Bab 1475
Adriel berkata dengan serius,
"Lalu, Yasmin mulai membenciku..."
Wennie membelalakkan mata,
"Hanya karena hal kecil seperti itu?"
"Ya, kamu bilang, hanya karena
hal kecil itu dia membuatku merasa hidup lebih buruk dari mati, menurutmu dia
jahat atau nggak?" tanya Adriel dengan santai.
"Itu... sangat jahat," ujar
Wennie.
Dia menghela napas panjang dengan
polos.
Saat itu, mobil tiba di depan vila.
Adriel tampak cukup bersemangat dan segera ingin membawa Wennie untuk berlatih.
Wajah Wennie memerah dan dia mulai
mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia sedikit menolak, tetapi tetap
bersedia...
Namun, Adriel menatap dengan tajam
dan menyadari bahwa pintu vila terbuka sedikit. Ekspresi wajah Wennie pun
sedikit berubah.
Siapa yang masuk?
Saat Adriel tersenyum sinis dan
melangkah masuk, dia berkata, "Tak disangka ada orang yang mencari mati,
sudah lama aku nggak membunuh orang, dikirain aku mudah ditindas, ya?"
Namun, ketika Adriel melangkah masuk,
dia langsung melihat Daniel duduk di sofa sambil minum teh dan menatap Adriel,
"Mau membunuhku?"
"Kepala Akademi?"
Adriel terbelalak, energi sejati
dalam tubuhnya hampir kembali menyerang dirinya sendiri.
"Pak Daniel, kenapa kamu datang
ke sini?" tanya Wennie dengan cepat.
"Kalau aku nggak datang, kamu
akan membuat keributan besar di turnamen bela diri?" tanya Daniel.
Daniel menatap Adriel dengan cemas
lalu menghela napas dan berkata, "Kamu ini bisa nggak sih sedikit lebih
rendah hati? Keluarga Janita sudah terang- terangan dan diam-diam
memberitahuku."
"Tahu, tahu," jawab Adriel
sambil tersenyum dan menyajikan teh untuknya. Adriel menganggap Daniel sebagai
orang yang lebih tua baginya.
Kamu tahu apa sih?
Daniel menggelengkan kepala dengan
bingung dan berkata, "Nyonya Freya memintaku untuk membawamu ke keluarga
Janita."
"Nyonya Freya ingin bertemu
denganku?" tanya Adriel.
Adriel langsung merasa waspada,
kenapa istri gurunya menginginkan bertemu dengannya?
Jangan-jangan...
"Kamu mikir apa sih? Nyonya
Freya mana mungkin begitu memperhatikanmu?"
Daniel tertawa kecil, menggelengkan
kepala dan berkata, "Kali ini, karena masalah Marlon. Aku sendiri yang
mengawal Marlon ke keluarga Janita.
"Siapa sangka, saat perjalanan
Marlon mencoba memutuskan nadinya untuk bunuh diri. Nyonya Freya sudah
memanggil banyak tabib untuk mengobatinya, sekaligus meminta kamu datang."
lanjut Daniel.
"Tapi menurutku, meminta kamu
datang untuk mengobatinya cuma alasan belaka. Mereka lebih ingin memanfaatkan kesempatan
ini untuk memberi sedikit pelajaran kecil padamu, lebih baik daripada
memanggilmu ke keluarga Janita untuk diberi ceramah."
Mendengar itu, Adriel tidak bisa
berkata apa-apa. Keluarga Janita sudah susah payah mengadakan turnamen,
sementara dirinya malah melakukan pertandingan yang jelas-jelas manipulasi dan
tindakannya memang tidak terlalu tepat.
Keluarga Janita sangat sopan dengan
memberi muka pada Daniel, maka Adriel hanya bisa mengiyakan.
Akhirnya, Adriel hanya bisa dengan
menyesal membiarkan Wennie menunggu di rumah.
Dia pun mengikuti Daniel ke rumah
sakit pribadi milik keluarga Janita.
Di sebuah ruang rumah sakit yang
luas, Marlon terbaring tak sadarkan diri dengan alat bantu pernapasan.
Di sini sudah berkumpul banyak orang,
semuanya tampak tua dengan aura yang luar biasa dan wajah mereka serius. Jelas
mereka adalah orang-orang besar dari berbagai daerah.
Di Srijaya sudah lama tidak menangkap
orang dengan tingkat tinggi seperti Marlon yang terjerumus ke dalam Enam Jalur
Puncak Kematian.
Mereka semua ingin mendengar dari
Marlon apakah ada pengkhianat dalam keluarga mereka agar bisa dihancurkan lebih
dulu dan mencegah keluarga mereka terkena imbas.
"Pak Carlos, maaf aku datang
terlambat," kata Daniel sambil tersenyum.
"Ah, Pak Daniel, nggak masalah,
orang penting tentu harus datang di akhir," jawab Carlos.
Pada saat itu, Carlos dikelilingi
oleh kerumunan. Dia tampak tenang dan masih memiliki suasana hati yang baik,
mampu memberikan pujian dengan kecerdasan emosional. Namun, jelas terlihat di
matanya ada kekhawatiran dan kecemasan. Dia baru saja tiba dengan tergesa-gesa
setelah perjalanan panjang.
"Ini pasti murid unggul dari Pak
Daniel, benar- benar pahlawan muda."
No comments: