Bab 1399
Daniel berkata dengan tenang, mencoba
membangun koneksi untuk Adriel.
"Kamu adalah pria muda yang
berbakat. Aku senang bertemu dengan karnu."
Marlon tidak menunjukkan sikap
sombong sama sekali. Dia justru mengambil inisiatif untuk mengulurkan tangan
dan menjabat tangan Adriel.
Masih melihat ke atas dan ke bawah,
Daniel tiba - tiba menyahut pelan, "Aku pernah dengan Ron membicarakan
tentang anak ini. Katakan dengan jujur, apa dia anak harammu? Kalau iya, aku
akan melindunginya dengan lebih baik?"
Wajah Daniel tidak menunjukkan
ekspresi apa pun.
"Pak Marlon, jangan percaya
dengan rumor dan menyebarkannya sembarangan," sahut Adriel menarik napas
dalam-dalam.
Marlon meletakkan tangannya dengan
kecewa, lalu melihat ke arah penonton seraya bertanya, "Di mana ada Wafa?
Aku dengar dia adalah murid terbaik di akademi kalian."
"Kali ini untuk memilih tiga
tempat teratas, Leo pasti akan mendapat satu tempat," sela Daniel dengan
santai.
Namun, pada saat ini Marlon tertegun,
menggaruk kepalanya dan berkata, "Teman lama, bukannya aku ingin
mempersulitmu. Keluargaku sudah berubah pikiran. Kali ini, keluargaku cuma akan
memberi satu tempat untuk kalian."
"Apa?"
Daniel tiba-tiba terkejut.
"Itu memang keterlaluan! Aku juga
ingin meledakkan kepala orang-orang tua itu, tapi sungguh nggak ada cara lain
untuk membantu," ujar Marlon dengan ekspresi penuh kebencian.
Daniel mengerutkan kening dan hampir
setuju, " Kalau begitu... "
Namun, pada saat ini Ron menyahut
tanpa ekspresi, "Maksud dari Keluarga Janita berarti kita nggak boleh ikut
campur dalam pertarungan, sampai satu pihak menyerah dan menjadi kekuatan
utama. Hanya dalam situasi hidup dan mati yang diambang putus asa kita dapat
melihat kekuatan sejati dari kedua belah pihak."
"Situasi hidup dan mati? Ini
keterlaluan!"
Daniel naik pitam. Lagi pula, ini
hanya seleksi, mengapa harus berada dalam situasi putus asa?
"Para orang tua itu langsung
menyetujui saran yang diberikan oleh Pak Ron kepada keluarga Janita. Aku juga
nggak bisa berbuat apa-apa..." ujar Marlon menggosok tangannya dengan
canggung.
"Ron!" Saat mendengar ini,
Daniel menatap Ron dengan marah.
"Kalau Akademi Arjuna
mengirimkan orang lemah, itu cuma akan membuat keluarga Janita dipandang
rendah. Pak Daniel, aku melakukan ini demi kebaikan akademi. Kalau kamu
khawatir sesuatu terjadi pada Leo..."
Setelah berkata demikian, Ron menatap
Adriel dengan tatapan sinis dan berkata, "Kamu bisa memilih untuk nggak
ikut berpartisipasi."
Jika ikut berperang, maka akan ada
bahaya kematian.
Dengan demikian, Ron secara langsung
dapat membiarkan Wafa untuk membunuh Adriel.
"Kamu menyukai Leony,
'kan?" tanya Ron. Dia menyipitkan matanya dan berkata sambil mencibir,
"Kalau kamu nggak ikut berpartisipasi, kamu nggak akan punya kesempatan
lagi. Kalau kamu ikut berpartisipasi, kamu mungkin bisa kehilangan
nyawamu."
Adriel menatapnya seraya tersenyum
menggoda dan bertanya, "Apa menurutmu aku akan kalah?"
Ron tidak ingin menjawab.
Wafa adalah pewaris yang dilatih
dengan cermat oleh organisasi. Kekuatan yang dia tunjukkan sebelumnya, hanya
seperti ujung gunung es saja.
"Kalau Wafa tewas, apa kamu akan
merasa sedih?"
tanya Adriel tiba-tiba tersenyum.
Ron tercengang. Kematian Wafa adalah
masalah besar bagi organisasi. Tidak hanya sedih, Ron pasti juga tidak bisa
bertanggung jawab kepada organisasi.
Namun, tidak lama kemudian, Ron
menyahut dengan nada menghina, "Saat ada seorang murid yang luar biasa tewas,
tentu saja aku akan merasa sedih."
"Oke, aku akan ikut
berpartisipasi."
Adriel langsung setuju sambil tertawa
sinis. Akan tetapi, Ron memaksanya untuk memikirkan pertarungan hidup dan mati
dengan Wafa. Ron merasa Adriel seperti mangsa dan tidak pernah berpikir bahwa
Wafa akan kalah.
Jika demikian, biarkan mereka melihat
siapa mangsa sebenarnya dalam duel ini.
"Leo!"
Saat ini, Daniel tiba-tiba menjadi
sedikit gelisah.
Namun, saat ini Adriel menyahut,
"Pak Daniel, Pak Agus, apa aku bisa bicara dengan kalian?"
"Boleh."
Daniel menghela napas berat.
Dia membawa Agus bersamanya dan
berjalan ke samping bersama Adriel. Dia mencoba meyakinkan Adriel bahwa jika
tidak berhasil, mereka masih bisa negosiasi. Tidak perlu terlibat dalam
pertarungan hidup dan mati.
Namun, Adriel merasa sedikit terkejut
dengan kalimat pertamanya, "Apa kamu sudah mengetahui tentang penyakit
kaki Pak Ron?"
"Kamu juga terlalu dendam,
'kan?"
No comments: