Bab 1572
"Omong kosong, kamu adikku,
kalau kamu sampai kenapa -kenapa, siapa yang akan melindungi kalau bukan
aku?!"
Harriet melirik Adriel dengan tatapan
tak senang, tetapi kemudian melambaikan tangannya dengan penuh aura kewibawaan,
seakan berkata semuanya akan aku tanggung.
Selanjutnya, dia menatap Shawn tanpa
rasa takut, sedikit mendongak dengan sikap dingin dan berkata, "Jauhkan
dirimu, Adriel adalah tetua keluarga Janita. Kalau berani menyentuhnya, akan
aku potong tanganmu!"
"Kamu?" Shawn terkejut,
kemudian tertawa sinis, " Kamu nggak pantas berkata seperti itu."
Namun pada saat itu, Fara sedikit
mengerutkan kening dan bertanya, "Kamu anggota keluarga Janita? Apa
hubunganmu dengan Nyonya Freya?"
Dia bukan orang yang bodoh, Adriel
hanya seorang tetua luar keluarga Janita. Membunuh seorang anggota keluarga
Janita yang sangat disayangi oleh Nyonya Freya yang berada di tingkat ilahi,
itu jelas berbeda dengan menghadapi seorang tetua luar keluarga.
Fara merasakan aura berbeda dari
Harriet, sepertinya dia bukan orang biasa.
"Nyonya Freya adalah bibiku.
Jangan kira bibiku pergi dari Kota Yuria, tunggu dia kembali, kalian akan
merasakannya!" kata Harriet dengan tenang.
Adriel terkejut, Nyonya Freya sudah
meninggalkan Kota Yuria?
Bukankah dia sedang menerima
kunjungan dari kekuatan dari wilayah utara?!
Namun Fara tampaknya tidak terkejut
dengan kabar tersebut. Matanya memancarkan rasa dingin, menatap Harriet dengan
intens, seolah sedang mempertimbangkan sesuatu.
Shawn tersenyum tipis, lalu menatap
Adriel dan berkata, "Sekarang bukan saatnya untuk bertarung denganmu,
membunuhmu juga nggak ada gunanya. Nanti ketika kamu mencapai tingkat langit,
kita baru bisa bertarung."
"Saat itu, jika kamu nggak
mencari aku, aku juga akan datang mencarimu," lanjutnya.
Semua orang terkejut, ini tantangan
untuk bertarung?!
Namun, bukankah lebih baik jika
langsung menghabisi Adriel? Kenapa harus memberi waktu bagi Adriel untuk
berkembang?!
Ini seperti membiarkan macan tumbuh
di dalam rumah!
"Shawn, aku tahu kamu sombong,
tapi ini bukan waktunya..." ujar Fara.
Fara hampir memohon, ingin
menjelaskan hubungan kekuatan antara mereka. Kecepatan perkembangan Adriel
benar-benar sangat menakutkan.
Baginya, Shawn kali ini bisa saja
kalah.
"Jika aku membunuhnya sekarang,
itu berarti aku takut. Kalau aku memilih jalan seni bela diri, bagaimana bisa
ada rasa takut? Lagipula... "
Dia menoleh ke Adriel dan tersenyum,
"Dia belum cukup layak untuk mengalahkanku."
Setelah itu, dia berpaling dan pergi.
"Tidak! Kamu nggak bisa begitu
saja pergi!" teriak Fara dengan marah.
Lalu, dia menunjuk Edi dan berkata,
"Bawa dia pergi!
Jika mereka mundur begitu saja,
bahkan anak buah pun tidak bisa dilindungi, bagaimana mereka bisa
mempertahankan muka?
Bagaimana pandangan orang lain
terhadap mereka?!
"Aku juga, aku juga!"
Azka segera berteriak, mencoba
mengingatkan Fara.
Namun, sepertinya tidak ada yang
peduli padanya. Fara hanya memandang Adriel dengan tatapan penuh kebencian.
Jika Adriel berani menghalangi, dia akan bertindak, karena ada putranya yang
tidak akan membiarkan dirinya dipermalukan.
Langkah Shawn terhenti sejenak. Dia
melihat ekspresí marah ibunya dan sedikit menggelengkan kepala.
Lalu Shawn menatap Adriel dan
berkata, "Ibuku masih punya dendam yang belum terselesaikan. Jika kamu
kalah dalam pertarungan nanti, kamu harus berlutut dan meminta maaf pada ibuku,
biarkan dia memutuskan apa yang harus dilakukan untuk menenangkan hati."
"Jika kamu menang, Edi akan aku
serahkan padamu untuk dihukum," lanjutnya.
Dia memang tidak peduli dengan hidup
Edi, dan tidak tertarik pada penghinaan terhadap Adriel.
Sayangnya, ibunya sangat peduli.
Bagaimanapun juga, ini adalah ibunya. Setelah bertahun-tahun, perasaan yang
terpendam belum juga hilang. Dia hanya bisa membantu Fara untuk membuka ikatan
hati itu.
Namun Adriel hanya tersenyum dan
berkata, "
Nyawa Edi nggak cukup berharga, jika
kamu kalah, kamu tetap harus mengikuti apa yang aku putuskan. 11
Shawn tidak menghiraukan protes Fara
dan berkata sambil tersenyum, "Setuju."
Setelah itu, dia berbalik dan pergi.
"Eh! Aku juga! Aku juga!"
teriak Azka dengan panik.
Namun, tetap saja tidak ada yang
peduli padanya.
Fara hanya menatap Adriel dengan tatapan
penuh kebencian, lalu menyuruh beberapa bawahannya untuk mengangkat Edi dari
tanah dan membawanya pergi.
Ketika mereka pergi, Azka pun merasa
frustasi dan berteriak, "Kalian gila, ya! Aku di sini, kalian nggak lihat
apa?"
Bam!
Adriel menendang wajahnya dengan
keras dan berkata, "Nggak ada yang peduli sama kamu. Kalau kamu masih cari
perhatian, aku bakal pecahkan kepalamu."
Azka menangis dan mengerang
kesakitan, darah mengalir dari mulutnya. Dia tak pernah merasakan penghinaan
sebesar ini, hanya bisa menahan amarah dan rasa malu yang melanda.
Namun dia yakin, keluarga Maswa pasti
akan datang menyelamatkannya!
No comments: