Bab 1433
"Ayah," panggil Joni.
Ketika Joni melihat pria itu, dia
seperti melihat penyelamat. Air matanya hampir jatuh, dan dia berteriak keras.
Dengan tubuh penuh lumpur, dia merangkak mendekat dalam keadaan menyedihkan,
sambil memegang tangan yang telah terputus.
Dengan penuh rasa pilu, Joni berkata,
"Adriel memotong tanganku! Ayah, kamu harus membalasnya untukku!"
Seketika, Delvin langsung
menghentikannya dengan sebuah gerakan tangan dan matanya yang dingin menatap
Adriel lalu berteriak, "Berani sekali kamu melukai anggota keluarga
Janita! Apa kamu tahu dosa besar yang telah kamu perbuat?"
Namun, di bawah tekanan itu, Adriel
tetap berdiri tegak dengan pedangnya. Dia memandang lawan tanpa rasa takut,
lalu mencemooh, "Kalian berdua hanya mengincar pedang setengah jadi ini,
'kan? Kalau kamu nggak bilang berasal dari keluarga Janita, aku hampir mengira
kalian pengemis yang keliling meminta-minta!"
Adriel dengan kemampuan membaca
pikiran telah mengetahui niat lawan. Mereka datang atas perintah Nyonya Freya
untuk merekrut seorang pemuda ahli seperti dirinya.
Namun, dalam alih-alih menjalankan
tugas, mereka justru mencoba memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi.
Kalau begitu, kenapa dia harus bersikap sopan?
"Kurang ajar!" teriak
Delvin dengan suara nyaring.
Tanpa banyak bicara, dia mengulurkan
tangannya yang besar untuk menangkap Adriel, mencoba melingkupinya sepenuhnya.
Sebentar saja, tekanan yang kuat
menyebar dan membuat wajah para penonton di sekitar menjadi pucat dan penuh
ketakutan.
Jelas Delvin tidak tahu malu. Sebagai
seorang ahli tingkat langit, dia tega menggunakan kekuatannya melawan seorang
junior.
Namun, tiba-tiba, terdengar suara
tenang dari kejauhan, "Delvin, kamu nggak seharusnya bertindak di Akademi
Arjuna."
Setelah itu, sebuah tangan muncul dan
menghantam tangan besar Delvin. Suara ledakan bergema, disertai suara muntahan
darah.
Delvin mundur beberapa langkah dengan
wajah penuh kesakitan. Dia menatap sosok itu dengan ngeri dan berkata,
"Daniel?!"
Daniel berdiri di depan Adriel,
jubahnya berkibar ringan. Baru saja tiba, dia langsung melukai Delvin dengan
satu pukulan. Auranya begitu perkasa.
Para murid yang menyaksikan merasa
sangat terinspirasi. Inilah kekuatan luar biasa dari Daniel, salah satu tokoh
terkuat di Srijaya!
Delvin merasa sangat tertekan. Dia
bisa merasakan kekuatan Daniel yang lebih dalam dan tak terukur dibanding
sebelumnya. Bahkan keluarga Janita pun harus menghormatinya.
"Daniel, aura bunuhmu terlalu
besar. Seketika menyerangku tanpa alasan, itu nggak benar," kata Delvin
dengan nada dingin.
Lalu, dia menunjuk tangan putranya
yang terputus dan berkata, "Anakku telah berlatih keras selama ini. Kenapa
dia memotong satu tangan anakku?"
"Nggak bisa menang, lalu mulai
berdalih?" ejek Daniel.
Hal ini membuat semua orang merasa
sedikit meremehkan. Saat Delvin masih bisa menindas orang lain dengan
kekuatannya, kapan dia pernah membicarakan soal keadilan? Sekarang, setelah
tidak mampu menang, dia malah langsung memposisikan dirinya sebagai korban.
1
"Adriel memiliki keahlian medis
yang sangat tinggi. Dia bisa menyambungkan tangan yang putus hingga kembali
sempurna. Anggap saja ini sebagai rasa hormatku pada Nyonya Freya. Biarkan masalah
ini selesai di sini," kata Daniel dengan nada datar.
Adriel tetap tanpa ekspresi. Dia
sebenarnya tidak ingin membantu menyambungkan tangan Joni, tetapi karena Daniel
sudah berbicara, dia pun memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah ini.
Namun, Delvin berkata dengan nada
marah, " Keluarga Janita punya banyak tabib. Apa perlunya dia
menyambungkan tangan itu? Daniel, apakah kamu sedang mempermainkan keluarga
Janita?"
Dia menunjuk Adriel dengan marah dan
berteriak, " Hari ini, dia harus memberi penjelasan pada anakku!
Daniel dengan sedikit kesabaran yang
tersisa berkata, "Kamu bahkan nggak tanya kenapa Adriel memotong tangan
anakmu?"
"Itu nggak penting!" ujar
Delvin dengan dingin.
"Nggak peduli apa alasannya,
melukai anggota keluarga Janita adalah kesalahan besar. Dia harus memberi
kompensasi!" lanjut Delvin.
Sementara itu, Joni langsung menunjuk
pedang di tangan Adriel dan berkata dengan lantang, "Ayah, aku ingin
pedang setengah jadi itu!"
Para penonton langsung menunjukkan
ekspresi marah. Permintaan itu benar-benar melecehkan Adriel, juga Akademi
Arjuna.
Senjata tingkat langit begitu
berharga. Jangankan satu tangan, nyawa Joni sekalipun mungkin tidak sebanding
dengan nilai sebuah senjata tingkat langit!
Dia hanya mengandalkan statusnya
sebagai anggota keluarga Janita untuk bertindak sewenang-wenang!
Namun, Delvin tetap berkata dengan
wajah dingin, " Daniel, aku memang nggak bisa mengalahkanmu Tapi aku bisa
memastikan Adriel dilarang ikut serta dalam Turnamen Bela Diri. Selain itu,
perjanjian pernikahan yang baru saja kita bicarakan, aku juga bisa
membatalkannya!"
Adriel menatap lawannya sambil
tersenyum dingin. Dengan menggunakan kemampuan membaca pikirannya, dia tahu
bahwa orang itu hanya sedang menggertak. Keluarga Janita telah memberinya perintah
mutlak. Delvin harus membawa pemuda tangguh untuk mengikuti kompetisi.
Jika dia gagal membawanya pulang,
justru dia yang akan menanggung akibatnya.
Namun, Daniel tidak mengetahui hal
itu. Dia melihat penampilan lawannya yang penuh percaya diri, lalu sedikit
mengernyitkan keningnya dan berkata, "Kamu sudah keterlaluan!"
"Apa ini sudah
keterlaluan?" Delvin malah terkekeh sinis dan berkata, "Masih ada
yang lebih keterlaluan, mau dengar?"
Dia menunjuk Adriel dan berkata,
"Kamu memiliki Tubuh Elemen Matahari, 'kan? Aku ingin satu kilogram esensi
darah!"
No comments: