Bab 1459
Delvin sama sekali tidak menyadari
apa yang terjadi. Sejak awal hari ini, dia sudah dipenuhi amarah. Karena tidak
punya pilihan selain membiarkan Adriel pergi, dia hanya bisa melampiaskan
kemarahannya pada keluarga Adriel.
Namun sekarang, seorang anggota
keluarga Janita berani bertindak semena-mena?!
Berani menentangnya!
Dia sangat membutuhkan pelampiasan
untuk amarahnya. Kali ini, setelah dipancing oleh Harriet, emosinya tak lagi
bisa dikendalikan. Dengan suara lantang, dia berteriak, "Orang yang nggak
berkepentingan, keluar sekarang juga!"
Wajah para anggota keluarga Delvin
berubah seketika. Mereka buru-buru membawa Joni pergi. Hal-hal yang akan
terjadi selanjutnya jelas tidak pantas untuk dilihat oleh anggota keluarga
Janita lainnya...
Wajah Adriel berubah sedikit. Dia
tahu bahwa dirinya bisa selamat, tetapi tidak dengan gadis muda ini. Seketika,
alisnya berkerut dalam-dalam dan berpikir keras tentang sesuatu.
Saat itu, suhu di tempat tersebut
seolah-olah tiba- tiba menurun drastis. Delvin melirik Adriel dengan tatapan
meremehkan tanpa sedikit pun menggerakkan tubuhnya.
Dia hanya mengangkat tangannya dan
menepukkan satu pukulan. Tubuhnya tetap diam, tetapi hembusan angin telapak
yang luar biasa mengerikan sudah meluncur deras ke arah Harriet!
Namun saat itu, Adriel sudah berdiri
di depan Harriet, wajahnya tampak dingin saat menatap hembusan angin telapak
itu.
Lawan adalah seorang yang berasal
dari tingkat tinggi, jadi dia tahu dirinya takkan bisa melawan.
Maka dari itu, tangannya dengan cepat
menggenggam sisik emas.
Sisik emas sangat berharga, tetapi
karena Harriet telah membelanya dengan tulus, dia tidak bisa membiarkannya
kehilangan nyawa...
Delvin menunjukkan ekspresi
meremehkan. Pukulan angin itu memang tidak terlalu kuat, tetapi cukup untuk
membuat kedua orang itu terluka parah.
Hanya seorang gadis tak dikenal dari
keluarga Janita berani menantang dirinya, tentu saja harus ada konsekuensinya.
Makin dia memikirkannya, makin dingin
ekspresinya, dan dia berniat memberikan pelajaran yang mendalam kepada gadis
muda yang tidak tahu diri ini.
Namun, dia tidak menyangka, ada
beberapa orang yang tidak bisa terluka, bahkan sekadar menggores kulit pun
tidak boleh.
Adriel menggenggam erat sisik emas
itu, di antara jari-jarinya memancar kilauan cahaya merah emas yang halus. Dia
merasakan seolah-olah ada kekuatan yang tak terbayangkan yang bisa meledak
dalam tangannya.
Tingkat Ilahi Penghancur Dewa?
Adriel tidak lagi memikirkan hal itu.
Beberapa orang mungkin akan menganggap penggunaan benda ini di sini sebagai
pemborosan.
Namun, bagi Adriel adalah
persahabatan dan pengorbanan lebih berharga. Orang-orang baik tidak boleh
dikhianati.
Sementara itu, Delvin hanya tersenyum
dingin melihat gerakan Adriel.
Tindakan Adriel mempengaruhi
keadaannya, sehingga dia tidak bisa merebut kemenangan. Namun, itu bukan urusan
Delvin, siapa suruh Adriel bersikeras melindungi gadis itu?
Semua ini sangat masuk akal, keluarga
Janita tidak akan bisa menyalahkan keputusan ini!
Setelah Adriel gagal dalam Turnamen
Seni Bela Diri, Delvin bisa bertindak. Bahkan, Daniel pun tidak akan bisa
berbuat apa-apa!
Adriel hampir saja menghancurkan
sisik emas itu.
Namun, pada detik berikutnya, gerakan
Delvin tiba- tiba terhenti.
Bukan karena dia berubah pikiran,
melainkan karena muncul seseorang di tempat itu...
Sebuah sosok tiba-tiba melesat masuk
dari pintu!
Cepat seperti angin, hanya tampak
bayangannya. Agresif seperti api, bagaikan binatang buas yang terlepas dari
kandang!
Suara yang menusuk telinga terdengar
nyaring!
Sosok besar dan gagah itu muncul
tiba-tiba, dan berdiri tegap di depan kedua orang itu.
Dengan suara dentuman keras, pukulan
angin dari Delvin menghilang begitu saja, lenyap tanpa jejak.
Yang lebih mengejutkan Adriel adalah
sosok itu ternyata memancarkan cahaya emas dari tubuhnya, seolah tubuhnya
terbuat dari emas. Dengan postur tubuh yang tinggi besar seperti seorang
pahlawan dari zaman kuno, kokoh dan tak tergoyahkan.
Tanpa sepatah kata pun, sosok besar
itu langsung menyerang Delvin!
Gerakannya masih terlalu cepat untuk
terlihat jelas, seolah-olah kecepatannya mencapai puncaknya, seperti angin yang
berhembus ke arah Delvin.
Namun, terdengar serangkaian suara
retakan keras, seakan-akan udara pun dihancurkan!
Delvin tidak bisa bertahan satu detik
pun, tubuhnya langsung terlempar ke belakang dan jatuh keras ke dinding,
memuntahkan darah dari mulutnya.
Wajah Delvin pucat, hampir tidak bisa
bernapas. Dia menatap dengan ekspresi terkejut, ingin berkata sesuatu, tapi
tubuhnya terlalu hancur, tulang- tulangnya patah entah berapa banyak hingga
suaranya tak bisa keluar.
Suasana tetap sunyi sepi, hingga
sosok besar yang seperti jenderal kuno itu akhirnya berhenti. Perlahan, ujung
pakaiannya terjatuh.
Saat itu, barulah terlihat jelas
bahwa dia adalah seorang pria paruh baya dengan wajah biasa-biasa saja dan aura
yang juga sangat biasa.
Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya
emas yang kini perlahan menghilang. Dia terlihat agak kaku, wajahnya gelap
seperti telah melalui banyak penderitaan.
Selain tubuhnya yang lebih besar, tak
ada yang mencolok dari dirinya. Dia tampak seperti seorang petani yang setiap
hari bekerja di ladang.
Kata "orang hebat" rasanya
tidak cocok untuk menggambarkan dirinya.
Namun saat ini, dia dengan mudah mengalahkan
Delvin yang berada di tingkat tinggi tahap enam, seperti mematahkan tubuh
boneka hingga semua tulangnya remuk...
Pria paruh baya itu bahkan tidak
melirik Delvin sedikit pun.
No comments: