Bab 1465
"Kalau Nona Yoana nggak minta
maaf, lalu apa yang akan kamu lakukan? Mau menakut -nakuti siapa? Apakah kamu
berani menyerang kami?"
Tiba-tiba, terdengar suara dari
kerumunan yang tak lain adalah Eden yang menatap Adriel dengan tatapan tajam.
Adriel mengernyitkan alisnya. Eden
sebelumnya telah menantangnya, tetapi berhasil dikalahkan olehnya.
Sepertinya ini adalah ulah Eden,
tetapi siapa yang memberinya keberanian untuk mencari masalah?
Saat itu, Wiri tiba-tiba melangkah
maju dan berkata dengan pelan, "Dia sengaja melakukannya karena ingin
memancingmu untuk menyerang Yoana di depan rumah keluarga Janita."
"Kalau kamu hancurkan peluang
Yoana ini, kamu akan membuat keluarga Janita marah, bahkan bisa kehilangan
hakmu untuk berpartisipasi dalam Turnamen Seni Bela Diri."
"Dia sedang membuka jalan untuk
Renald..."
Renald.
Itulah si gila bela diri dari
Keluarga Maswa yang bahkan membuat Wiri merasa takut. Awalnya mereka sepakat
untuk membunuhnya secara diam- diam bersama Adriel.
Namun, jadwal Turnamen Seni Bela Diri
yang tiba- tiba dimajukan menyebabkan rencana tersebut gagal.
"Mirip denganmu, licik
sekali," ujar Adriel sambil tersenyum.
Orang-orang ini tidak tahu tujuan
sebenarnya dari keluarga Janita yang merekrut talenta-talenta terbaik dunia,
sehingga rencana mereka pun terasa sangat konyol.
Pada saat itu, Eden tampak khawatir
jika Adriel pergi, lalu dengan senyum tipis dia berkata kepada Yoana,
"Nona Yoana, aku nggak salah, 'kan? Dia bilang nggak suka padamu, tapi
kenyataannya apa yang dia lakukan hanya untuk menarik perhatianmu saja."
"Sekarang dia ingin ikut
memperebutkan juara jelas hanya untuk mendapatkanmu. Dia bilang orang lain itu
anjing penjilat, tapi dialah penjilat paling parah, " lanjut Eden.
Setelah itu, Eden menatap Adriel
dengan tatapan licik dan berkata, "Kalau kamu ingin buktikan bahwa kamu
bukan anjing penjilat, kenapa nggak serang saja Nona Yoana? Apa kamu
berani?"
Kata-kata itu membuat Wennie
mendengus dan melirik dengan tidak peduli. Pria yang dia cintai, dia tahu
betul, mana mungkin dia tertarik pada Yoana?
Adriel hanya meliriknya sejenak dan
berkata, " Kamu ingin membuktikannya, ya?"
"Benar!" Eden tampak
semakin bersemangat. Dia tahu sifat Adriel dan berharap Adriel tidak tahan
dengan penghinaan ini dan akhirnya melukai Yoana!
Kemudian...
Plak!
Adriel memberi Eden sebuah tamparan
keras dan berkata, "Aku bertindak atau nggak, kenapa harus membuktikan
apapun kepadamu?"
Eden terkejut, wajahnya merah dan
bengkak. Dia memandang Adriel dengan heran, "Kamu, kamu... "
Kenapa kamu tidak mengikuti rencana
yang seharusnya?
Kalau kamu mau membuktikan bahwa kamu
bukan anjing penjilat, kenapa bukan menghajar Yoana si bodoh itu? Kenapa malah
memukul aku?
"Yang kutampar adalah kamu,
anjing bodoh ini!"
Adriel melangkah maju dan memberi
tamparan lagi. Kali ini begitu keras hingga membuat Eden terjatuh ke tanah.
Tanpa ragu, Adriel menendangnya sambil berteriak, "Aku datang ke sini
untuk mengikuti Turnamen Seni Bela Diri, bukan untuk jadi bahan pembuktian!
Masih ingin aku buktikan apa?!"
"Aku nggak perlu membuktikan apa
pun kepada kamu!" lanjut Adriel.
Ketika seseorang memintamu untuk
membuktikan kebenaranmu, cara terbaik bukan dengan membuktikan apapun,
melainkan dengan membuat orang yang memberi ujian itu menyesali kenapa dia
memberikan ujian tersebut!
Seperti sekarang ini, Adriel
menghajarnya tanpa ampun. Eden terus meringis kesakitan, darah keluar dari
mulutnya, tulang-tulangnya terdengar retak satu per satu.
Adegan berdarah ini membuat semua
orang yang menyaksikannya terdiam dan terkejut.
Adriel memang benar-benar marah....
Buk!
Adriel menginjak wajah Eden dengan
keras sambil tersenyum sinis lalu berkata, "Menyerah nggak?"
"Huhuhu..."
Air mata Adriel mengalir, tetapi dia
tidak mampu berkata-kata. Mulutnya tertindih oleh kaki Adriel. 1
"Memalukan!"
Adriel memberi tendangan keras yang
membuat Eden terlempar ke tengah kerumunan, lalu menatap Yoana dengan sinis dan
berkata, "Tunggu aku merebut juara!"
Adriel bermaksud mengancam, setelah
dia mendapatkan juara, dia akan membuat Yoana menderita.
Namun, Yoana justru mengangkat
alisnya, tertawa sinis dan membalasnya, "Ternyata apa yang dikatakan Eden
benar, kamu memang sengaja ingin menarik perhatianku..."
Seharusnya, orang yang terjatuh ke
tanah sekarang adalah Adriel, bukan Eden. Sedangkan Adriel tidak akan dengan
terang-terangan mengatakan bahwa dia pasti akan merebut juara.
Adriel terdiam sejenak. Wanita ini
benar-benar seperti tubuh suci pemuas nafsu, benar-benar gila pikirannya.
Namun, saat itu, sebuah suara dingin
tiba-tiba terdengar, "Kami semua masih belum bertindak, tapi kamu berani
mengeluarkan kata-kata besar merigatakan bahwa kamu akan merebut juara?"
Kerumunan pun terbuka dan terlihat
seorang pemuda yang langkahnya gesit mendekat. Wajahnya dingin, matanya menyala
seperti petir, memancarkan aura meremehkan segala hal di sekitarnya.
Ada lagi yang mencari mati?
No comments: