Bab 1485
"Ternyata begitu. Sepertinya
Keluarga Dumin benar -benar harus berterima kasih padamu," ujar Harson
dengan nada datar.
"Aku sudah mengurus permasalahan
dengan Keluarga Maswa untukmu. Urusanmu dengan Lucas Maswa sudah selesai,
bahkan leluhur mereka nggak akan mengejarmu lagi. Selain itu, aku juga telah
menenangkan pihak keluarga Janita. Kamu nggak perlu khawatir ada yang membalas
dendam padamu.
Dia berhenti sejenak, lalu berkata,
"Aku akan memberimu sebuah tanda kehormatan dari keluarga Dumin. Dengan
tanda itu, akan sangat jarang ada orang yang berani menentangmu."
Harson berbicara dengan tenang,
tetapi Wiri makin gelisah saat mendengarnya.
Dengan kepribadian Harson, bagaimana
mungkin dia bisa sebaik itu?
Wiri merasa ada sesuatu yang tidak
beres ...
"Terima kasih, Pak Harson, tapi
aku membantu Wiri membongkar kedok Kenzo hanya karena kebetulan saja, bukan
untuk mengharapkan imbalan dari Keluarga Dumin," ucap Adriel sambil
tersenyum tipis.
Harson tersenyum dan berkata,
"Ini bukan sekadar imbalan, melainkan juga kompensasi."
"Kompensasi untuk mundurnya kamu
dari Turnamen Bela Diri."
Adriel mengangkat alisnya sedikit dan
bertanya, " Kapan aku pernah katakan kalau aku akan mundur dari Turnamen
Bela Diri?"
"Adriel, apa aku harus katakan
ini dengan jelas?" tanya Harson.
Harson mengetuk meja dengan jarinya
lalu berbicara perlahan, "Mungkin kamu nggak tahu, Turnamen Bela Diri kali
ini memiliki arti yang sangat penting bagi Keluarga Dumin."
"Keluarga Dumin membutuhkan
peringkat kedua dan sekarang posisi itu sudah di tangan kami. Kalau kamu terus
berpartisipasi, mungkinkah kamu yang akan meraih posisi kedua? Itu akan
menggusur peringkat keluarga kami... "
"Kamu masih muda dan masih ada
kesempatan untuk ikut di turnamen berikutnya. Kenapa nggak mengalah kali ini?
Jadilah orang baik sepenuhnya dan berikan kesempatan itu sepenuhnya kepada
putraku."
Betapa besarnya rasa percaya
dirinya...
Adriel tersenyum kecil, terdiam
sejenak. Di turnamen berikutnya, apakah masih akan ada kekuatan dari wilayah
atas yang datang untuk merekrut murid?
Harson ini benar-benar menganggap
lawan bicaranya seperti anak kecil.
Terlepas dari apa pun motivasi Adriel
memberikan peringkat kepada Wiri, di permukaan semuanya terlihat seperti demi
kebaikan Keluarga Dumin. Namun kini, Harson dengan wajah tak tahu malu
menganggap peringkat itu sepenuhnya milik keluarga mereka....
"Kalau aku nggak setuju?"
tanya Adriel.
Harson tampak terkejut dengan jawaban
itu. Dia tersenyum penuh rasa ingin tahu dan berkata, " Bukankah
sebelumnya kamu menyerahkan peringkat itu kepada putraku sebagai tanda itikad
baik pada keluarga Dumin?"
"Apa yang kuberikan kamu bisa
ambil. Tapi kalau aku nggak memberikannya, kamu juga nggak bisa
memintanya," jawab Adriel sambil tersenyum.
Ketukan jari Harson di meja langsung
terhenti. Matanya menyipit dan menatap Adriel dengan dingin, seperti burung
hantu yang menatap mangsanya di malam hari.
Dalam sekejap, suasana di ruangan itu
menjadi tegang.
Keringat dingin mulai mengalir di
dahi Wiri. Dia beberapa kali membuka mulut ingin mengatakan sesuatu, tetapi
akhirnya memilih diam.
Beberapa saat kemudian, Adriel
tersenyum, bangkit dan berkata, "Pak Harson, aku masih harus berlatih.
Sampai jumpa di Turnamen Bela Diri."
Setelah berkata demikian, dia
berbalik dan berjalan pergi.
Wiri yang terlihat panik segera
mengikuti untuk mengantar tamu.
Namun, suara dingin Harson
menghentikan langkah mereka, "Kamu pikir aku sudah membiarkanmu
pergi?"
Harson tiba-tiba meletakkan cangkir
teh di meja dengan keras, tatapannya tajam mengunci Adriel. Jubahnya berkibar
meskipun tidak ada angin.
Sebentuk tekanan mengerikan yang tak
terlihat tiba -tiba menyerang dan membuat air teh di atas meja bergoyang pelan.
Wajah Wiri langsung pucat pasi,
punggungnya basah oleh keringat dingin.
Adriel berbalik menatap Harson dengan
pandangan penuh ejekan dan berkata, "Pak Harson, sejak kapan kamu merasa
punya hak untuk mengajari aku bertindak?!"
Di bawah tekanan dari kekuatan
seorang tingkat langit tahap delapan, Adriel berdiri tegap seperti pohon pinus
kuno yang kokoh di tengah salju. Tatapannya dingin dan tajam seperti pedang
setengah jadi yang menembus langsung ke lawannya.
"Anak muda zaman sekarang
benar-benar nggak tahu diri," dengus Harson
"Aku sudah berbicara baik-baik
padamu, bahkan Pak Daniel pun menghormatiku. Tapi kamu... tampaknya lebih hebat
daripada Pak Daniel, ya?" lanjut Harson.
Harson perlahan bangkit dari tempat
duduknya. Wajah yang tadinya tenang kini dipenuhi aura dingin dan kejam. Matanya
menyipit seperti burung hantu, tatapannya tajam bagai pisau yang menyayat tubuh
Adriel. Suaranya mengandung hawa dingin yang menusuk.
No comments: