Bab 1390
Tindakan menggunakan kekuasaan untuk
mempermalukan Malio membuat beberapa murid di akademi merasa tidak senang.
Hanya saja, tidak ada yang berani mengatakannya secara langsung.
Sebaliknya, reputasi Malio makin
meningkat setiap harinya. Dia bahkan menyatakan dengan lantang bahwa dia akan
membuat Adriel kalah telak dalam seleksi mendatang.
Ini membuat semua orang sangat
menantikan momen di mana Adriel akan dipermalukan oleh Malio.
Bagaimanapun juga, makin tinggi
pohon, akan makin kencang angin yang menerpa. Adriel yang berhasil menarik
perhatian para wanita cantik dan disukai oleh kepala akademi, tentunya membuat
banyak orang merasa iri.
Leony menghela napas. Dia sangat
mendukung Adriel, sementara Wennie adalah murid kesayangannya. Dia berharap
agar keduanya bisa menjadi pasangan.
Masalahnya adalah, Adriel harusnya
muncul dulu!
Jadi dia menunggu di depan Mata Air
Abadi, berharap Adriel akan datang untuk berlatih, agar dia bisa memberinya
sedikit semangat supaya Adriel tidak takut menghadapi Malio.
Wennie juga tampak sedikit kecewa
karena Adriel tidak kunjung muncul. Jadi, dia bergegas menuju arena untuk
memperjuangkan haknya mengikuti Kompetisi Bela Diri hari ini.
Melihat Adriel yang masih belum
muncul, Leony menghela napas dalam hati sambil berpikir, " Baiklah, kalau
kamu terus bersembunyi seperti ini, lupakan saja."
Dia sudah menunggu cukup lama di
sana. Sudah saatnya kembali ke arena untuk menyaksikan pertandingan.
Namun, ketika Leony baru berjalan
beberapa meter, tiba-tiba terdengar suara pecahan.
Dia terkejut, lalu langsung menoleh.
Ada sebuah pemandangan yang membuatnya terguncang.
Tampak pintu Mata Air Abadi hancur.
Hawa dingin yang dahsyat mengalir keluar seperti tsunami, membuat pepohonan dan
tanah di sekitarnya dengan cepat membeku, membentuk lapisan kristal es.
Hawa dingin itu terus mengamuk,
menutupi area beberapa ratus meter di sekitarnya, lalu mulai berkumpul di udara
hingga membentuk badai yang menyapu sekeliling.
"Apa hawa dingin di Mata Air
Abadi meledak lagi?"
Leony yang tercengang, segera bersiap
untuk menghentikan penyebaran hawa dingin.
Namun, dia langsung tertegun ketika
melihat segumpal energi darah yang kuat memancar keluar, bergabung dengan hawa
dingin hingga membentuk kabut berwarna merah. Energi darah ini begitu kuat
hingga menaikkan suhu hawa dingin tersebut, mencairkan es di pepohonan dan
tanah.
"Ini energi darah manusia? Atau
mungkin ada makhluk buas yang muncul... "
Leony merasa bimbang. Energi darah
ini begitu kuat. Tubuh dan kekuatan macam apa yang bisa memiliki energi darah
sebesar ini?
Siapa yang sedang berlatih di dalam
Mata Air Abadi?
Dia mengulurkan tangan, membelah
kabut merah tersebut, lalu menatap ke arah Mata Air Abadi dengan rasa penasaran
sekaligus terkejut.
Tiba-tiba, terdengar suara seruan
yang begitu kuat, seakan-akan muncul dari dasar bumi, bergemuruh hingga ke
langit!
Seluruh Mata Air Abadi tampak
bergetar halus.
"Setelah latihan keras selama
tujuh hari, hari ini aku akhirnya berhasil!"
Kemudian, muncul sosok yang tertawa
kencang dari balik kabut merah. Sosok itu berjalan menembus kabut.
Sosok itu dikelilingi oleh kabut
merah, berdiri tegak dengan mata yang bersinar penuh semangat. Dia tampak
dipenuhi tekad perang dan kepercayaan diri. Darahnya begitu menggebu, bagaikan
seekor naga muda yang baru muncul ke dunia!
Leony merasa terkejut oleh kekuatan
tempur yang terpancar dari sosok itu. Saat mengenali wajah yang familiar itu,
dia langsung membuka bibirnya dengan terkejut, "Le... Leo?"
"Maaf membuat Guru Leony
menunggu," ujar Leo sambil tersenyum dengan tenang. Namun, aura tegas dan
sombongnya tidak bisa diabaikan.
Leony terdiam sejenak. Kemudian, dia
tiba-tiba mengingat sesuatu, lalu bertanya dengan penuh ketidakpercayaan,
"Tunggu sebentar, kamu ... kamu berlatih di Mata Air Abadi selama tujuh
... tujuh hari?
Adriel tersenyum simpul tanpa peduli.
Dia hanya menjawab, "Terima kasih atas perhatian Guru."
"Kamu ini ... "
Leony masih tampak tidak percaya.
Dengan bingung dia bertanya, "Sekarang kamu berada di tingkat apa? 11
Dia bisa merasakan bahwa kekuatan
Adriel tampak aneh. Energi sejatinya terus bergolak seperti seekor naga,
membuat Leony sulit untuk menentukan tingkat kekuatannya.
"Ini..." ucap Adriel. Dia
baru hendak menjelaskan sesuatu ketika tiba-tiba dia merasakan sedikit
gelombang energi sejati di kejauhan. Dia menoleh ke arah arena dengan senyum
lebar, menampakkan ekspresi penuh semangat, lalu berkata, "Oh ya, aku
masih punya pertandingan yang harus dihadapi. Semoga mereka bisa memaksaku
menunjukkan tingkat kekuatanku yang sebenarnya."
No comments: