Membakar Langit ~ Bab 1472

 

Bab 1472

 

Kerumunan yang awalnya bingung perlahan mulai memahami apa yang terjadi. Suasana di tempat itu menjadi sunyi, sementara tatapan penuh arti dan kebingungan mengarah h ke Renald.

 

Jika Renald kalah lagi, dia akan tereliminasi sepenuhnya dari turnamen ini.

 

"Adriel, berbesar hatilah. Kalau kamu marah, kamu bisa melampiaskannya padaku..." ujar Eden.

 

Eden yang terlihat panik, berusaha menahan rasa sakitnya dan dengan susah payah melangkah maju untuk memohon.

 

Namun, hanya suara keras 'plak' yang terdengar !

 

Adriel menampar Rendy hingga terpental.

 

"Sudah kulampiaskan, tapi rasanya belum cukup," kata Adriel. Kemudian, tatapan Adriel kini beralih ke Renald dan melanjutkan dengan suara yang dingin tetapi penuh tekanan, "Ayo bertarung!"

 

Suasana kembali hening.

 

Wajah Renald tampak muram.

 

Jika dia menerima tantangan itu, kekalahannya akan membuatnya tereliminasi sepenuhnya....

 

Namun, apakah dia harus berlutut untuk menghindarinya?

 

Tidak mungkin! Dia tidak bisa melakukannya.

 

Seseorang harus menghentikan ini....

 

Mata Renald berkilat saat dia menoleh ke arah tetua keluarga Janita dan berkata, "Adriel terang- terangan mengatur pertandingan palsu. Ini sama sekali nggak menghormati martabat keluarga Janita. Kalian nggak mengaturnya?"

 

Tetua keluarga Janita tampak ragu dan hendak membuka mulut.

 

Namun, tepat pada saat itu seorang pelayan dari lantai dua melangkah maju dan dengan nada datar berkata, "Kata-kata langsung dari Tuan Besar, yang lemah banyak berlatih. Kalau nggak terima, bertarung saja. Jangan banyak omong."

 

Siapa Tuan Besar yang akan berkata sekasar itu?

 

Kerumunan terpaku.

 

Adriel tersenyum kecil. Mungkin ini ulah seorang gadis yang suka pamer berdiri untuk membelanya?

 

Di sudut lantai dua, Harriet sedang menikmati camilan sambil menatap antusias ke arah arena. Dia tersenyum lebar hingga matanya melengkung seperti bulan sabit.

 

Sebagai ketua memang luar biasa!

 

Di bawah arena, saat Renald masih ragu, tiba-tiba terdengar suara.

 

"Maukah kamu memberi aku sedikit muka?"

 

Yoana berdiri dan dengan senyum datar memandang Adriel, "Dengarkan aku, kasihanilah Renald, biarkan dia lanjutkan pertandingan. Aku ingin lihat sejauh mana kemampuanmu."

 

Menyelamatkan Renald akan membuat keluarga Maswa berterima kasih padanya.

 

Selain itu, dengan kata-katanya, Yoana bisa membuat seseorang seperti Adriel mengesampingkan kebenciannya.

 

Ini akan menunjukkan betapa pentingnya dia, dan Yoana tak akan melewatkan kesempatan seperti ini.

 

Sambil tersenyum, Yoana menatap Adriel penuh percaya diri. Dia yakin Adriel masih menyukainya, hanya saja Adriel membutuhkan alasan untuk mundur.

 

Sekarang, dia memberikan alasan itu.

 

Namun, Adriel hanya meliriknya sekilas, lalu menoleh ke arah Renald dan berkata, "Awalnya aku hanya berniat mengeluarkanmu, tapi karena dia bicara, aku akan memusnahkanmu."

 

"Apa?" Renald menatapnya dengan mata terbelalak.

 

Bam!

 

Adriel mengangkat pedang setengah jadinya dan mengayunkannya!

 

Renald panik dan berusaha mengerahkan energi sejatinya untuk melawari, tetapi hanya terdengar suara keras!

 

Dia langsung terpelanting ke luar arena, jatuh di tengah kerumunan. Di dadanya muncul luka mengerikan yang meskipun sembuh, akan memengaruhi kekuatan bertarungnya di masa depan.

 

Satu ayunan pedang dan Renald pun hancur!

 

Adriel berdiri dengan pedang terhunus dan dengan nada dingin berkata, "Umumkan saja."

 

Tetua keluarga Janita terkejut, matanya terbelalak saat memandang Adriel, lalu dia menghela napas dan berkata dengan terpaksa, "Kelompok pecundang, Adriel menang!"

 

"Kakak!"

 

Anggota keluarga Maswa menjerit panik dan buru- buru menolong Renald yang terluka parah, sementara keluarga Janita sudah siap dengan dokter dan segera memberikan perawatan.

 

Pada saat yang sama, semua orang terkejut.

 

Baru saja turnamen dimulai, Renald sebagai calon juara sudah tereliminasi?!

 

Semua orang tercengang. Sebelumnya, mereka pikir situasi Adriel sangat buruk dan hanya bisa bersekutu dengan Wiri untuk bertahan.

 

Kini, mereka semua salah besar, bahkan sangat salah!

 

Yoana juga terkejut. Setelah dia memohon, kenapa Adriel malah bertindak lebih keras?

 

Tiba-tiba, wajahnya berubah aneh. Apakah Adriel tidak ingin melihatnya memohon untuk pria lain?

 

"Adriel, terima kasih..."

 

Saat itu, Wiri melangkah maju. Tak tahu apa yang harus dikatakan selain ucapan terima kasih.

 

Jika bukan karena Adriel, dia pasti sudah tereliminasi dan keluarga Dumin akan menghukumnya. Keluarga Dumin tidak akan mentolerir kegagalan...

 

"Menyenangkan, 'kan?" tanya Adriel sambil tersenyum.

 

"Menyenangkan!" balas Wiri. Dia menghela napas lega karena senang melihat Renald dikalahkan. Ini memberi pelampiasan dendam lama yang terpendam!

 

"Ada yang lebih menyenangkan lagi!"

 

Adriel tersenyum lebar, kemudian menatap semua orang yang ada di sana dan berkata dengan nada tenang tetapi penuh ancaman, "Di antara kalian ada yang pernah mencibirku dan menjilat kaki keluarga Maswa. Sekarang, ayo maju! Aku tantang satu per satu!"

 

Benar-benar pendendam!

 

Semua orang terkejut, tak tahu harus bagaimana.

 

"Kalau nggak berani bertarung, menyerahlah! Serahkan poin kalian dan semua masuk ke kelompok pecundang."

 

Adriel memegang pedangnya, matanya menyapu tajam seperti seekor harimau, menakut-nakuti semua orang!

 

Hal ini membuat Wennie yang sedang menonton terkesan.

 

Satu orang, menantang kalian semua! Tak ada yang berani menjawab tantangan itu!

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1472 Membakar Langit ~ Bab 1472 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 09, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.