Bab 1584
"Semuanya, serang
bersama-sama!"
Caesar ingin mundur. Namun, dia tetap
memerintahkan bawahannya untuk maju terlebih dahulu. Sementara, dia sendiri
diam-diam mencari kesempatan untuk mundur dan memanggil bantuan.
Namun, begitu Caesar berbalik, dia
terkejut hingga matanya melotot.
Semua anak buahnya ternyata melarikan
diri terlebih dahulu. Masing-masing dari mereka mulai melangkahkan kakinya.
"Mau lari ke mana kalian?"
Pada titik ini, anggota keluarga
Janita yang sebelumnya diminta oleh Adriel untuk tidak ikut campur dalam
pertarungan, akhirnya tersadar dari keterkejutan mereka. Mereka pun memandang
kedua keluarga tersebut dengan senyum sinis di wajah mereka.
Lantaran sebelumnya tidak ikut
bertarung, kekuatan mereka pun masih tetap prima.
Sekarang mereka membalikkan keadaan
dan mengepun kedua keluarga tersebut...
Di belakang mereka, Adriel sudah
menghunus pedangnya untuk membunuh.
"Kita nggak bisa lagi melarikan
diri. Kerahkan seluruh kekuatan kalian dan kita bunuh bersama sama."
Wajah Caesar juga langsung berubah.
Dia menggertakkan giginya dan berteriak dengan keras.
Namun, Adriel sudah datang dengan
niat membunuh.
Meski tidak menggunakan Teknik
Penerobos Surgawi dan Simbol Pedang, Adriel tetap mengerahkan berbagai macam
jurus yang dimilikinya. Tempat itu pun seakan meledak dan cahaya keemasan
menyelimuti tempat tersebut.
Whuuttt.
Sebuah pedang diayunkan.
Hampir pada saat yang bersamaan, tiga
anggota keluarga Maswa kembali terpenggal.
Tiba-tiba saja, Caesar hampir
menangis.
Menghadapi musuh yang begitu kuat,
mereka pun menjadi ketakutan setengah mati. Baru pada saat inilah mereka
menyadari betapa konyolnya ancaman -ancaman mereka sebelumnya.
Namun, pada saat ini, karena tidak
ada jalan keluar, Caesar pun menggertakkan giginya dan berkata, " Lebih
baik aku mati daripada nggak mampu melukaimu sedikit pun. Ketika keluarga Dumin
dan keluarga Maswa memerintah Kota Srijaya, leluhur akan membunuh semua anggota
keluarga Janita untuk membalaskan dendamku."
Tekad Caesar tampak begitu kuat.
Wajahnya berlumuran darah. Dia menggertakkan giginya dan memaksakan diri untuk
kembali mengumpulkan energi sejatinya, untuk bertarung sampai mati.
Namun, tiba-tiba Adriel berhenti dan
berkata dengan acuh tak acuh, "Bunuh mereka semua dan aku akan membiarkanmu
hidup."
"Apa?"
Caesar langsung tercengang.
"Aku ini orang yang sangat bisa
dipercaya. Kalau aku bilang akan membunuh seluruh keluarga, aku akan
melakukannya. Kalau aku bilang akan mengampunimu, aku akan mengampunimu. Kamu
bisa memercayaiku."
Adriel berkata dengan santai.
Caesar terpaku. Hatinya sedikit ragu
dan keberanian di dalam hatinya seketika itu juga menghilang.
"Aku cuma akan memberimu waktu
satu menit," kata Adriel dengan acuh tak acuh.
Seketika itu juga, Caesar langsung
mengangkat matanya dan menatap orang-orang di belakangnya.
"Tetua, kamu, kamu nggak bisa...
"
Tiga anak buahnya yang tersisa di
belakangnya menjadi tertegun dan mundur ketakutan.
"Maafkan aku. Aku cuma mau
hidup."
Pada titik ini, Caesar menggertakkan
giginya dan terlihat ganas. Kemudian, Caesar mengangkat telapak tangannya untuk
membunuh.
Ketiga orang yang tersisa tersebut
sejak awal kultivasinya tidak sebagus Caesar. Mereka juga terluka. Jadi,
bagaimana mereka bisa menghentikan Caesar?
Ketiganya bergegas melarikan diri.
Namun, rinai hujan berwarna hitam kembali muncul. Tetesan hujan berwarna hitam
menghantam mereka dan dalam waktu satu menit, keduanya langsung hancur menjadi
bubur...
"Sekarang, aku sudah boleh pergi,
'kan?"
Caesar menatap Adriel dengan cemas.
Caesar sekarang sudah menjadi
pengkhianat keluarga Maswa. Dia harus segera melarikan diri. Keluarga Maswa
pasti tidak akan pernah melepaskannya.
Namun, Adriel malah menampar Caesar
dengan begitu keras hingga Caesar muntah darah. Kemudian, Adriel menekan
beberapa titik akupunktur di tubuh Caesar untuk menyegel kultivasinya. Pada
saat yang bersamaan, Adriel mengeluarkan tali dan mengikatkannya di leher
Caesar bagaikan anjing.
"Kamu suka menjadi anjing untuk keluarga
Dumin. Aku juga suka anjing. Jadi, kamu bisa menggantikan Azka dan menjadi
anjingku."
Adriel berkata dengan acuh tak acuh.
"Kamu, kamu bilang apa?"
Caesar menjadi terkejut. Dia merasa begitu marah hingga kembali memuntahkan
darah. "Kamu bilang, kamu akan mengampuni nyawaku."
"Aku memang bilang mau
mengampunimu, tapi aku nggak bilang mau melepaskanmu. Apa kamu pernah sekolah?
Itulah kerugian yang kamu dapatkan akibat nggak berpendidikan... "
Adriel berkata dengan santainya.
Tindakannya yang luar biasa ini
membuat semua orang tidak mampu berkata-kata.
Caesar tertegun. Namun, dia tidak
terlalu memedulikannya dan memohon pada Adriel. "Kalau begitu,
seenggaknya, cepat bawa aku kabur. Leluhur keluarga akan segera datang
mengejar. Dia bukan cuma akan membunuhku, tapi juga akan membunuhmu."
"Aku sedikit bosan terus-terusan
diganggu orang. Jadi, kali ini, aku yang akan mencari masalah dengannya."
Adriel menarik Caesar dan bergegas
meninggalkan tempat tersebut.
Harriet menjadi tercengang. Adriel
masih sempat sempatnya berinisiatif mencari masalah?
Apa otak Adriel baik-baik saja?
"Sepertinya nggak seberbahaya
itu. Sekarang, empat kekuatan besar lain sudah menerima usulan dari Lembah Dewa
Obat, kalau para tetua nggak boleh ikut campur urusan anak muda... "
Seorang anggota keluarga Janita
berkata dengan ragu-ragu.
"Kalau begitu, bukankah itu
artinya kalau sekarang di keluarga Maswa dan keluarga Dumin nggak ada yang bisa
mengalahkan Adriel, harusnya Adriel bisa melakukan apa pun yang dia
inginkan?"
Harriet berkata dengan terkejut.
"Ini... secara teori memang benar..."
Salah seorang anggota keluarga Janita
berkata dengan ragu-ragu, "Tapi, yang dikhawatirkan, akan ada banyak anak
muda berbakat yang mungkin bersedia menjilat keluarga Dumin dan membantu mereka
mengambil tindakan..."
Ada terlalu banyak faktor yang tidak
bisa diprediksi. Sekarang, akan terjadi kekacauan besar di Gunung Timbaran ...
Wajah Harriet menjadi muram begitu
mendengarnya.
No comments: