Bab 1504
Wiri Tersenyum kecil lalu berkata,
"Bagaimana kalau malam ini kamu dan Adriel masuk kamar pengantin?"
Ucapan itu membuat Yoana merasa
seperti disambar petir. Dengan suara gemetar, dia berteriak, "Wiri, apa
yang baru saja kamu katakan?!"
"Aku bilang, malam ini kamu
layani Adriel!" jawab Wiri dengan nada tidak sabar.
"Aku akan membunuhmu!"
teriak Yoana.
Phoenix langsung menjerit tajam,
energi murni dalam tubuhnya meledak. Tingkatannya tidak terlalu tinggi, hanya
berada di Guru Bumi tingkat dua, itu pun dicapai dengan bantuan obat-obatan.
Dengan santai, Wiri mengangkat
tangannya dan membuat tubuh Yoana terkunci di tempat.
Yoana tidak bisa bergerak, dia
memandang Wiri dengan wajah merah karena marah. Lalu dia berteriak, "Dasar
nggak tahu malu! Kamu benar - benar menyerahkan istrimu kepada musuh!"
Wiri tetap tenang, menepuk bahu
Adriel sambil berkata, "Nikmatilah. Jangan sungkan."
Adriel menggeleng pelan dan berniat
keluar dari ruangan. Hal seperti ini sudah melampaui batas yang bisa dia
terima.
Ya, dia masih memiliki batas.
Namun saat itu, Wiri berkata dengan
santai, "Oh, ya, ayahku pernah memintaku menyerahkan Yoana kepadanya.
Katanya, setelah dia puas, baru akan dikembalikan. Aku nggak punya daya
melawan."
"Lagi pula, Yoana bisa membantu
dalam kultivasi," tambahnya.
"Apa?!" Yoana tertegun,
wajahnya pucat seketika. Dia mulai menyadari bahwa dia telah masuk ke dalam
sarang iblis.
"Nggak ada jalan lain.
Keluargaku memang penuh dengan orang-orang gila," kata Wiri dengan nada
seolah-olah itu hal biasa.
"Tutup pintunya," kata
Adriel sambil mengambil napas dalam-dalam.
Menggunakan wanita milik Wiri
membuatnya merasa canggung, tetapi terhadap wanita milik Harson, dia sama
sekali tidak ragu!
Wiri tersenyum tipis, lalu melangkah
keluar dan menutup pintu rapat-rapat.
Saat ini, Yoana memandang Adriel
dengan ketakutan. Wajah cantiknya kini dipenuhi kecemasan. "Jangan
mendekat! Jangan mendekat!" teriaknya.
Dia tampak panik, gerakannya agak
berlebihan, hingga memperlihatkan paha putihnya yang mulus.
Gaun pengantin merah yang
dikenakannya merupakan model modern, dengan belahan tinggi di bagian paha,
menampilkan keindahan yang samar- samar terlihat ...
Namun entah mengapa, wajahnya justru
memerah, napasnya menjadi cepat, dan tatapannya pun tampak sedikit kabur.
"Jadi, kamu sudah diberi
obat?"
Adriel tertawa kecil, merasa bahwa
Wiri benar- benar kejam dalam bertindak.
"Pergi! Cepat keluar dari sini,
atau aku akan melaporkanmu atas kerja sama kotormu dengan Wiri!" teriak
Yoana.
Dia benar-benar panik dan berteriak
histeris.
Wajah Adriel menjadi muram, merasa
wanita ini sama sekali tidak tahu batas.
Tanpa ragu, dia melangkah maju,
mencengkeram leher Yoana dan menekannya ke ranjang. Sebuah tamparan keras
mendarat di pipi wanita itu. Menatap mata Yoana yang penuh ketakutan, Adriel
berkata dengan marah, "Kamu sudah berkali-kali mencari masalah denganku.
Apa kamu pikir aku nggak berani menyentuhmu?"
"Coba saja kalau berani! Aku
adalah keturunan murni keluarga Janita! Kamu sebagai orang luar berani
menyentuhku?!" teriak Yoana.
Matanya memancarkan kebencian yang
mendalam.
Namun, efek obat sudah mulai bekerja.
Napas Yoana tersengal-sengal, aroma lembutnya terasa menguar dan hembusan
hangatnya menyentuh wajah Adriel.
"Hanya seorang alat yang
dibesarkan oleh keluarga Janita. Aku benar-benar nggak mengerti dari mana
datangnya rasa superiormu. Nanti kamu akan merasa bangga karena mendapat
perhatianku malam ini," ujar Adriel dengan nada arogan.
Dia mulai mendekatkan tubuhnya.
"Kamu kamu minggir!"
Yoana mulai merasakan sesuatu yang
aneh. Dengan panik, dia berusaha melawan.
Namun, efek obat membuat tubuhnya
lemah, sehingga perjuangannya sia-sia.
Adriel tentu saja tidak menunjukkan
belas kasihan sedikit pun!
Yoana dengan enggan memiringkan
kepalanya ke samping dan dengan putus asa menutup matanya. Tetes air mata
mengalir dari sudut matanya sehingga membasahi pakaian merah yang indah.
Lebih dari satu jam kemudian, Adriel
pergi dengan puas. Ketika dia memegang gagang pintu, dia teringat sesuatu.
Adriel kembali ke arah Yoana yang
terbaring di atas selimut merah besar dengan mata kosong. Dia memberikan
pujian, "Kamu memang memiliki beberapa keterampilan, kamu melayaniku
dengan baik."
Setelah keluar dari pintu, terdengar
tangisan Yoana dari belakang.
Di depan pintu hotel, Wiri menyambut
dengan senyuman, lalu berkata dengan ramah, "Bagaimana rasanya
Yoana?"
"Air dalam api panas!"
Adriel memberikan penilaian yang
objektif, karena Yoana memiliki tubuh dengan kondisi khusus. Dari segi pengalaman,
tidak ada yang bisa dipermasalahkan.
Namun di mata Wiri, Yoana hanyalah
alat untuk dipergunakan demi menukar hutang budi.
Tak heran jika tubuhnya memiliki
kondisi khusus, dia merasakan secara samar bahwa tingkatannya akan segera
mencapai terobosan. Sayangnya, efek dari tubuh khusus ini paling kuat di awal
dan akan makin melemah seiring berjalannya waktu.
Sambil berkata demikian, dia
melemparkan sebungkus obat kepada Wiri.
"Ini..." tanya Wiri dengan
bingung.
"Berikan ayahmu dosis yang lebih
besar," jawab Adriel dengan santai.
Lagian, wanita yang telah
digunakannya mana mungkin boleh digunakan oleh Harson.
Saat Wiri terkejut, Adriel sudah
menghilang dalam gelapnya malam.
Tingkatannya hampir mencapai
terobosan.
No comments: