Bab 1453
"Paksa aku untuk turun
tangan."
Begitu kalimat itu terucap, Adriel
tiba-tiba melangkah maju, seluruh darah elemen matahari dalam tubuhnya meledak
dan dalam sekejap, tubuhnya memancarkan cahaya emas yang menyilaukan!
Puncak dari tubuh elemen matahari!
Suhu dingin yang mencekam di ruangan
itu langsung menghilang, dan es hitam yang mendekat cepat mencair!
Cahaya emas yang menyilaukan membuat
semua orang tidak bisa membuka mata, hanya bisa melihat samar-samar bahwa
seolah-olah ada sebuah matahari kecil yang muncul di tengah ruangan dengan sosok
kabur berdiri di bawahnya.
Dengan sekali ayunan tangan, cahaya
emas elemen matahari memancar luas dan kabut hantu yang dingin itu langsung
seperti es yang mencair, terdorong mundur dengan cepat oleh sinar emas yang
menekan.
Dari dalam kabut hantu terdengar
suara mendesis, seperti ratusan jiwa terperangkap yang menemui musuh
bebuyutannya, tubuh mereka hancur dan jeritan kesakitan terdengar tanpa henti.
Di hadapan kekuatan elemen matahari
yang sangat kuat ini, Pak Bino terkejut, matanya terbelalak melihat kabut
hantunya mencair begitu saja.
Dia yang menjadi sasaran utama
sehingga tubuhnya terhempas jauh dan langsung menabrak dinding dengan keras,
mengeluarkan darah segar dari mulutnya!
Ruangan itu hening seketika.
Wiri, Dilan, dan pria paruh baya
semuanya terdiam, terkejut seperti patung dan tak bisa bergerak.
Cahaya emas perlahan memudar, tetapi
ruangan itu terasa seperti baru saja dilanda gempa, berantakan dan kacau balau.
Dengan sekali ayunan tangan, Adriel
telah mengalahkan Pak Bino yang sebagai pelindung keluarga Dumin...
Betapa besar kekuatan ini!?
"Ini... ini... "
Wiri tampak sangat terkejut. Meskipun
kekuatan Pak Bino tidak tinggi, kabut hantu dan racun mayatnya sangat
berbahaya. Bahkan seorang ahli tingkat tinggi tahap rendah harus berhati-hati
menghadapinya.
Namun tadi, hanya dengan terpapar
cahaya emas, racun dalam tubuh Pak Bino langsung terurai.
"Tuan, dia... dia bukan ahli
racun, dia justru orang yang bisa mengatasi racun!"
Sementara itu, Pak Bino yang sedang
berusaha bangkit, darah mengalir dari sudut mulutnya, matanya bergetar saat
memandang Adriel.
Plak!
Pria paruh baya itu kembali berlutut,
kali ini bukan karena terpaksa, melainkan dengan penuh rasa takut dan memohon,
"Tuan, maafkan kami! Kami nggak seharusnya melawanmu, tolong beri kami
kesempatan hidup..."
Wiri yang hampir tidak sempat memberi
penjelasan kepada pria itu, hanya bisa terdiam. Matanya terfokus pada Adriel
dengan penuh keheranan lalu berkata, "Itu... itu kekuatan Tubuh Elemen
Matahari?! "Jadi ... siapa sebenarnya kamu?"
Dia yakin sekali, itu adalah kekuatan
Tubuh Elemen Matahari. Tidak mungkin dia salah!
Tadi, saat Adriel melepaskan kekuatan
Tubuh Elemen Matahari, Wiri bahkan merasakan bahwa Teknik Tubuh Api Surgawi
dalam dirinya ikut terpengaruh, seolah-olah seorang pejabat bertemu dengan
kaisar dan tidak bisa menahan getaran yang datang dari darahnya sendiri...
"Kamu tidak mengenali darahku?
Apakah Tubuh Elemen Matahari di Srijaya banyak ditemukan?"
tanya Adriel.
Wiri gemetar dan terdiam seketika,
matanya penuh dengan keheranan saat dia menatap Adriel. Lalu, dia berkata,
"Adri-Adriel?!"
Adriel?
Pria paruh baya itu juga tertegun
mendengar nama itu, tubuhnya gemetar tanpa bisa dikendalikan.
Adriel... Dia adalah murid kesayangan
Daniel dan Akademi Arjuna adalah kekuatan kedua terbesar di Srijaya...
Selain itu, Daniel sangat melindungi
murid- muridnya!
Jika dia tahu bahwa dia telah
menyerang murid kesayangannya, mungkin Daniel akan membunuhnya?
Sedangkan Keluarga Dumin tidak
mungkin akan membela dirinya dalam hal ini!
"Pak Adriel, ampun!"
Dia panik, langsung berlutut dan
memukulkan kepalanya ke lantai dengan keras.
"Ke depannya, berjalanlah dengan
lebih hati-hati, jangan sampai mengganggu orang yang nggak seharusnya kamu
ganggu. Pedangmu ini adalah senjata tingkat bumi, tinggalkan di sini sebagai
permintaan maaf," kata Adriel dengan tenang.
"Terima kasih, Pak Adriel karena
telah memberi ampun!" balas pria paruh baya itu.
Pria paruh baya itu merasa
seolah-olah dibebaskan dari hukuman mati, dengan cepat mengangguk dan membalas,
No comments: