Bab 1460
Pria paruh baya itu hanya melirik ke
arah Harriet dengan senyuman penuh kasih di sudut bibirnya. Suaranya dalam,
tetapi ramah, seperti sedang membujuk anak kecil. Dia berkata, "Nona,
sudah cukup main-mainnya. Saatnya pulang, keluarga masih menunggu kamu makan
malam."
Seolah baginya, mengalahkan seorang
tetua keluarga Janita hanyalah hal sepele dibanding memastikan Harriet makan
tepat waktu.
"Aku sudah makan!" Harriet
berusaha menyangkal, sambil mengusap perutnya dengan canggung. Lalu, dia
langsung menunjuk ke arah Delvin dan mengadu, "Aku cuma makan di rumahnya
sekali! Tapi dia bilang aku nggak punya sopan santun dan menyuruh keluargaku
sujud minta maaf!"
"Oh?"
Pria paruh baya itu mengangkat alis,
lalu memandang Delvin dengan tatapan serius. Dia bertanya dengan suara tenang,
"Benarkah begitu?"
Saat berdiri di depan Harriet, dia
tampak seperti petani biasa, tanpa sedikit pun aura hebat.
Namun, begitu dia melontarkan
pertanyaan itu, intonasinya sedikit naik. Hawa dingin yang tajam seolah
menyebar dari tubuhnya, bagaikan seorang pembantai ulung yang baru saja marah.
Aura pembunuh yang mengerikan
menyelimuti sekelilingnya, membuat Delvin gemetar hebat. Tubuhnya terasa beku!
Delvin sudah terluka, batuk darah.
Wajahnya pucat pasi saat memandang pria paruh baya itu dengan ketakutan yang
mendalam.
Siapa dia? Bagaimana mungkin ada
orang yang memiliki kekuatan sehebat ini?
Bagaimana mungkin dia bisa
menghancurkanku, seorang tingkat langit tahap keenam?
Seorang tetua keluarga Janita!
Delvin hanya bisa berpikir satu hal,
hanya ada satu orang seperti ini!
Dia menatap pria itu dengan mata
penuh ketidakpercayaan, suaranya gemetar saat berkata, " K-kamu... kamu
ini..."
Pria itu mengangguk sedikit, lalu
berkata dengan santai, "Benar, itu aku."
Seketika wajah Delvin berubah
drastis. Wajahnya penuh keputusasaan. Dengan susah payah, dia bangkit, lalu
jatuh berlutut di hadapan pria itu. Lalu, dia berkata dengan suara gemetaran
dan penuh rasa takut, "Aku ... aku, Delvin dari keluarga Janita, memberi
hormat pada Sang Penjaga Malam!"
Meski sikap Delvin tampak hormat,
pikirannya kacau. Ketakutannya makin menjadi-jadi.
Sang Penjaga Malam, dia adalah
kekuatan tersembunyi keluarga Janita.
Bayangan yang hanya muncul saat
keluarga menghadapi musuh yang tidak bisa mereka kalahkan secara
terang-terangan.
Satu perintah dari kepala keluarga,
satu nyawa melayang. Namun, semua harus dilakukan secara rahasia.
Darah tidak boleh tumpah ke tempat
terbuka, agar keluarga tetap terlihat terhormat.
Dan Sang Penjaga Malam generasi ini,
Luiz Janita, dikenal sempurna. Dia tidak pernah membiarkan setetes darah pun
menodai citra keluarga Janita.
Namun... kenapa dia muncul sekarang?
Kenapa?
Kenapa dia melangkah keluar dari
bayang-bayang?
Di sisi lain, Adriel menatap pria
paruh baya itu dengan penuh rasa ingin tahu. Dia bisa merasakan aura yang sangat
berbahaya, tetapi juga anehnya terasa akrab dari pria itu.
Mandi obat? Mandi obat sejati?
Itu adalah kekuatan yang dikembangkan
oleh gurunya untuk Nyonya Freya.
Namun, Luiz tampaknya tidak peduli
dengan gelar atau kekaguman orang lain. Yang ada di pikirannya hanyalah satu
hal, yaitu apa yang telah Delvin lakukan pada Nona Harriet, dan apakah dia
perlu dibunuh.
Penjaga Malam memang dikenal sebagai
sosok yang membersihkan kekotoran, tidak hanya dari musuh luar, tetapi juga
dari dalam.
Dia bertanya dengan nada dingin,
"Jadi, kamu bilang Nona Harriet nggak punya sopan santun?"
"Aku... aku..." ucap Delvin
yang tergagap. Wajahnya tampak pucat pasi.
Hatinya sudah dilanda badai
kepanikan. Dia berseru, "Bukan begitu! Ini semua karena Adriel! Aku hanya
ingin melawannya! Dia yang melukai kedua kaki anakku! Aku sama sekali nggak
bermaksud menyinggung Harriet!"
Namun, di dalam benaknya, dia
bertanya-tanya siapa sebenarnya Harriet ini? Mengapa sampai Penjaga Malam harus
turun tangan?
Dia tidak berani menebak-nebak.
Tiba-tiba, dia teringat kata-kata
Harriet yang tadi terasa seperti ancaman, "Kamu bahkan nggak tahu siapa
aku. Berarti posisimu di keluarga Janita nggak terlalu penting."
Ketidaktahuannya hanya membuktikan
bahwa orang -orang penting menganggap Delvin tidak layak untuk tahu.
Dia tahu satu-satunya pilihan adalah
menyangkal segala tuduhan. Jika dia mengaku bersalah, nasibnya pasti lebih
buruk. Jadi, dia memilih untuk menuduh Adriel.
Meskipun hasilnya mungkin sama
buruknya, setidaknya dia mungkin tidak mati... 'kan?
Namun, Luiz hanya menatapnya dengan
dingin. Dia mengulangi pertanyaan sebelumnya, kali ini dengan nada yang lebih
menekan, "Kamu menyuruh orang tua Nona Harriet berlutut untuk meminta maaf
padamu?"
"Aku..."
Suara Devin bergetar, matanya berkaca-kaca.
Dia hampir menangis, membayangkan siapa sebenarnya orang tua Harriet.
Dia ingin sekali kembali ke masa
lalu, menampar mulutnya sendiri, dan berteriak pada dirinya, " Kenapa
mulutmu harus sebodoh itu?"
Dengan suara yang hampir pecah, Devin
berlutut, menangis memohon, "Ampuni aku, Penjaga Malam! Kumohon, ampuni
aku!"
nb: Mohon maaf, untuk sementara dalam dua mingguan ini, belum bisa upload youtube, karena ada kerjaan. Terima kasih yang sudah donasi, makanya bisa banyak bab..
No comments: