Membakar Langit ~ Bab 1439

   

Bab 1439

 

Wennie langsung berdiri dan pindah duduk ke sisi lain, meninggalkan Adriel dan Wafa.

 

Wafa, dengan wajah sedikit memerah, mencoba menarik lengannya dari cengkeraman Adriel, sambil tetap mempertahankan ekspresi tenang, seolah semuanya biasa saja. Bagaimanapun, dia tidak boleh menunjukkan tanda-tanda aneh.

 

Namun, Adriel jelas tidak berniat melepaskannya begitu saja. Sebaliknya, dia malah mempererat genggamannya, bahkan sempat mencubit.

 

Sayangnya, Wafa sangat terampil dalam menyembunyikan dirinya. Dia bahkan bisa membuat dadanya tampak lebih rata, kurang menonjol.

 

Meskipun begitu, wajahnya yang merah dengan sedikit pesona misterius benar-benar menunjukkan keindahan luar biasa, membuatnya terlihat seperti sosok wanita luar biasa yang memikat hati.

 

Adriel tersenyum sambil berkata, "Kak Wafa, kenapa wajahmu merah begitu?"

 

Wafa mencoba menarik tangannya lagi dan memasang senyum paksa. "Kak Adriel, apakah kamu tahu siapa saja sepuluh pemuda yang akan mengikuti Kompetisi Bela Diri kali ini?"

 

"Nggak tahu. Apa mereka hebat?" Adriel tetap tidak melepaskan lengannya, malah berbicara dengan nada santai sambil terus "sibuk" dengan tangannya.

 

Menahan rasa tidak nyaman, Wafa menggertakkan giginya dan berkata, "Salah satu dari sepuluh pemuda itu adalah orang dari Enam Jalur Puncak Kematian."

 

"Lalu kamu ingin aku mengampuninya?" Adriel tersenyum, mengingat bahwa kompetisi kali ini memperbolehkan kematian dalam pertarungan.

 

"Nggak, aku ingin kamu membunuhnya!" balas Wafa.

 

Adriel terkejut dan berkata, "Kalian di Enam Jalur Puncak Kematian ternyata saling bertarung juga, ya?

 

"Orang itu harus mati," jawab Wafa dengan senyum lembut tanpa menunjukkan sedikit pun niat membunuh. "Kalau nggak, nanti aku mungkin akan dipanggil kembali ke organisasi dan nggak bisa lagi membantu kamu..."

 

"Masalah kecil," jawab Adriel dengan santai. " Malam sudah larut. Kak Wafa, bagaimana kalau kita tidur?"

 

Namun, sebelum Wafa bisa menjawab, Duran tiba- tiba mendekat dengan wajah penuh senyum. "Kak Adriel, bolehkah aku tidur bersama kalian?"

 

Adriel memelototi Duran dengan dingin.

 

"Kak Adriel, dengar dulu. Di antara keluarga Durmin yang tinggal di Kota Yuria kali ini, ada seseorang dengan Tubuh Api Surgawi..." kata Duran sambil menggosok tangannya dengan gugup.

 

"Aku tahu aku salah karena pernah menyinggungmu. Tolong maafkan aku kali ini, Adriel..."

 

Tanpa ragu, Duran bahkan rela mengkhianati keluarganya sendiri demi menyelamatkan dirinya.

 

Adriel memutar mata. "Bantu aku atur pertemuan dengan orang yang punya Tubuh Api Surgawi, lalu kita bicarakan lagi."

 

Mendengar itu, Duran langsung tersenyum percaya diri dan pergi dengan penuh semangat. Adriel menoleh dan mendapati Wafa sudah entah sejak kapan menghilang dari tempatnya.

 

Wajah Adriel menjadi gelap. Dia memilih untuk mengabaikannya dan kembali mempelajari Kitab Tentara Agung yang baru didapatnya.

 

Di kabin lain...

 

"Ayah, kamu harus membunuh Adriel! Aku ingin dia mati!" teriak Joni dengan tangan yang masih terbalut perban.

 

Tangannya yang putus telah disimpan di tempat khusus untuk disambungkan kembali. Namun meskipun sembuh, kekuatannya tidak akan sama lagi.

 

Bagi Joni, Adriel telah menghancurkan masa depannya!

 

"Semua sudah diatur," jawab Delvin dengan dingin.

 

"Begitu dia sampai di wilayah keluarga Janita, segalanya ada di bawah kendaliku. Begitu keluar dari pesawat, dia akan tahu siapa yang berkuasa."

 

"Tapi jangan sampai Pak Daniel tahu bahwa ini perbuatanmu!" seru Joni cemas.

 

"Kenapa aku harus turun tangan langsung?" Delvin menyeringai jahat, matanya berkilat penuh niat buruk.

 

"Di Akademi Arjuna, aku memang nggak bisa menyentuhnya. Tapi di kompetisi ini, di mana aturan membolehkan kematian, siapa yang peduli kalau dia mati? Kalau dia kalah dan mati, itu hanya salahnya sendiri karena terlalu lemah. Nyonya Freya nggak akan peduli pada orang lemah!"

 

Saat pagi tiba, pesawat mendarat di Kota Yuria.

 

Kota Yuria adalah pusat kota Srijaya, kota terbesar dan paling makmur. Sebagai ibukota provinsi, kota ini juga menjadi tempat kediaman gubernur Srijaya.

 

Namun, di sini, kata-kata keluarga Janita jauh lebih berpengaruh daripada gubernur sekali pun.

 

Beberapa hari terakhir, acara paling meriah di kota ini adalah Kompetisi Bela Diri yang akan diadakan oleh keluarga Janita.

 

Setelah mendarat, Duran buru-buru meminta maaf pada Adriel sebelum pergi ke tempat keluarga Durmin yang memiliki banyak properti di Kota Yuria.

 

Sementara itu, Wennie dan lainnya diantar ke tempat peristirahatan, sedangkan Adriel dan Wafa dibawa oleh Delvin ke sebuah lokasi lain untuk menerima senjata tingkat bumi.

 

Bahkan Wafa juga mendapatkan bagiannya, karena salah satu syaratnya untuk berpartisipasi adalah menerima satu senjata tingkat bumi dan dua tanaman obat 1.000 tahun.

 

Adriel sebenarnya enggan memberikan apa pun kepada Wafa, tetapi Daniel tidak ingin tampak terlalu pelit.

 

Namun, ketika sampai di lokasi, Adriel langsung mengernyit. "Ini toko senjata?"

 

Di depannya, terlihat sebuah hotel mewah bintang enam.

 

"Memangnya kamu pengemis? Datang-datang langsung minta senjata? Keluarga Janita nggak pernah kekurangan senjata tingkat bumi!"

 

Delvin, yang kini berada di wilayah kekuasaannya, kembali sombong dan mulai mengejek. "Keluarga Janita adalah keluarga terhormat yang selalu memegang tata krama."

 

"Tempat ini adalah lokasi di mana kami menjamu tamu-tamu terhormat yang datang untuk kompetisi!"

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1439 Membakar Langit ~ Bab 1439 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 08, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.