Membakar Langit ~ Bab 1398

 

Bab 1398

 

Agus mengerutkan kening dan menyahut, "Malio cukup beruntung."

 

Pada saat ini, Daniel tersenyum ringan, berdiri dan mengumumkan waktu untuk istirahat sejenak.

 

Saat ini, Adriel juga turun dari panggung. Dilan adalah orang pertama yang muncul dengan membawa handuk. Dia segera berkata dengan senyuman di wajahnya, "Bos, kamu sangat tangguh.

 

Adriel mendorong Dilan menjauh, berjalan menuju Leony dan Wennie sambil tersenyum.

 

"Kamu masih belum menunjukkan tingkatanmu..."

 

Ekspresi Leony tampak aneh. Adriel tidak hanya tidak menunjukkan tingkatannya, bahkan dia tidak menggunakan ilmu bela diri yang layak.

 

"Kalau menggunakan kekuatan yang sebenarnya, Malio akan mati."

 

Adriel tersenyum tipis. Di matanya, Malio hanyalah seorang anak kecil. Jika anak itu tidak patuh, cukup dipukul saja pantatnya. Tidak perlu sampai menggunakan pisau atau senjata.

 

"Ujung pisau harus dihadapkan ke luar."

 

Sambil berkata demikian, Adriel melihat ke arah Wafa yang sedang duduk di sampingnya. Saat ini, Wafa kebetulan juga sedang menatapnya. Mata mereka saling bertemu, Wafa hanya mengangguk sambil tersenyum.

 

Adriel juga membalas dengan senyuman ramah, lalu dia bertanya dengan lembut, "Apa kamu sudah menemukannya?"

 

Dilan yang sedang memegang handuk di dekat Adriel, menyahut dengan cepat, "Keluarga Jisuji pindah ke Kota Srijaya seratus tahun yang lalu. Mereka adalah pengusaha. Tiga tahun lalu, seluruh anggota keluarga mereka tewas dalam pembunuhan bisnis, sedangkan pembunuhnya bunuh diri."

 

"Pada saat itu, Wafa berkelana di luar dan menjadi tunawisma, lalu dia bergabung di Akademi Arjuna untuk berlindung. Bisa dibilang, dia adalah penduduk asli Kota Srijaya."

 

Adriel mengangguk pelan, sambil berpikir dan bergumam, "Kasihan sekali... "

 

"Sebenarnya, kamu juga nggak perlu terlalu memusuhi Wafa, 'kan? Dia selalu sangat sopan padamu, kenapa kamu masih perlu menyelidikinya? 11

 

Leony segera bertanya dengan ragu.

 

Adriel tersenyum, tetapi tiba-tiba melihat ke arah panggung dengan sedikit terkejut. Dia segera bertanya, "Di mana Ron? Apa dia nggak datang ke sekolah?"

 

"Dia pergi menyambut keluarga Janita. Kita adalah peserta utama. Kita harus menunjukkan rasa hormat pada keluarga Janita dan menyuruh seseorang untuk menjemput mereka secara pribadi. Tentu saja, pria tua itu nggak akan melewatkan kesempatan ini untuk menjalin hubungan dengan keluarga Janita."

 

Leony menjelaskan sambil mengerutkan bibirnya dengan jijik.

 

Namun, Adriel mengerutkan keningnya.

 

Kedengarannya masuk akal dan tidak ada yang perlu diragukan.

 

Namun, dia sedikit curiga.

 

Pada saat itu, tiba-tiba angin kencang datang dari langit

 

Saat ini, semua orang melihat sekeliling, tetapi mereka hanya melihat dua sosok yang sedang terbang di udara dengan sayap terbentang. Dengan kekuatan yang kuat, mereka mendarat di panggung dan menahan momentum mereka.

 

Salah satu sosok itu tentu saja adalah Ron yang masih menunjukkan penampilan tegas dan kuno.

 

Sosok lainnya adalah seorang pria paruh baya.

 

Dia tampak acak-acakan, seolah baru sadar dari mabuk dan mengulas senyum lebar.

 

Ketika datang, dia memeluk Daniel erat-erat sambil menepuk punggungnya dengan keras dan berkata, " Teman lama, sudah lama kita nggak bertemu. Malam ini aku sedang pesta minum. Aku dengar kamu sedang ada perjalanan bisnis di sini, jadi tanpa berpikir panjang aku langsung datang. Niatku baik sekali, 'kan!"

 

Saat ini, pria tua itu melihat beberapa wanita cantik yang ada di antara penonton. Tatapan matanya tiba- tiba berbinar, lalu dia dan Daniel berkata dengan senyuman di wajahnya, "Setelah pertandingan bela diri, apa kita bisa mengadakan kompetisi renang wanita? Aku ingin melihat hasil ajaran dari kalian."

 

Daniel akhirnya muncul dengan susah payah dan menjawab dengan wajah muram, "Pergi!"

 

Namun, pria tua itu tidak menunjukkan kekhawatiran sama sekali. Dia memeluk Agus seraya berkata dengan antusias, "Agus, kamu masih tetap tampan seperti dulu. Cuma bekas lukamu jadi lebih banyak. Aku baru saja bertemu dengan dokter sakti ahli bedah plastik. Apa kamu mau kukenalkan padanya? Lajang tua juga nggak masalah."

 

Agus tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya, seolah ingin keluar dari sini.

 

Semua orang tercengang, dari mana datangnya orang gila ini?

 

Tidak ada sedikit pun aura tingkat langit yang dia tunjukkan. Jelas sekali, pria itu hanya seorang bajingan tua, bukan?

 

"Tetua keluarga Janita, Marlon Janita."

 

Pada saat ini, Leony menggerakkan sudut mulutnya dan berkata kepada Adriel, "Dulu, dia pernah bertarung dengan Pak Daniel. Konon katanya, dia adalah orang yang tegas dan berani. Sayangnya, Marlon sepertinya mengalami kerusakan otak saat dalam pertarungan besar."

 

Ini bahkan lebih dari sekadar kerusakan otak?

 

Bisa dibilang ini hampir mirip seperti skizofrenia?

 

Saat ini, Daniel menyahut dengan wajah gelap, " Leo, kemarilah. Beri salam pada Pak Marlon."

 

Pada saat itu, diiringi dengan tatapan iri semua orang padanya, Adriel segera berjalan menuju Daniel.

 

Di bawah tatapan iri semua orang, Adriel naik ke atas panggung.

 

"Dia adalah murid terbaik di akademi kita. Kali ini, dia yang menjadi juaranya."

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1398 Membakar Langit ~ Bab 1398 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 06, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.