Membakar Langit ~ Bab 1474

 

Bab 1474

 

Dengan nada yang sangat tenang, penuh dengan kewibawaan dan rasa percaya diri yang seolah berkata "siapa lagi selain aku". Carlos tak bisa menahan diri untuk merasa terkesan.

 

Inilah sikap seorang raja muda yang penuh wibawa, benar-benar tidak sia-sia usahanya yang berkali kali mencari dan akhirnya diperkenalkan kepada pemuda berbakat ini.

 

Carlos tak tahu pasti identitasnya, tetapi kabarnya kakeknya adalah seorang ahli misterius yang tak bisa ditemukan di dunia ini...

 

Baik dari segi kekuatan maupun status, semuanya berada di puncak tertinggi.

 

"Kalau nggak salah, di antara peserta turnamen bela diri kali ini ada seorang bernama Adriel?"

 

Saat itu, ibu dari Shawn, Fara tiba-tiba berbicara dengan nada datar.

 

"Memang ada, dia adalah murid Daniel. Apakah kamu mengenalnya?" tanya Carlos dengan bingung.

 

Namun Fara tidak melanjutkan pembicaraannya dan hanya menjawab dengan tenang, "Hanya sekadar bertanya."

 

Carlos tersenyum, berbasa-basi sejenak dan mengatur agar Shawn naik ke mobil.

 

Di baris belakang mobil.

 

Fara dengan mata penuh kebencian berkata, " Apakah kamu ingin menghabisi Adriel?"

 

Shawn menutup matanya untuk beristirahat, lalu bertanya, "Kenapa harus menghabisinya?"

 

Fara terdiam sejenak, lalu bertanya dengan terkejut, "Kamu... nggak peduli?"

 

Ini adalah dendam lama yang akhirnya harus diselesaikan.

 

"Pada saat itu, Shawn membuka matanya, pandangannya samar-samar lalu berkata, "Hidup ini seperti mimpi besar selama 300 tahun, tak lebih dari sekejap mata. Ketika aku sudah berdiri di puncak dan menoleh kembali, sedikit dendam dan kebencian hanyalah asap yang berlalu."

 

"Adriel bukan lawanku. Membuang waktu padanya adalah sebuah kesalahan."

 

Nada bicaranya sangat tenang, tanpa ada rasa meremehkan Adriel, hanya saja dia memiliki cita- cita yang tinggi, seolah segala sesuatu yang menghalangi langkahnya menuju puncak tidak layak untuk diperhatikan.

 

Termasuk Adriel, termasuk dendam-dendam masa lalu, semuanya hanya buang-buang waktu.

 

Fara menghela napas ringan, tak bisa berkata apa- apa. Terkadang, jiwa besar anaknya membuatnya yang selalu terjebak pada dendam lama merasa tak berdaya.

 

"Ibu, Srijaya akan menjadi batu loncatan bagiku. Di sini, aku akan terbang tinggi. Masalah kecil seperti ini nggak ada artinya. Biarlah dendam masa lalu menghilang seiring angin," kata Shawn sambil tersenyum.

 

Fara tertawa masam dan mengangguk, tetapi kilatan kebencian di matanya tak kunjung hilang

 

Sementara itu, Adriel sedang mengemudi membawa Wennie pulang ke vila. Wajahnya tampak tegas karena menyadari bahwa dia akan segera menghadapi pertarungan besar yang sesungguhnya.

 

Namun, Wennie sama sekali tidak menyadari hal itu.

 

Dengan cemas, dia bertanya, "Apa kamu nggak khawatir kalau kamu menjadikan turnamen bela diri ini seperti permainan akan membuat keluarga Janita nggak senang?"

 

Lagipula, keluarga Janita sangat menghargai turnamen ini. Entah bagaimana kalau Nyonya Freya marah...

 

"Nggak masalah, aku sudah melewati situasi terburuk. Ini hanya masalah kecil, nggak ada yang perlu dikhawatirkan," balas Adriel sambil tersenyum santai.

 

"Situasi terburuk itu, apa itu ketika kamu membuat marah Herios saat di Sagheru?" tanya Wennie.

 

"Bukan," jawab Adriel sambil tersenyum. "Yang terburuk itu terjadi di ruang bawah tanah keluarga Juwana, saat Yasmin menyiksaku."

 

Mendengar itu, hati Wennie terasa luluh. Dia pun tahu beberapa hal tentang Adriel dan merasa sangat kasihan pada suaminya.

 

"Kamu dan Yasmin bagaimana bisa sampai bermusuhan?" tanya Wennie dengan bingung.

 

Tentu saja karena takdir...

 

Adriel memejamkan matanya sejenak, menyadari bahwa nasibnya dan dirinya berfluktuasi, naik dan turun. Dia harus memanfaatkan saat keberuntungannya masih ada untuk mempercepat latihan.

 

Saat itu, dia memutuskan untuk menciptakan suasana untuk berlatih!

 

"Ngomong-ngomong, semua ini dimulai dari sebuah pena ... " kata Adriel sambil menghela napas.

 

"Pena?" tanya Wennie semakin penasaran.

 

"Ya, waktu SMA, Yasmin sangat suka dengan penanya. Kebetulan aku punya banyak isi pena, jadi aku ambil beberapa dan dengan sengaja menyumbatnya ke dalam penanya."

 

"Yasmin menangis sambil berkata jangan, tetapi semakin dia berkata jangan, aku merasa semakin bersemangat."

 

"Akhirnya hampir saja penanya pecah. Penanya penuh dengan tintaku, aku lakukan itu beberapa kali sampai akhirnya penanya rusak total."

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1474 Membakar Langit ~ Bab 1474 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 09, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.