Bab 1583
Begitu Caesar selesai bicara, dia
langsung melangkah maju dan semburan energi sejati berwarna hitam memancar dari
tubuhnya.
Tubuh Caesar tiba-tiba terbungkus
kabut air.
Seketika itu juga, tempat tersebut
menjadi lembab dan tetes demi tetes hujan berwarna hitam pun turun.
Begitu jatuh ke tanah, hujan itu
langsung membentuk lubang-lubang.
Ini adalah teknik rahasia Caesar yang
disembunyikannya dengan baik. Tiap tetes dari air hujan itu sangatlah berat dan
membawa kekuatan yang begitu besar, yang dapat membunuh Guru Bumi.
Caesar tidak terlalu mengenal Adriel.
Akan tetapi, jurus terbesar Adriel seharusnya sudah hampir digunakannya semua
... 'kan?
Adriel bisa melihat jika kemampuan
bela diri lawannya begitu luar biasa. Oleh karena itu, dia pun tidak gegabah
dan melangkah maju.
Pada titik ini, semua orang menunggu
hujan berwarna hitam tersebut melemahkan Adriel terlebih dahulu.
Sementara itu, Harriet merasa begitu
cemas, sampai -sampai dia memberi perintah untuk memaksa seseorang
menyelamatkan Adriel.
Namun, detik berikutnya, mereka semua
menjadi tercengang.
Itu karena mereka melihat butiran
hujan yang jatuh, semuanya mengenai tubuh Adriel. Namun, sekujur tubuh Adriel
memancarkan cahaya keemasan. Sekujur tubuh Adriel berubah menjadi berwarna
keemasan, seakan terbuat dari emas. Tubuhnya begitu kuat dan tidak terkalahkan.
Hujan berwarna hitam itu jatuh dengan
suara bergema. Adriel pun menerobos tabir hujan dan menyerbu ke arah mereka
dengan pedangnya.
Pada titik ini, semua orang menjadi
merinding.
"Tubuh macam apa ini..."
Mata Caesar melotot dan dia pun langsung
berteriak, "Bunuh bersama-sama!"
Caesar mengumpulkan hujan hitam,
memadatkannya menjadi es di udara dan mengubahnya menjadi pedang es hitam yang
terlihat begitu mistis. Kemudian, Caesar menebaskannya ke arah Adriel.
Pada titik ini, yang lain juga ikut
menyerang secara bersama-sama.
Untuk sesaat, berbagai jenis energi
sejati dilepaskan dan berbagai jenis ilmu bela diri berseliweran di angkasa.
"Tolong selamatkan orang
itu!" teriak Harriet dengan cemas.
"Itu... sepertinya kita nggak
perlu menyelamatkannya..."
Seorang anggota keluarga Janita
bergumam dan menatap kosong ke arah Adriel yang tiba-tiba meledak.
Bukan hanya mereka. Bahkan, keluarga
Dumin, keluarga Maswa dan yang lainnya, semuanya ternganga dan terpaku melihat
ke depan.
Hal tersebut karena, pada titik ini,
energi inti sungai darah yang besar tiba-tiba berubah menjadi ombak besar dan
menyapu ke arah mereka.
Sementara itu, Adriel berdiri dengan
mengesankan di puncak ombak, dengan guntur besar di atas kepalanya. Bayangan
Leluhur Lavali berdiri di belakangnya, dengan naga dan gajah yang melingkari di
sekelilingnya.
Mata Adriel menatap tanpa perasaan.
Rambut hitamnya berkibar-kibar dan dia menatap mereka dari posisi yang tinggi
dan tidak tersentuh.
Adegan yang begitu mengagumkan ini,
siapa pun yang melihatnya pasti akan terkejut.
Bersamaan dengan suara plak...
Bayangan Leluhur Lavali mendaratkan
sebuah tamparan dan langsung mengubah seseorang yang berada di dekatnya menjadi
kabut darah.
"Oke, benar-benar berkuasa...
"
Harriet dan semua anggota keluarga
Janita menjadi tercengang.
"Ini, apakah ini semua kekuatan
yang dia miliki?"
Caesar bergumam kaget dan tiba-tiba
merasakan penyesalan di lubuk hatinya. Mungkin, tidak seharusnya dia memaksa
Adriel seperti ini dan mungkin juga tidak seharusnya dia datang...
Namun, pada titik ini, tidak ada
waktu bagi Caesar untuk memikirkannya lebih jauh. Dia pun menggertakkan giginya
dan memimpin orang- orangnya untuk membunuh Adriel.
"Keberanian yang patut diacungi
jempol."
Adriel berkata dengan dingin dan
mendorong ke depan. Seorang master langit setengah langkah menjadi panik dan
mencoba menghadapinya. Namun, kepalanya langsung terpenggal oleh pedang
setengah jadi.
Setelah itu, sisa kekuatan pedang
setengah jadi tidak berhenti. Dia terbang secara melintang dan membunuh dua
Guru Bumi dalam prosesnya...
Adriel masih terus bergerak. Dia
mengangkat tangannya dan langsung membunuh. Telapak tangan Adriel terayun untuk
meraih leher pria paruh baya dari keluarga Dumin yang berteriak tadi dan
menghancurkannya hingga berkeping-keping.
Adriel bagaikan binatang buas
berbentuk manusia. Setiap langkah yang diambilnya, diikuti dengan jatuhnya satu
nyawa.
Kekuatan ganas semacam ini membuat
semua orang bergidik di dalam hati dan hati mereka pun bergetar.
Mereka tidak bisa menahan diri untuk
tidak melihat ke arah Caesar.
Apa kamu masih akan menyuruh kami
mengepung dan menghancurkan orang yang begitu ganas seperti ini?
Caesar menggertakkan giginya. Dia
mengangkat pedang es hitam miliknya dan mengayunkannya ke arah Adriel. Pedang
ini terbentuk dari energi sejati yang dipadatkan dan tidak akan bisa diserap
oleh pedang setengah jadi yang aneh milik Adriel.
Sementara itu, kekuatan pedang
tersebut juga tidak kalah dengan senjata tingkat bumi. Pedang ini benar -benar
bisa ...
Klang!
Pedang yang sangat dibanggakan Caesar
itu malah dihancurkan begitu saja oleh Adriel dengan menggunakan energi inti
sungai darah yang menyerang dengan sederhana, tetapi ganas.
Pedang itu berubah menjadi kabut es
hitam yang melayang, lalu menghilang...
Pedang es hitam itu hancur
berkeping-keping. Caesar sendiri juga terkena serangan balik dan tidak mampu
menghindar.
Adriel menendang dada Caesar. Sementara
itu, energi inti sungai darah menyapu Caesar dan langsung melemparkannya
keluar. Caesar menghantam dinding gunung dan menyemburkan banyak darah.
"Bagaimana mungkin kamu masih
punya kartu As?"
Tulang-tulang di tubuh Caesar patah.
Caesar berdiri dengan susah payah sambil memegangi dadanya. Sudut matanya
tampak berkedut.
Caesar menyesalinya, benar-benar
menyesal. Dia baru saja datang ke Kota Srijaya ini dan tidak tahu latar
belakang Adriel. Caesar begitu tidak sabar ingin memberikan kontribusi, sehingga
langsung meminta tugas untuk bertarung, tanpa berpikir masak-masak sebelumnya.
Seharusnya, dia menyelidiki Adriel
dahulu sebelum datang.
Tidak, seharusnya dia tidak datang
sama sekali. Kekuatan Adriel terlalu besar dan Caesar tidak mampu menghadapinya.
No comments: