Bab 1468
Di bawah panggung, Dilan dan yang
lainnya mengernyitkan kening dengan tegas. Terutama Dilan, meskipun hatinya
masih dipenuhi dengan rasa dendam terhadap Wiri, dia tak bisa mengabaikan
kenyataan bahwa Wiri benar-benar dihajar habis-habisan. Renald memang terlalu
kuat...
Dia tidak bisa menahan diri untuk
melihat ke arah Adriel, bertanya-tanya apakah rahasia yang Adriel gunakan
sebelumnya masih bisa digunakan sekarang...
Semua orang yang menyaksikan
pertarungan di arena tahu bahwa hasilnya sudah jelas.
Wiri yang sering terlibat dalam
konspirasi dan taktik jahat ternyata malah kalah telak dalam seni bela diri...
Memang benar, Wiri bertahan selama
lebih dari sepuluh menit, berusaha keras mencari celah dalam serangan lawan,
tetapi tak mendapatkan apa-apa. Sebaliknya, dengan serangan Renald yang semakin
brutal, energi sejatinya hampir habis.
"Bagaimana? Apa kamu merasa ilmu
bela diriku sempurna dan tak terkalahkan?" tanya Renald sambil tertawa
dingin.
"Kamu..."
Tatapan Wiri berubah-ubah, dia
menyadari bahwa selama bertahun-tahun dia lebih fokus pada urusan keluarga dan
akhirnya tertinggal jauh di belakang lawan lamanya ini....
"Turun dari sini!"
Saat itu, Renald mengeluarkan
teriakan keras, tiba- tiba bayangan pukulannya datang dengan cepat seperti
angin disertai auman harimau putih. Dalam sekejap, bayangan pukulan yang
terkumpul membentuk harimau putih yang melompat dan menerkam Wiri.
Setiap kali terkamannya mengandung
puluhan jenis jurus tinju.
Bam!
Akhirnya, ribuan bayangan pukulan
terkonsolidasi menjadi satu pukulan besar yang melesat bagaikan meriam,
langsung menghantam dada Wiri dengan dahsyat!
Puf!
Wiri memuntahkan darah segar,
tubuhnya langsung terlempar ke udara seperti layang-layang putus, jatuh
terhantam tanah dengan keras di luar arena.
Saat itu, semua orang yang terkejut
baru menyadari bahwa dada Wiri tampak terbenam sedalam satu inci, membentuk
bekas pukulan yang jelas.
Seandainya kemampuan Wiri sedikit
lebih rendah, dia mungkin akan mati seketika ...
"Aku berimu kesempatan lagi.
Naiklah ke atas panggung dan lanjutkan pertarungan!" kata Renald dengan
senyum dingin sambil menatap Wiri.
Namun, jika Wiri naik lagi, dia pasti
akan dibunuh oleh Renald
"Aku... mengaku kalah,"
kata Wiri sambil memuntahkan darah dari mulutnya.
"Sampah!" teriak Renald
dengan ekspresi meremehkan.
Semua orang yang melihat Renald yang
masih berdiri dengan angkuh di atas panggung merasa kedinginan dalam hati
mereka.
Inilah kekuatan tak terkalahkan dari
seorang ahli setingkatnya, bahkan lawan lamanya seperti Wiri pun harus menyerah
begitu saja. Kedepannya, Renald pasti akan meninggalkan Wiri jauh di
belakang...
Meskipun Wiri sangat marah di dalam
hati, dia sadar kalau tidak ada gunanya lagi melawan dan lebih baik tidak
mencari kematian dengan naik lagi ke panggung.
"Pertandingan pertama selesai,
Renald mendapat satu poin. Pertandingan berikutnya adalah ... "
Seorang tetua dari keluarga Janita
berdiri dan mengumumkan, siap untuk melanjutkan dengan menyusun pertandingan
sesuai daftar lawan.
Namun saat itu, Renald tidak turun
dari panggung, malah dengan tatapan penuh kebencian menatap Adriel dan berkata,
"Adriel, berani nggak naik untuk bertarung?"
Semua orang terkejut dan langsung
melihat ke arah Adriel.
Adriel hanya berdiri dengan mata
terpejam, seakan tidak mendengar apa pun dari luar.
"Sepertinya Renald benar-benar
marah...
"Tentu saja, Adriel sudah
beberapa kali menghajar orang-orang dari Keluarga Maswa. Mana mungkin Renald
nggak marah? Sudah lama nggak ada orang yang berani bertindak begitu
berani!"
"Nona Yoana, lihat bagaimana
kakakku akan menghancurkannya!" kata Eden dengan penuh semangat.
Yoana dengan mata yang penuh semangat
menatap Renald yang penuh wibawa. Kekuatan Renald yang luar biasa tadi
benar-benar membuatnya terkesan.
Dengan senyum dingin, Yoana berkata,
"Adriel, berani naik dan melawan?"
Di lantai dua, Nyonya Freya memandang
Adriel dengan penuh kebingungan dan bergumam, " Apakah dia nggak berani
bertarung? Ini bukan sikap yang seharusnya dimiliki oleh murid dari
dia..."
Saat itu, seorang tetua dari keluarga
Janita mengerutkan alis dan berkata, "Ini melanggar aturan. Harusnya dua
orang lainnya yang bertarung.
"Aturan itu mati, manusia yang
hidup," jawab Renald dengan senyum tipis. Kemudian, dia melanjutkan,
"Keluarga Janitra kan mencari yang kuat, bukan? Aku hanya membantu
keluarga Janita untuk menyingkirkan orang-orang pengecut lebih cepat!"
Tetua keluarga Janita menggelengkan
kepala, tetapi tidak melanjutkan kata-katanya. Dia hanya menatap Adriel dan
berkata, "Kamu bisa menolak."
Wiri menggertakkan giginya dan
menatap Adriel. Namun, Adriel masih terdiam dengan mata terpejam dan tidak
memberikan reaksi apa pun.
Wiri pun tersenyum pahit, menyadari
bahwa setelah pertarungan barusan, Adriel tampaknya juga tidak yakin bisa
mengalahkan Renald...
Pada saat itu, Renald melontarkan
tawa dingin sambil memandang Adriel lalu berkata, "Kamu bahkan nggak
berani membuka mata dan melihatku? 11
"Kalau begitu, kamu sebaiknya
seperti Wiri mengaku kalah saja. Itu lebih baik daripada mati di atas panggung
di tanganku!" lanjut Renald.
Bergulir pandangan dari berbagai
penjuru, semua tertuju pada Adriel dengan berbagai ekspresi. Ada yang mengejek,
ada yang menyayangkan, dan ada pula yang menunggu dengan penuh harapan.
Adriel datang untuk meraih
kemenangan, tetapi jika dia takut menghadapi pertandingan ini, bagaimana dia
bisa berbicara soal meraih juara?
Itu hanya menunjukkan dia hanya
seorang badut yang banyak omong.
Renald menyeringai, małas lagi
melihat Adriel dan hendak turun dari panggung.
Namun, saat itu Adriel tiba-tiba
membuka matanya dengan cepat. Di matanya, kilau tajam melintas, seolah-olah
ribuan aliran ilmu bela diri sedang berputar di dalamnya.
Dengan gerakan cepat, dia melompat ke
atas panggung, melambaikan tangan ke arah Renald dan tersenyum berkata,
"Ayo, hari ini aku akan membunuhmu."
No comments: