh, semua orang
bodoh berkumpul di sini..." kata Legan sambil tertawa dingin tanpa ampun.
Tak lama kemudian, sebelum Legan
sempat menyelesaikan kalimatnya, ponsel itu terjatuh ke lantai.
Daniel sudah berlari cepat keluar
pintu.
Ekspresi dingin Agus yang biasanya
tidak menunjukkan emosi kini berubah panik. Wajahnya penuh ketakutan, bahkan
bekas luka di wajahnya tampak memera. Pikirannya benar-benar kosong
Sebagai seorang yang berdiri di
tingkat Langit, dia merasa kakinya melemas, tetapi tubuhnya dengan sendirinya
bergerak hendak berlari ke luar.
Namun, saat Daniel memegang gagang
pintu, dia tiba-tiba berhenti dan wajahnya berubah serius, " Tunggu!"
"Pergi sana! Aku ingin bertemu
Tuan Muda!" teriak Agus pada Daniel dengan marah.
"Nggak, tunggu... biarkan aku
berpikir sejenak ... " Daniel menunjukkan ekspresi berpikir, lalu
mengangkat tangannya dan menekan bahu Agus dengan aliran energi yang membuat
Agus tak bisa bergerak.
"Apa maksudmu?" Agus
terkejut dan bertanya buru- buru, "Jangan-jangan Legan sedang
berbohong?"
"Nggak ada gunanya berbohong
tentang hal seperti ini, dia pasti berkata jujur!" jawab Daniel.
Daniel menggeleng serius dan berkata,
"Aku sedang berpikir, kenapa Adriel tidak mengakui kita?"
Agus tercengang dan berkata,
"Mungkin dia belum tahu... "
"Kenapa dia nggak tahu?"
tanya Daniel.
Agus mendengar itu dan terdiam, lalu
berkata, "Apa mungkin karena Dennis..."
Kalau Legan tidak mau memberi tahu
Adriel kebenarannya, ya sudahlah. Legan memang licik dan hanya ingin
menggunakan informasi itu sebagai kartu as.
Namun, Dennis tahu tentang ini.
Kenapa dia tidak memberi tahu kepada
Adriel?
Memikirkan hal itu, Agus pun gemetar,
merasa sedih, dan berkata, "Apakah Dennis menyalahkan kita?"
Menyalahkan untuk apa?
Tentu saja karena mereka tidak ada di
sana saat Adriel dalam bahaya...
Daniel menghela napas dan menjawab,
"Mungkin saja."
Kalau Adriel mendengar ini, dia
mungkin akan bingung.
Aku tidak punya maksud begitu sama
sekali!
Ini semua cuma lelucon!
Namun Dennis, sayangnya, malah
menjadi kambing hitam tanpa alasan.
"Kalau Dennis punya pemikiran
seperti itu, mungkin Adriel juga menyalahkan kita," kata Daniel.
Agus berkata sambil menggertakkan
giginya, "Kita harus menebusnya! Aku akan memberikan segala yang kumiliki
pada Tuan Muda! Keluarga Janita punya teknik transfer energi yang memungkinkan
mentransfer energi ke generasi selanjutnya sedikit demi sedikit selama beberapa
tahun!"
"Aku akan memohon mendapatkan
teknik itu dan aku akan mentransfer seluruh kemampuanku kepadanya!"
Plak!
Daniel langsung menampar Agus untuk
menghentikan ide gilanya itu!
Dengan nada putus asa, Daniel
berkata, "Sadarlah, apa kamu nggak ngerti? Kalau kamu transfer semua
energimu, kamu akan jadi manusia tak berguna, umurmu pun akan berkurang
drastis!"
"Aku nggak peduli! Aku nggak
punya siapa - siapa lagi, sementara dia adalah satu-satunya keturunan majikan!
Aku ingin meningkatkan kekuatannya secepat mungkin, aku nggak mau dia dalam
bahaya lagi!" kata Agus dengan sedih.
Matanya memerah. Kehilangan yang mendalam
telah membuatnya kehilangan akal, rela mengorbankan segalanya untuk menebus
kesalahannya
"Kamu!" Daniel hanya bisa
tersenyum sambil geleng -geleng kepala, tetapi melihat kegigihan Agus, dia tahu
keputusan Agus sudah bulat dan tak seorang pun bisa mengubahnya.
No comments: