Bab 1429
Saat ini, Wafa telah mengangkat
tangannya dan mengubah energi sejatinya menjadi perisai, melindungi dirinya
dari persepsi orang di luar. Di mata mereka, kedua orang itu hanya duduk dan
berbincang-bincang saja.
Namun, di mata Albert, kedua orang
ini sedang berunding tentang bagaimana menghadapi situasi berbahaya berikutnya.
"Kalian pikir Akademi Arjuna itu
wilayah kalian, jadi kalian bisa bersikap sombong? Lihat saja, setelah Tetua
datang, aku akan membuat kalian membayar akibatnya!"
Cahaya ganas melintas di matanya.
Sebagai anggota keluarga Janita, kapan dia pernah mengalami penghinaan seperti
ini?
Meskipun kekuatannya tidak sebanding
dengan yang lain, dengan mengandalkan kekuatan keluarga, dia bisa membuat kedua
orang itu berlutut dan meminta maaf kepada dirinya!
Namun, dia tidak tahu apa yang mereka
bicarakan sekarang tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Wafa menuangkan minuman untuk Adriel
sambil tersenyum lemah dan berkata, "Aku yakin Leo sudah tahu bahwa aku
adalah orang dari Enam Jalur Puncak Kematian."
Pihak lain begitu terbuka sampai
membuat Adriel mengangkat alisnya. Wafa memang sangat peka dan mengetahui hal
ini dari sikapnya sendiri.
Dia mengeluarkan ponselnya dan
membuka fitur perekam. Setelah itu, dia meletakkannya di atas meja sambil
berkata dengan tenang, "Lanjutkan."
Ketika mengabaikan perekam suara di
ponselnya, Wafa justru tersenyum dengan bangga dan berkata, "Namaku Wafa.
Ayahku adalah seorang tokoh besar di antara Enam Jalur Puncak Kematian Akademi
Arjuna. Dia datang ke akademi ini untuk merebut Kitab Tentara Agung."
Setelah selesai berbicara, dia
tersenyum kepada Adriel dan berkata, "Leo, sudah puas?"
Adriel menatapnya dengan tatapan
datar dan tidak mengatakan apa pun.
Wafa menyesap minumannya, lalu
meletakkannya sambil menghela napas dan berkata, "Leo, kamu harus percaya
padaku, aku benar-benar nggak bermaksud jahat. Tapi, aku sangat nggak puas
dengan beberapa tindakan ayahku."
"Kalaupun kamu membutuhkannya,
aku bisa membantu menangkap beberapa orang dari Enam Jalur Puncak Kematian
untuk membantumu meraih prestasi."
"Sejak kapan orang-orang dari
Enam Jalur Puncak Kematian berubah menjadi pria dan wanita yang baik?"
ujar Adriel sambil tertawa dingin.
"Apakah orang jahat terlahir
sebagai orang jahat?"
Namun, Wafa hanya tersenyum pahit dan
berkata, " Sejak lahir, aku ditakdirkan untuk menjadi orang Enam Jalur
Puncak Kematian, nggak sepertimu. Aku bahkan nggak punya kesempatan untuk
memilih."
"Tapi kali ini, kamu ingin
menjadi orang baik?" tanya Adriel sambil menatapnya dengan tatapan sinis.
"Percaya atau nggak, terserah
kamu." Wafa tiba - tiba tersenyum dan berkata, "Aku bisa
memberitahumu bahwa akan ada perubahan besar di Srijaya. Perubahan besar ini
akan mengubah kembali tata kekuasaan Srijaya."
"Kalau aku bisa berjasa dalam
perubahan besar ini, aku bisa keluar dari Enam Jalur Puncak Kematian. Nanti,
kalau kamu bekerja sama denganku, kamu juga akan mendapatkan banyak
keuntungan."
Adriel mengernyit sembari berkata,
"Ada perubahan besar?"
"Sekarang, aku belum bisa
mengatakannya padamu, tapi aku bisa menjamin kalau kamu memilih untuk tetap
bersamaku, itu akan berguna. Tentu saja, kamu juga bisa memilih untuk
melaporkanku, tapi..."
Wafa menatapnya dengan tatapan tajam
dan berkata, "Aku bisa menjamin bahwa aku pasti akan tetap hidup. Pada
saat yang sama, akan ada orang- orang besar yang membuat Daniel membayar
akibatnya. Percayalah padaku, aku nggak akan menipumu."
Adriel tidak banyak bicara. Dia sudah
menggunakan teknik membaca pikiran dan mata gandanya sambil mengernyit.
Perubahan besar itu ternyata adalah
kekuatan besar dari wilayah atas yang ingin datang ke Srijaya dan Sagheru untuk
memilih pemuda-pemuda terbaik untuk dilatih secara intensif.
Siapa yang terpilih, dia bisa
mengubah tata kekuasaan di Srijaya...
Tampaknya, Wafa memilih untuk
menyembunyikan identitasnya di Srijaya, juga menunggu kesempatan ini untuk
dipilih oleh orang lain.
Sementara itu, Keluarga Janita
mengadakan kompetisi bela diri, bahkan tidak segan-segan menggunakan wanita
keluarga sebagai umpan, untuk mencari bakat-bakat terbaik di Srijaya agar
orang-orang dari wilayah utara memilih orang dari keluarga mereka sendiri...
Namun, Adriel terlihat agak bingung.
Wilayah atas tidak kekurangan bakat, tetapi mengapa orang itu datang ke Srijaya
dan memilih orang dari Sagheru?
Adriel tiba-tiba teringat pada Tabib
Agung. Saat itu, beliau terakhir kali muncul di dua tempat ini.
Sementara itu, di antara kekuatan
yang datang untuk memilih orang, kebetulan ada satu keluarga besar yang pernah
menerima beberapa pengajaran dari Tabib Agung.
Mereka sangat bersyukur atas prestasi
mereka di bidang kedokteran. Mereka bahkan mendirikan tempat pemujaan untuk
Tabib Agung...
Mungkinkah dia diundang untuk kembali
ke posisinya?
Pada saat ini, Wafa tidak tahu apa
yang dipikirkan oleh Adriel. Melihat ekspresi berpikirnya, dia merasa bahwa
orang itu seharusnya terkesan oleh dirinya sendiri. Jadi, dia tersenyum dan
berkata, " Leo, kalau kamu nggak percaya, kamu bisa menunggu beberapa
waktu lagi. Kamu akan segera tahu apa yang terjadi..."
"Itu saja?" ujar Adriel
sambil memandangnya sebentar.
"Iya, itu saja," ucap Wafa
dengan kaget.
"Oh. Kalau begitu, aku akan
melaporkan berita ini kepada Kepala Akademi," kata Adriel dengan santai.
"Bukan, Leo, kamu ... "
Wafa tidak bisa menahan diri lagi. Namun, melihat senyum dingin Adriel, dia
menghela napas dan berkata, "Sepertinya Leo masih ingin sesuatu yang
nyata. Kalau begitu, katakan saja..."
No comments: