Bab 1476
Carlos melirik Adriel sekilas dan
tersenyum samar.
Sementara itu, Daniel memberi kode
kepada Adriel dengan tatapan mata.
Adriel hanya bisa mengangguk dan
berkata, "Pak Carlos, pertandingan curang itu melanggar semangat
kompetisi. Ya, aku janji nggak akan membuat masalah lagi di masa depan."
"Adriel, apa yang kamu bicarakan?
Sudahlah, lupakan saja kejadian yang sudah berlalu. Kalau nggak ada urusan
lagi, kamu boleh pergi sekarang," balas Carlos.
Carlos tersenyum seakan tidak peduli,
tetapi tatapannya sangat datar. Lagipula, sekarang ada Shawan, jadi apakah
Adriel atau bukan, rasanya tidak terlalu penting lagi.
Biarkan pemuda itu sedikit lebih
mengerti, maka tugas Adriel di sini pun dianggap selesai.
Namun, tiba-tiba Adriel tersenyum
kecil dan berkata, "Pak Carlos, apa kamu lupa? Bukankah kamu mengundangku
ke sini untuk mengobati Marlon?"
Jika dia bisa membuat Marlon bersaksi
melawan Juan dan menggunakan kekuatan resmi untuk menjatuhkan Juan, itu tentu
akan menjadi langkah yang ideal.
Perkataan itu membuat Carlos
tertegun.
Mengobati?
Alasan itu hanyalah dalih untuk
memanggil Adriel. Mengenai pengobatan, dia sama sekali tidak serius
mempertimbangkannya. Memang, Adriel pernah menyembuhkan penyakit berbisa dan
memberikan ramuan aneh kepada Luiz, tetapi...
Dokter atau ahli racun sebenarnya
kamu ini?
Marlon mengalami kerusakan pada
pembuluh jantung dan membutuhkan seorang tabib sakti yang benar-benar ahli.
Kamu yang mengutak-atik racun mau ikut campur apa?
Apalagi melihat usia Adriel yang
masih muda...
Dokter membutuhkan pengalaman
bertahun-tahun untuk menjadi ahli?
Di sisi lain, Daniel yang mengetahui
kemampuan Adriel langsung mengerutkan kening. Baginya, Adriel memiliki keahlian
medis yang tiada tanding.
Kesediaan Adriel untuk membantu
adalah keberuntungan, tetapi Carlos justru menolaknya.
"Pemuda genius yang percaya
diri, ya. Bagus sekali, "kata Carlos dengan senyum dingin.
Namun, Carlos tetap mengabaikan
Adriel. Dia beralih pada seorang lelaki tua yang tengah memeriksa kondisi
Marlon dan bertanya dengan penuh hormat, "Bagaimana kondisinya, Master
Kenzo?"
Kenzo?!
Nama itu membuat Adriel terkejut. Dia
segera mengangkat kepalanya dan memandang lelaki tua itu dengan dahi berkerut.
Adriel ingat Dilan pernah berkata
bahwa Kenzo adalah tabib pribadi keluarga Dumin. Bahkan, ketika Adriel meracuni
Dilan dengan serangga racun, Dilan sempat meminta Kenzo menyembuhkannya, tetapi
Kenzo gagal.
Jadi, Juan mengirim tabibnya untuk
mengobati Marlon?!
Kenzo selesai memeriksa kondisi
Marlon. Dia berkata dengan nada datar, "Cedera Marlon sangat parah. Aku
sudah memberinya obat dan untuk sementara bisa menstabilkan kondisinya. Untuk
langkah selanjutnya, beri aku waktu untuk berpikir."
Semua orang diam, takut mengganggu
pemikiran Kenzo. Bagaimanapun, dia adalah tabib paling terkenal di Srijaya,
meski hanya melayani keluarga Dumin.
Jika bukan karena pengaruh keluarga
Janita, Kenzo tidak akan keluar.
Namun, Adriel tiba-tiba berkata,
"Bolehkah aku memeriksa nadi Marlon?"
Carlos langsung mengernyitkan
alisnya. Mengabaikan basa-basi, dia berkata dengan tegas, " Diam! Jangan mengganggu
Master Kenzo!"
"Pak Carlos, muridku nggak akan
mengganggu. Dia hanya ingin memeriksa nadi," ucap Daniel dengan nada yang
agak tidak puas.
Carlos makin kesal. Dengan menarik
napas dalam,d ia berkata, "Baiklah, silakan, Dokter Adriel."
Panggilan yang awalnya
"Adriel" berubah menjadi " Dokter Adriel", tetapi nadanya
terdengar sinis.
Adriel tidak peduli. Dia segera
memeriksa nadi Marlon dengan tenang. Setelah beberapa saat, día mengernyitkan
alis dan tampak sedang berpikir keras.
"Bersikap seperti orang hebat
saja," gumam Carlos dengan nada kesal.
Carlos yang berada di sampingnya
makin tidak sabar, rasa kesalnya pun makin memuncak. Dia merasa sudah berulang
kali memberi muka kepada Daniel, tetapi Daniel justru bersikap tebal muka
seperti tembok benteng.
Dia bahkan benar-benar mempercayai
kemampuan medis muridnya!
Siapa dia sebenarnya? Berani sekali
dia memanfaatkan nama besar Master Kenzo dengan dalih bekerja sama dalam
pengobatan untuk mencari ketenaran di sini!
Saat ini, Kenzo tiba-tiba berkata,
"Aku sudah menemukan petunjuknya."
"Apa itu?" tanya Carlos
dengan penuh harap.
Adriel yang baru saja selesai
memeriksa nadi, mengangkat kepalanya. Dia memandang Kenzo dengan tenang, seolah
menunggu jawaban lelaki tua itu.
No comments: