Bab 1382
"Apa maksudmu? Kasus ini kamu
tangani dengan nggak adil!" Daniel menatapnya cukup lama, lalu tiba-tiba
mendengus dingin dan berkata, "Leo dibebaskan tanpa syarat! Kasus ini
tidak perlu dibahas lagi!"
"Pak Daniel, pikirkan lagi, ini
nggak boleh!" balas Ron dengan terkejut dan langsung menolak.
"Aku juga merasa ini nggak
adil!"
Yang berbicara adalah Agus, kemarahan
di hatinya meledak. Dengan suara keras, dia berkata, "Ceol sejak awal
sudah menargetkan Leo, dia harus dihukum!"
Daniel mengangguk pelan lalu berkata,
"Ya, kamu benar juga. Sebagai seorang guru, kurangnya etika pengajaran
nggak bisa ditoleransi! Pengawal, bawa Ceol ke penjara."
Apa-apaan ini?
Semua orang terkejut.
Ceol bahkan lebih bingung lagi.
Anakku meninggal, tapi sekarang aku
malah dihukum?
"Pak Daniel! Aku nggak
bersalah!" kata Ceol dengan panik dan berteriak memohon. Namun saat itu
juga, sudah ada yang membawa borgol untuk menguncinya.
Dia buru-buru menoleh ke arah Ron,
"Pak Ron, katakan sesuatu!"
"Pak Daniel, ini tidak
adil!" teriak Ron dengan marah.
"Diam," ucap Daniel dengan
dingin.
"Tapi..."
"Aku bilang diam!" bentak
Daniel lebih keras.
Hal ini membuat semua orang terkejut,
kalimat yang sama persis ini sebelumnya baru saja digunakan Ron kepada Leony,
tetapi kini malah terjadi padanya.
Saat itu, Ceol sudah diseret keluar,
sementara suara protesnya masih terdengar...
Ron berdiri di tempat dengan wajah
memerah karena dipermalukan. Dia tidak bisa menerima apa yang baru saja
terjadi.
Aku ini wakil kepala akademi, masa
aku diperlakukan seperti ini?!
"Pak Daniel, kalau kamu memang
nggak puas denganku, maka lepaskan saja jabatan wakil kepala akademi ini dari
tanganku!" kata Ron.
Dia sangat marah dan langsung
mengeluarkan pernyataan tegas.
Meskipun dia adalah kepala akademi,
tidak seharusnya dia memperlakukanku begini.
Aku mungkin ada salah, tetapi aku
wakil kepała sekolah, masa dipermalukan begini?
Ini adalah langkah besar, dia merasa
bahwa di antara dirinya dan Adriel, Daniel pasti akan memilihnya.
Namun saat ini, Daniel hanya
meliriknya sekilas dan berkata, "Baik, kalau begitu, serahkan jabatanmu
dan urus pengunduran dirimu."
Suasana menjadi hening.
Para guru lainnya seolah-olah sedang
bermimpi. Mereka semuanya terdiam di tempat.
Apakah benar Ron yang begitu
berwibawa ini langsung dicabut hanya karena masalah sepele ini?
Ron pun terpaku menatap Daniel dan
hatinya terasa dingin.
Agus yang berada di dekatnya langsung
berteriak dingin, "Cepat lakukan!"
Tubuh Ron sedikit bergetar, lalu
tiba-tiba berkata pada para semua orang, "Apa yang kalian lihat? Kepala
Akademi sedang marah, semuanya keluar sekarang juga!"
Para guru yang sedari tadi merasa
tertekan, segera bergegas keluar dari ruangan itu.
Saat Leony berusaha menarik Adriel
keluar, Agus menahannya dan berkata dengan lembut, "Kamu nggak perlu
pergi."
Leony tertegun sejenak sebelum
akhirnya dia keluar.
Setelah semua orang pergi, hanya
tersisa Agus, Daniel, Ron, dan Adriel.
Ron menelan ludah, rasa sedih dan
marahnya kini berganti menjadi perasaan cemas, "Pak Daniel, tadi di depan
banyak orang aku memang salah. Sekarang aku akan berlutut meminta maaf."
Dia langsung berlutut di hadapan
Daniel tanpa basa- basi.
Daniel menatapnya dingin tanpa
berkata apa pun.
Daniel menatapnya dingin tanpa
berkata apa pun.
"Pak Daniel, aku tahu semua yang
aku capai saat ini semuanya berkat bimbinganmu Bahkan perkembangan kemampuanku
pun banyak berkat arahanmu."
Ron berubah sikap dengan cepat,
menunjukkan rasa bersalah, "Aku terlalu lama mengurus urusan akademi,
sampai lupa diri dan berani mempertanyakan keputusanmu, lupa akan kedudukan dan
aturan... "
"Tapi bagaimanapun juga, aku
adalah orang pilihanmu. Tolong, Pak Daniel. Beri aku kesempatan lagi, meskipun
nggak banyak prestasi, setidaknya aku sudah berusaha keras selama ini."
Kata-katanya begitu tulus, mencoba
menarik simpati.
Akhirnya, Daniel mendengus dingin dan
berkata, " Tadi itu hanya sebuah pelajaran. Aku menyelesaikan masalah
kecil ini nggak perlu campur tanganmu Kamu harus paham kalau di Akademi Arjuna
siapa yang punya keputusan terakhir."
No comments: