Bab 1503
Pada saat ini, Kota Yuria tengah
digemparkan oleh satu nama, yaitu Adriel.
Kompetisi Bela Diri telah berakhir,
Adriel menjadi sorotan utama.
Gelar Tetua termuda keluarga Janita,
tak terkalahkan di bawah usia 30, serta juara kompetisi membuat namanya makin
melambung, bahkan menyebar ke luar Srijaya.
Kejayaan ini bagaikan bintang terang
di malam hari.
Setelah perjamuan besar yang dipenuhi
sorotan berakhir, keluarga Janita menghadiahkan sebuah vila di dekat kawasan
keluarga mereka kepada Adriel. Ini adalah sebuah bentuk penghormatan yang
membuat semua orang iri.
Namun malam itu, pintu vila barunya
nyaris tidak pernah tertutup. Para tamu yang ingin bertemu dengannya datang
silih berganti. Sayangnya, Adriel malas melayani mereka. Semua urusan tamu dia
serahkan kepada Dilan. Bahkan dia menyatakan dengan jelas bahwa mulai sekarang,
Dilan adalah perwakilannya.
Bagi Dilan, ini adalah berita luar
biasa. Menjadi perwakilan seorang tetua keluarga Janita berarti peningkatan
status yang signifikan. Bahkan keluarganya sendiri, keluarga Dumin, tidak akan
berani sembarangan memperlakukannya lagi.
Masalah seperti serangga racun yang
dulu mengancam hidupnya? Ah, itu sudah tidak penting lagi.
Sayangnya, Adriel sendiri sudah tidak
berada di vila
Di sebuah hotel milik keluarga Dumin.
Adriel turun dari mobil, memandang
Wiri yang berdiri di depan hotel dengan rasa penasaran. Dia bertanya, "Ada
urusan apa kamu memanggilku kemari? Kalau ayahmu tahu kamu diam-diam bertemu
denganku, dia pasti akan memukulmu sampai babak belur."
Wiri tertawa kecil, lalu menjelaskan,
"Tenang saja, belakangan ini dia rutin minum obat dan tidur nyenyak setiap
malam. Dia nggak akan tahu."
"Aku memanggilmu untuk
menghadiri pernikahanku."
"Apa?"
Adriel melongo. Lalu dia tertawa geli
dan berkata, " Kamu serius mau menikah dengan Yoana? Cepat sekali, kamu
bahkan nggak memberi waktu untuk mempersiapkan apa pun."
Hari ini, memang benar Wiri memilih
Yoana, tetapi melangsungkan pernikahan dengan hanya beberapa tamu? Ini sungguh
tak masuk akal.
"Dia ingin cepat menikah supaya
bisa mengikatku, lalu memanfaatkan aku untuk mengalahkanmu," ujar Wiri
dengan santai, lalu menyerahkan sebuah amplop merah.
"Ini untukmu, anggap saja hadiah
karena kamu mendapatkan 'istri luar'. Selamat!"
"Istri luar apa? Aku serius
dengan Wennie, oke? Dan slapa bilang aku punya banyak 'istri luar'? Itu semua
fitnah musuhku!"
Adriel mendengus, lalu menambahkan,
"Dengar, rumor soal aku itu semua kebohongan. Jangan percaya gosip."
"Bukan itu maksudku..."
Wiri tertawa kecil, lalu menarik
Adriel masuk ke dalam hotel.
Di dalam, dekorasi pernikahan tampak
meriah, dengan beberapa gantungan di mana-mana. Namun, tidak ada banyak orang
di sana.
"Aku perlu bantuanmu. Tolong
ikut berperan aktif dalam pernikahanku," kata Wiri dengan santai.
"Berperan aktif bagaimana?"
balas Adriel dengan menatapnya tak percaya.
"Apa Wiri ini benar-benar nggak
punya teman lain selain aku?" pikir Adriel dalam hati.
"Bantu aku masuk kamar
pengantin," jawab Wiri sambil tersenyum tipis.
Adriel berhenti melangkah, terdiam
sejenak. Bahkan seseorang yang paling aneh pun akan menganggap ini... terlalu
aneh.
"Hei, aku serius, reputasi
burukku itu fitnah. Aku sama sekali nggak tertarik pada istrimu," kata Adriel
sambil menghela napas dalam-dalam.
"Istri? Yoana? Dia hanya mainan,
nggak lebih," jelas Wiri sambil terkekeh.
"Dia memang punya beberapa
kelebihan dalam hal kultivasi, tapi pada dasarnya, dia cuma hiburan. Kalau cuma
main-main, siapa saja bisa."
"Lagi pula, dia sudah sering
membuatmu kesal. Kamu nggak ingin membalas dendam? Anggap saja ini ucapan
terima kasihku karena membantuku mendapatkan peringkat ketiga di
kompetisi."
"Dan kalau kamu ingin
berpura-pura dia adalah istriku saat kamu bermain dengannya, aku nggak
keberatan. Aku ini orang aneh juga, tahu?" ujarnya dengan santai.
Adriel hanya bisa menggelengkan
kepala, tidak habis pikir dengan jalan pikiran Wiri. Dia menjelaskan, "Aku
ini nggak seperti yang kamu pikirkan. Aku nggak asal tiduri wanita, oke?"
Wiri mendengus, seolah tak percaya.
Dalam hatinya, dia berpikir,
"Yoana memang sombong, tapi kecantikannya luar biasa. Bahkan aku pun sulit
menahan diri. Mana mungkin Adriel benar- benar menolak kesempatan ini?"
Sambil tersenyum licik, dia membuka
pintu kamar pengantin.
Di dalam, kamar itu telah didekorasi
penuh gaya tradisional. Di atas ranjang, kelambu merah dan ornamen-ornamen
pernikahan tergantung dengan indah.
Seorang wanita dengan tubuh anggun
duduk di sana. Dia mengenakan gaun pengantin, lengkap dengan mahkota
cenderawasih yang penuh hiasan permata. Wajahnya tersembunyi di balik kain
penutup merah, tetapi aura bangsawan yang terpancar membuat siapa pun tidak
ragu bahwa dia adalah wanita luar biasa cantik.
Suara lembut, tetapi penuh wibawa
terdengar dari balik kain penutup, "Wiri, kalau kamu menikahiku hari ini,
kamu harus berusaha keras dalam kultivasi dan membalas dendam untukku. Kalau
nggak, aku nggak akan membiarkanmu hidup tenang!"
Wiri tertawa kecil, lalu menoleh pada
Adriel. Dia berkata, "Masih bermimpi, rupanya."
Tiba-tiba, Yoana terlihat kaget.
"Kenapa aku mendengar dua
langkah kaki? Apa itu pengiring pengantin? Suruh dia keluar!" teriaknya.
"Aku rasa aku harus pergi
saja," gumam Adriel dengan nada kesal.
Dia sungguh tidak paham jalan pikiran
Wiri.
Namun, Yoana langsung panik. Dia
menyingkap kain penutup di wajahnya dan menatap Adriel dengan mata penuh
keterkejutan. Dia bertanya, " Adriel? Kenapa kamu ada di sini?"
Dia langsung memandang Wiri dengan
penuh kemarahan dan berteriak, "Wiri! Apa maksudmu?"
No comments: