Membakar Langit ~ Bab 1396

 

Bab 1396

 

Namun, Adriel menendang perutnya dengan keras, lalu tubuh kekar Malio terbang, meringkuk di udara seperti udang yang sudah dimasak seraya merintih kesakitan. Tidak lama kemudian, dia memuntahkan empedunya sendiri.

 

Saat dia melayang di udara, Adriel mengangkat kaki cambuknya dengan tinggi, lalu menjatuhkannya dengan keras ke dada Malio dan langsung menghantamkannya ke tanah.

 

Selanjutnya, Malio benar-benar kehilangan inisiatifnya. Dia berusaha keras untuk bangkit, tetapi serangan Adriel terus mengikutinya seperti bayangan. Serangan Adriel tidak seperti mencoba untuk mengalahkannya, tetapi lebih seperti menyiksanya.

 

Tubuh setinggi dua meter itu berubah menjadi karung pasir.

 

Saat melihat pemandangan ini, para siswa di Akademi Arjuna tercengang.

 

Ini terlalu brutal.

 

Juga terlalu tidak normal.

 

Tindakan Adriel tidak memiliki aturan tertentu sama sekali, dia menyederhanakan gerakannya hingga batas maksimal. Setiap tindakannya sangat sederhana. Dia tidak mencari keindahan, tetapi hanya mengejar efisiensi.

 

Ini bukanlah jurus yang bisa diajarkan oleh seorang guru. Ini merupakan seni bela diri yang hanya bisa dilatih di arena hidup dan mati.

 

Di mana Adriel berlatih seni bela diri?

 

Dilan menyaksikan dengan kaget, tiba-tiba dia merasa dirinya sangat beruntung. Saat bertarung dengan Adriel, sepertinya Adriel tidak menggunakan seluruh kekuatannya untuk melawannya...

 

"Apa kamu nggak ingin menantangku secara langsung? Bukankah kamu pikir aku hidup di lingkungan yang kaya dan nyaman? Aku akan melawanmu di bidang yang kamu kuasai dengan baik. Kenapa kamu nggak bisa mengalahkan aku?"

 

Adriel menendang Malio lagi, menepuk tangannya sambil berbicara.

 

Teriakan Malio membuat Adriel sedikit kesal, jadi dia mengajari Malio dengan sengaja bagaimana cara berperilaku di bidang yang paling dia kuasai dengan baik.

 

"Kamu ... kamu bagaimana mungkin, bagaimana mungkin!"

 

Pada saat ini, Malio masih bisa berdiri dengan susah payah dan sudut matanya bergerak-gerak.

 

Dia hanya merasa sangat terhina.

 

Malio pikir dia bisa mengalahkan Adriel dengan kekuatannya, tetapi Adriel justru tidak menganggapnya sebagai lawan sama sekali. Adriel bahkan menggunakan tubuh kebanggaan Malio hanya sebagai karung pasir untuk latihan.

 

"Aku datang dari arena hidup dan mati, kalau kamu menyaingi aku dengan keringatmu. Itu sungguh konyol."

 

Adriel tampak seperti penguasa sekolah yang menatap seorang anak kecil seraya berkata, "

 

Menurutlah, berlutut dan akui kekalahanmu. Dengan begitu, maka aku nggak akan menghajarmu.

 

"Kamu ingin aku berlutut padamu? Aku nggak mau! 11

 

Malio menolak dengan suara keras. Adriel telah menghancurkan harga dirinya menggunakan tangannya sendiri. Malio tidak bisa menerima bahwa dia sudah kalah dari Adriel dalam pertarungan langsung.

 

Malio berteriak keras dan bergegas menuju Adriel lagi. Pada saat ini, otot-otot di seluruh tubuhnya melonjak seperti gelombang, lalu kekuatan ledakan di tubuhnya berkumpul dalam satu pukulan.

 

Pukulannya dilayangkan, lalu suara harimau serta macan langsung mengaum.

 

"Pukulan mematikan setengah langkah!"

 

Setelah melayangkan pukulan tersebut, suara ledakan langsung pecah di udara. Seolah-olah ada seekor harimau dan macan yang menempel pada pukulan tersebut dan meraung.

 

Saat pukulan ini dilayangkan, wajah Malio langsung berubah menjadi pucat, seolah seluruh energi sejatinya telah dicurahkan ke dalam pukulan ini.

 

"Nggak bagus!"

 

Ekspresi Leony langsung berubah drastis.

 

"Beraninya dia mengerahkan jurus mematikan!"

 

Agus memukul meja dan tampak sangat marah.

 

Pertarungan seleksi ini hanya menentukan hasil, bukan hidup atau mati. Kekuatan dari pukulan mematikan setengah langkah itu luar biasa dan dapat melompati tingkat pertarungan dengan mudah. Akan tetapi, begitu dilayangkan akan sulit untuk dikendalikan. Jurus ini juga termasuk dalam jurus terlarang.

 

Malio kehilangan akal sehatnya dan ingin membunuh Adriel tanpa memedulikan aturan apa pun!

 

Sekarang mereka semua menatap Adriel yang sedang berdiri di sana dengan tenang, tanpa ekspresi kewaspadaan sedikit pun.

 

Daniel mendengus dingin, lalu melompat untuk menyelamatkan.

 

Namun, pada saat berikutnya, dia sedikit terkejut dan tiba-tiba membeku.

 

Dia melihat Adriel sedang mengepalkan tangannya.

 

Fluktuasi energi sejati yang kuat di sekelilingnya mulai mereda perlahan. Hanya ada Adriel yang sedang menggenggam pukulan mematikan setengah langkah. Malio masih mempertahankan postur menyerang, tetapi tubuhnya sudah kaku di tempatnya, bahkan dia tampak sedikit bingung saat melihat tinjunya yang digenggam oleh Adriel.

 

Semua orang tercengang dan merasa seolah-olah mereka kembali ke awal perhentian.

 

Ini sama seperti pukulan pertama Adriel dari Malio. Perbedaannya adalah perbedaan kekuatan antara kedua pukulan tersebut lebih dari empat kali lipat.

 

Namun, bagi Adriel sepertinya tidak ada perbedaan. Dia masih terlihat santai, seolah sedang menangkap sehelai daun yang berguguran.

 

Seluruh arena itu tiba-tiba menjadi sunyi dan tidak terdengar suara apa pun.

 

Malio menatap Adriel dengan tatapan kosong seraya menyahut, "Bagaimana kamu bisa melakukannya dengan mudah... "

 

"Kamu sudah bilang dari awal, jarak antara kamu dan aku terlalu besar."

 

Adriel berkata sambil mengangkat bahunya dengan santai.

 

"Ternyata ... seperti ini... "

 

Malio tampak seperti kehabisan energi dalam sekejap. Dia kehilangan jiwanya dan hanya tertegun. Malio telah mengucapkan kalimat itu berkali-kali, tetapi itu semua justru tidak sesuai dengan apa yang dia pikirkan.

 

"Omong-omong, Pak Daniel, barusan dia cuma ingin membunuhku," ujar Adriel. Dia tiba-tiba menatap Daniel, menunjuk ke arah Malio seraya berkata, "Apa aku juga boleh membunuhnya?"

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1396 Membakar Langit ~ Bab 1396 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 06, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.