Bab 1482
"Kamu, kamu... bukankah aku
sudah mati?" tanya Kenzo sambil menatap Adriel dengan wajah tak percaya.
Lalu dia segera menampar dada sendiri.
Namun, Kenzo mendapati bahwa energi
sejati dalam tubuhnya telah terkunci dan tamparannya tidak memberikan efek sama
sekali.
Tiba-tiba, dia melihat Adriel
menatapnya dengan pandangan dingin, suaranya seperti dewa kematian yang
menentukan hidup dan mati.
"Hidup dan matimu ada di
tanganku. Kapan kamu punya hak untuk memutuskan itu?"
Adriel melangkah maju dengan penuh
percaya diri, gaya jalannya anggun, dan setiap kata yang diucapkannya seperti
memutuskan takdir seseorang.
Inilah sikap sejati dari seorang
pewaris Tabib Agung!
Carlos melihat dengan ekspresi
terkejut dan tiba - tiba berkata, "Kenzo, katakan siapa yang
menyuruhmu?"
Kenzo terlihat cemas, tetapi entah
kenapa dia malah menggertakkan gigi dan tetap diam.
Saat itu, Marlon dengan lemah
tersenyum pahit dan berkata, "Carlos, jangan buang waktu, kami sudah nggak
takut mati. Kami nggak akan memberi tahu semuanya."
"Karena kita memiliki darah yang
sama, biarkan kami inati saja..."
"Kamu seorang pengkhianat nggak
berhak berkata apa-apa, diam!" teriak Carlos.
Lalu, Carlos memerintahkan,
"Bawa Kenzo ke bawah, aku yang akan menginterogasinyal"
Marlon menghela napas dan menutup
matanya.
Namun Carlos dengan sangat sopan
berkata kepada Adriel, "Dokter Adriel, dengan keadaan Marlon seperti ini,
dia nggak akan tahan dengan siksaan ... "
Adriel tersenyum tipis dan berkata,
"Masalah kecil."
Melihat itu, Carlos memandangnya
dengan rasa hormat dan segera bertanya, "Dokter Adriel, sebelumnya aku
salah menilai. Jangan terlalu mempermasalahkannya denganku."
Siapa yang tidak takut mati?
makin tinggi status seseorang, makin
besar rasa takutnya terhadap kematian.
Dengan kemampuan Adriel yang bisa
menghidupkan kembali seseorang, Carlos tentu akan memberi penghormatan dan
menghormatinya dengan layak.
Yang lainnya pun mengubah ekspresi
mereka, dan dengan antusias ingin berteman dengan Adriel.
Adriel yang tidak sabar untuk
berurusan dengan mereka, menyuruh mereka pergi dan memberi peringatan agar tidak
mengganggunya dalam satu jam ke depan.
Dia menampar Marlon agar pingsan,
lalu melanjutkan untuk menstabilkan luka Marlon dengan jarum emas.
Di ruangan sebelah.
Nyonya Freya memegang secangkir teh
dan berdiri di depan jendela, memandang jauh ke depan dengan tatapan datar lalu
bertanya, "Bagaimana keadaan situasinya?"
"Seperti yang kamu perintahkan,
Adriel telah dipanggil, tetapi dengan Kenzo di sana, sepertinya Adriel nggak
akan punya kesempatan untuk bertindak," jawab Luiz dengan kebingungan.
Adriel datang tentu atas perintah
Nyonya Freya, jika tidak, dengan temperamen Carlos, bagaimana mungkin dia akan
menerima seorang junior yang tidak disukainya?
Sekarang ada Kenzo yang sedang
mengobati Marlon, dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya
direncanakan oleh Nyonya Freya.
Nyonya Freya berkata dengan tenang,
"Kesempatan untuk menyembuhkan penyakit adalah sesuatu yang harus
diperjuangkan. Kalau Adriel nggak bisa merebut kesempatan mengobati dari tangan
Kenzo si pengkhianat Enam Jalur Puncak Kematian, itu hanya membuktikan bahwa
dia nggak cukup berbakat."
Mendengar ini, Luiz terkejut dan
dengan panik berkata, "Kenzo adalah orang Enam Jalur Puncak
Kematian?!"
"Tunggu, dia sekarang sedang
mengobati Marlon!"
"Kalau begitu...'
Seketika, Luiz menjadi sangat cemas
dan bertanya, " Kenapa kamu nggak menangkapnya?"
Nyonya Freya berkata dengan tenang,
"Kenapa terburu-buru? Ini hanya ujian untuk Adriel."
"Ujian?!" tanya Luiz. Dia
menjadi makin cemas, sampai tidak bisa menahan diri dan berkata dengan
terkejut, "Tapi ini menyangkut hidup dan mati Marlon! Kamu akan menguji
Adriel dengan ujian seperti ini?"
Ini terlalu tak masuk akal!
Marlon adalah salah satu mata-mata
terbesar yang ditangkap di Srijaya dalam beberapa tahun terakhir!
Pemerintah sudah beberapa kali
mendesak untuk mendapatkan informasi dari mulut Marlon.
Namun, Nyonya Freya terus menahan
Marlon dan tidak mengungkapkannya, malah menganggap ini sebagai ujian bagi
Adriel?
Jika boleh dikatakan dengan tegas,
apa kemampuan Adriel hingga pantas mendapatkan soal ujian yang semahal ini?!
"Kalau dia orang yang aku cari,
nggak hanya Marlon, bahkan sepuluh orang sekalipun dia layak
mendapatkannya," kata Nyonya Freya dengan santai.
"Adriel adalah orang yang kamu
cari?"
Luiz terkejut, dia tahu bahwa Nyonya
Freya sudah bertahun-tahun mencari seseorang yang misterius, tetapi tak pernah
berhasil. Ternyata orang itu adalah Adriel?
Dengan cemas Luiz bertanya,
"Bagaimana kalau dia gagal mengerjakan ujian ini?"
"Kalau dia gagal, maka hidup
Marlon akan menjadi harga yang harus aku bayar," jawab Nyonya Freya. Dia
memandang ke luar jendela dengan pandangan yang dalam, lalu melanjutkan,
"Pewarisnya layak aku untuk bayar harga ini."
Luiz hanya bisa tersenyum pahit
dengan pasrah.
No comments: