Membakar Langit ~ Bab 1414

Bab 1414

 

Kedua orang itu bertarung dengan kecepatan yang sulit diikuti mata, tetapi situasi pertarungan membuat semua orang terperangah.

 

Keduanya terpisah. Tubuhnya Ceol berlumuran darah, penuh dengan luka sabetan pedang, beberapa di antaranya begitu dalam hingga menembus tulang. Darahnya menetes ke tanah, sementara ada juga bagian tubuhnya yang hangus karena disambar petir.

 

Di sisi lain, Adriel juga dipenuhi bekas-bekas pukulan yang menembus satu inci ke dalam kulitnya. Wujud mistik naga-gajah di sekelilingnya berubah menjadi energi darah yang memasuki tubuhnya, menyembuhkan luka-lukanya secara cepat. Namun, tatapan Adriel tetap dingin dan tak sedikit pun mundur.

 

"Ceol, dasar tua bangka!" ejek Adriel.

 

Ceol terengah-engah, dengan petir masih mengamuk di sekitar luka-lukanya, menyiksa tubuhnya dan membuat wajahnya bergetar. Dia berteriak, "Anak kecil! Kamu berani meremehkanku?"

 

Dalam pertarungan itu, energi darah Adriel meledak dengan kekuatan besar, kekuatan tubuhnya terasa menindih Ceol.

 

Saat itu, terdengar suara teguran Ron dari tribun, Ceol, apa kamu masih ingin aku turun tangan untuk membunuh orang ini?"

 

Mendengar teguran itu, wajah Ceol sedikit berubah, seakan telah membuat keputusan besar. Sambil menggertakan gigi, dia berkata, "Anak muda, kamu telah memaksaku sampai ke titik ini. Kamu boleh bangga karenanya!"

 

Begitu kata-katanya selesai, kedua tangannya menghantam dadanya dengan keras dan penuh tenaga, hingga tubuhnya bergetar ringan. Sesaat kemudian, luka-luka di tubuhnya mulai pulih dengan cepat, terlihat jelas dengan mata telanjang.

 

Ini kembali memaksa Ceol untuk menguras potensinya. Namun, berbeda dari sebelumnya, kali ini tubuhnya tidak tampak menua. Sebaliknya, dia justru terlihat sedikit lebih muda...

 

"Jadi, kamu korbankan sisa hidupmu lagi demi kekuatan?" tanya Adriel dengan senyum meremehkan.

 

"Anak muda, ini adalah teknik pamungkas metode pemurnian darah yang diajarkan guruku! Jauh berbeda dari trik yang kugunakan di Gunung Lodra!"

 

Begitu kata-katanya selesai, Ceol melangkah maju menyerang, auranya kembali melonjak, bahkan melampaui puncak kekuatannya yang dulu.

 

Jelas, ini adalah teknik yang baru saja diajarkan oleh Ron setelah dia bergabung dengan Enam Jalur Puncak Kematian yang secara paksa meningkatkan kekuatannya secara signifikan.

 

Tubuhnya bergerak dengan tajam, menerjang mendekati Adriel. Tangan kanannya terbuka, menyerupai cakar naga yang mengerikan, memancarkan aura tajam yang mematikan.

 

"Mati!"

 

Ceol berteriak lantang, cakar tangannya memancarkan cahaya keemasan, tajam seperti senjata mematikan, langsung mengincar jantung Adriel.

 

Namun, di saat semua orang terkejut dan khawatir, Adriel sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.

 

Adriel justru mendekat, sengaja bertabrakan dengan Ceol. Ceol meledakkan seluruh kekuatannya, memenuhi udara dengan energi sejati yang mengamuk, melancarkan serangan-serangan mematikan seperti badai yang menggempur Adriel tanpa henti.

 

Dalam hitungan detik, keduanya sudah bertukar lebih dari seratus jurus, masing-masing menggunakan teknik paling mematikan. Ceol terus menguras sisa hidupnya demi kekuatan, sementara Adriel dipukul mundur, darah segar mengalir dari mulutnya dan tubuhnya dipenuhi luka cakaran.

 

Meski begitu, sorot mata Adriel tetap dingin dan tanpa gentar. Dia masih menyimpan jurus pamungkasnya, Sungai Darah. Namun, ini belum waktunya.

 

Ketika Sungai Darah dilepaskan, dunia pasti akan terkejut!

 

Ini adalah jurus mematikan yang harus digunakan pada saat yang tepat.

 

Saat ini, kedua sosok itu terjebak dalam pertempuran sengit, bertarung tanpa henti, dan keduanya sudah tidak mampu mengendalikan gelombang energi sejati mereka.

 

Batu-batu besar hancur berantakan, gemuruh keras terdengar, tanah terus bergetar dan pertempuran meluas ke seluruh arena. Bahkan arena tempat Adriel bertarung melawan Wafa beberapa waktu lalu kini sudah hancur lebur.

 

Semua orang yang menyaksikan pertempuran ini ternganga dan tertegun, tidak tahu harus berkata apa.

 

Ini jelas bukan kekuatan yang seharusnya dimiliki oleh seorang murid. Adriel jelas sudah terlatih dalam medan pertempuran sesungguhnya, melewati banyak pertempuran hidup dan mati, bahkan mungkin telah beberapa kali berada di depan pintu kerajaan maut.

 

Pengalaman bertarungnya sepertinya bahkan lebih kaya dibandingkan Ceol, yang semestinya lebih berpengalaman. Jika dilihat dari ini, Adriel bukan sekadar murid di Akademi Arjuna, dia bahkan sudah cukup pantas menjadi seorang mentor

 

Namun, saat pertempuran mencapai titik ini, keduanya sudah mengeluarkan semua jurus mereka. Pertarungan ini hampir berakhir, dan hasil akhir segera terungkap.

 

Sekejap, seakan seluruh kekacauan di medan perang ini mendalam dalam kesunyian, semua orang mulai sadar bahwa pertempuran ini sudah mencapai titik kritis, saat-saat yang akan menentukan hidup dan mati.

 

Keduanya pun menyadari, pertempuran ini sudah berada pada saat paling menegangkan, dan Ceol kembali memaksa potensi dalam tubuhnya untuk melonjak, kekuatannya tak terhentikan.

 

Sementara itu, Adriel dikelilingi oleh cahaya emas yang menyala dengan intensitas luar biasa, memperlihatkan kekuatan tempurnya yang luar biasa.

 

Bam!

 

Tabrakan hebat terjadi lagi, keduanya terbatuk darah, suara patahnya tulang terdengar jelas, tubuh mereka berlumuran darah, tetapi semangat tempur mereka makin membara, bahkan menakutkan.

 

Ceol merasakan pusing yang mendera di kepalanya. Teknik rahasianya sudah mencapai puncaknya. Saat itu, matanya berkilau tajam, dan aura serta kekuatannya melonjak hingga mencapai batas tertingginya.

 

Dengan amarah yang meluap, dia berteriak, "Ini harus berakhir sekarang!"

 

Dia mengerahkan seluruh sisa kekuatan yang ada dalam tubuhnya dalam satu serangan dahsyat. Kekuatan yang menakutkan menghantam menuju Adriel dengan tubuhnya sebagai senjata, berniat menghancurkan segalanya!

 

Bam!

 

Tubuh Ceo belum sampai, tetapi sebuah aura menakutkan sudah menyerang seperti tsunami, menghantam tubuh Adriel dengan keras.

 

Namun, saat itu, sorot mata Adriel justru makin jernih. Simbol-simbol hitam di tubuhnya sudah mencapai batasnya.

 

Matanya bersinar tajam, tangannya menyentuh cincin darah di jarinya, "Sudah saatnya berakhir."

 

Dengan itu, Adriel mendongak tajam, menatap Ceol yang datang dengan kecepatan luar biasa dan membawa aura ganas.

 

"Sungai Darah!"

 

"Muncul!"

 

Gelang darah melesat terbang!

 

Darah tercurah dan mengalir deras, berkumpul membentuk sungai!

 

Angin kencang berteriak, aroma darah tercium tajam.

 

Seperti pintu neraka yang terbuka, Sungai Darah menggulung dengan dahsyat, siap menenggelamkan dunia dan membawa jiwa-jiwa ke dunia kematian!

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1414 Membakar Langit ~ Bab 1414 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 08, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.