Membakar Langit ~ Bab 1576

  

Bab 1576

 

Sementara itu, di Gunung Timbaran.

 

Ini adalah gunung terkenal di luar Kota Yuria, pemandangannya indah dengan air yang jernih, dan puncaknya selalu diselimuti kabut, seolah-olah merupakan surga dunia. Tempat ini menjadi lokasi wisata favorit warga Kota Yuria.

 

Namun, hari ini Gunung Timbaran dijaga dengan ketat dan sepenuhnya diblokir.

 

Sebuah mobil berhenti di kaki gunung. Setelah Adriel turun dari mobil, dia berkata, "Banyak sekali gjenius di sini."

 

Di kaki gunung, banyak anak muda berlalu-lalang, masing-masing memancarkan aura yang luar biasa. Siapa pun yang dipilih secara acak dari mereka sudah cukup untuk menjadi tokoh penting di wilayah selatan.

 

Namun di sini, mereka terlihat seperti barang murah yang diproduksi massal.

 

"Genius dari tiga wilayah tengah sedang berkumpul di sini. Tentu saja banyak, mereka semua datang untuk menemui penerus Sekte Dokter Surgawi. Lihatlah ke sana, di tempat dengan kerumunan terbanyak, mereka semua menjilat keluarga Dumin untuk bisa bertemu penerus itu. Sekarang kamu tahu mengapa aku membawamu ke sini, 'kan?" ucap Harriet sambil menunjuk ke arah kerumunan terbesar, yang merupakan area keluarga Dumin.

 

Dia agak meremehkan para genius yang hanya tahu menjilat demi keuntungan. Dibandingkan dengan mereka, bahkan Shawn terlihat lebih enak dipandang.

 

Adriel tersenyum kecil, lalu melangkah ke depan.

 

Namun, tak lama berjalan, dia merasa ada yang tidak beres, seolah-olah ada seseorang yang mengintai dari kegelapan.

 

"Jangan sembunyi lagi, ekormu sudah terlihat," ucap Adriel.

 

Adriel berhenti dan dengan tenang melihat ke depan. Dia berhenti dan menatap ke depan dengan tenang.

 

"Pemuda yang cukup berani, pantas saja kamu berani melawan keluarga Maswa!" ucap lawan itu.

 

Di tangga di depan, seorang pria paruh baya berjalan turun. Dia terlihat cukup elegan dengan aura yang santai. Namun, matanya yang sipit mengandung sedikit kegelapan.

 

"Pak Wa... Waren juga datang?" seru Azka. Dia langsung berseru dengan gembira saat melihat orang itu.

 

"Waren?" Adriel mengangkat alis, tampaknya pria itu memiliki status tinggi.

 

"Aku orang kepercayaan leluhur keluarga Maswa yang selalu mendampinginya sepanjang tahun," ucap Waren dengan nada santai dan tersenyum tipis.

 

Namun, ucapannya memancarkan kesombongan yang jelas. Tidak sembarang orang bisa selalu berada di sisi leluhur keluarga Maswa.

 

"Tidur pun kamu temani?" tanya Adriel sambil melihat penampilannya yang elegan dan tampan dengan tatapan aneh.

 

"Kalau kamu datang untuk minta maaf, bicara yang sopan!" tegur Waren. Dia langsung marah, nada bicaranya menjadi serius dan dingin, "Kalau bukan karena Carlos memohon-mohon untukmu, kamu pikir kamu bisa sampai ke sini? Kamu pasti sudah mati di tengah jalan!"

 

"Sekarang, karena kamu masih hidup, lebih baik kamu tahu diri! Itu semua berkat Carlos yang berlutut dan meminta maaf kepada leluhur keluarga kami untuk meminta maaf, sehingga nyawamu bisa diselamatkan. Kalau kamu terus membuang kesabaranku, bahkan kalau Carlos bersujud lagi, itu nggak akan ada gunanya!" tegur Waren.

 

"Carlos berlutut?" gumam Adriel.

 

Ekspresi Adriel berubah drastis. Sebagai kepala keluarga pertama, Carlos sampai bersujud di hadapan leluhur keluarga Maswa? Itu benar-benar penghinaan besar!

 

Mereka telah menghina keluarga Janita.

 

"Kalian sungguh keterlaluan! Jelas-jelas pihak keluarga Maswa yang mencari masalah lebih dulu. Karni sudah baik dengan mengembalikan orang kalian, tapi kalian malah begitu nggak tahu malu!" teriak Harriet dengan marah. Dia benar-benar tidak menyangka sebagai kepala keluarga pertama di Srijaya, Carlos akan menerima penghinaan seperti itu ketika mencoba mendamaikan situasi.

 

"Menurutmu kami terlalu keterlaluan? Memangnya kenapa? Kalian nggak mau melepaskan orang?" ucap Waren santai dan dengan tatapan mengejek kepada Harriet.

 

Tatapan Adriel langsung menjadi dingin, dia maju selangkah.

 

Namun, Harriet menarik lengan bajunya. Adriel mengerutkan alis, sementara Harriet berkata dengan gigi terkatup, "Tahan dulu, tunggu sampai bibiku kembali..."

 

Setelah berkata begitu, dia menendang Azka dengan keras. Wajahnya dingin, lalu menarik Adriel dengan erat untuk pergi. Tujuannya adalah menjemput Carlos pulang terlebih dahulu.

 

Namun, saat mereka akan pergi, suara galak Azka terdengar dari belakang, "Tunggu sebentar... "

 

"Siapa bilang kalian bisa pergi begitu saja? Hanya minta maaf secara lisan saja? Nggak tulus sama sekali!" lanjutnya.

 

"Kamu nggak ada habisnya!" ucap Harriet marah. Dia melihat ke arah Azka, yang sebelumnya selalu tunduk dan patuh, sekarang tiba-tiba menunjukkan ekspresi yang keji.

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 1576 Membakar Langit ~ Bab 1576 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on January 10, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.