Bab 271
Wajah Jihan memucat, terlihat sangat
terkejut, " Bagaimana mungkin!"
Dia sama sekali tidak senang dengan
situasi ini!
Wajah Nindi sedikit kaku,
"Kenapa kamu berubah pikiran? Tapi kalau kamu nggak mau makan kotoran, itu
juga bisa."
Seno langsung menghela napas lega,
"Lalu, menurutmu bagaimana?"
"Kamu berdiri di depan pintu dan
teriak tiga kali ' Nindi, maafkan aku, aku ini orang bodoh.' Kalau begitu,
masalah ini selesai!"
Dia bukan orang yang berhati
malaikat, jadi dia akan memperjuangkan keadilan sampai tuntas.
Namun, Seno tetap tidak senang.
Guntur tertawa sinis, "Seno,
ternyata kamu pria yang nggak punya nyali, ya!"
Wajah Seno memerah, akhirnya dia
berdiri di depan pintu, dan berteriak, "Nindi, maafkan aku, aku ini orang
bodoh!"
Nindi mengeluarkan ponsel dan merekam
momen itu, lalu dia dan Guntur masuk ke ruang utama..
Saat itu, wajah Seno lebih merah dari
hati babi, sangat memalukan.
Jihan di samping menambah nambah
cerita, "Kak Seno, aku rasa hubungan Nindi sama pria itu pasti nggak
biasa, kalau nggak, kenapa dia bisa bela Nindi?"
"Benar juga, soalnya aku hampir
kenal semua selebriti internet sekarang, tapi nggak pernah denger nama
Nindi!"
Seno meludah, "Nindi itu
perempuan jahat, nanti aku pasti bakal bikin dia nyesel."
"Benar, sekarang kita bisa
bongkar semuanya, soalnya dia bukan selebriti internet, cuma ngandelin pria
buat masuk ke dunia ini. Para senior pasti bakal ngehindarin Nindi."
Sepertinya, Jihan sudah membayangkan
Nindi yang dikucilkan dan dihina.
Seno dan Jihan bersama-sama menyusun
rencana untuk menghadapi Nindi, sambil masuk ke dalam ruangan.
Di sampingnya, Galuh menguping
pembicaraan mereka sambil melirik data tamu.
Satu-satunya penyiar yang tidak
muncul, bernama " Lemon Manis".
Apakah itu Nindi?
Galuh mengeluarkan ponsel dan
mengirim pesan kepada Nindi Lesmana, 'Jihan dan yang lainnya sedang
merencanakan untuk mengungkap dan membalasmu, hati-hati ya.'
Nindi menerima pesan dan melirik
sejenak, lalu tersenyum sinis, tampaknya beberapa orang masih belum cukup
belajar dari pengalaman!
Dia berdiri bersama Guntur, sambil
ngobrol dengan beberapa senior yang juga bergabung dalam siaran langsung Drego.
"Nona Lemon, setelah kamu mulai
kuliah, frekuensi siaranmu berkurang, akhir pekan ini juga nggak siaran,
katanya sih karena cedera?"
"Iya, aku kecelakaan dan dirawat
di rumah sakit, untungnya nggak ada yang serius."
Kain perban di dahi Nindi sudah
dilepas, kini tertempel plester yang menutupi jahitan.
"Dengar-dengar putra mahkota
komunitas konglomerat membawa pacar barunya jalan-jalan, sampai mengalami
kecelakaan, tapi masalah itu cepat ditutup, jadi nggak banyak orang yang
tahu."
"Ya, anak dari komunitas
konglomerat itu sangat rendah hati, entah gadis mana yang begitu beruntung bisa
diperhatikan olehnya."
Nindi mendengarkan gosip, putra
mahkota komunitas konglomerat.
Barusan, pengacara keluarga Morris
menelepon dan juga menyebutkan putra mahkota Komunitas Konglomerat!
Sepertinya, Nindi pernah mendengar
tentang orang ini di kehidupan sebelumnya, tetapi keluarga Lesmana dan putra
mahkota Komunitas Konglomerat masih terlalu jauh, mereka belum pernah satu
kelas, dan tidak pernah berinteraksi.
Memberikan sedikit masalah kepada
Keluarga Lesmana sepertinya ide bagus, agar Kak Darren nggak perlu menghadapi
Perusahaan Patera Akasia!
Di sampingnya, Guntur memandang Nindi
dengan tatapan penuh arti, "Kamu kenal sama anak orang kaya dari Komunitas
Konglomerat?"
"Pernah dengar, tapi bagaimana
mungkin aku kenal sama anak orang kaya dari Komunitas Konglomerat?
Guntur masih merasa agak bingung.
Kebetulan sekali, Nindi dan si anak
orang kaya itu juga kecelakaan?
Guntur Zumawan teringat bahwa dia
pernah melihat Nindi muncul bersama putra mahkota di Kota Antaram, apakah dia
salah lihat?
Setelah acara dimulai.
Guntur naik ke panggung,
"Selamat datang semuanya di acara ini, platform siaran langsung Drego dan
Universitas Yasawirya sudah lama menjalin hubungan yang baik, itu sebabnya
acara berlangsung di tempat ini.
Nanti kita akan main game,
teman-teman dari klub-klub kampus, bisa bebas tantang para streamer kita. Yang
menang akan dapat hadiah kecil!"
Nindi meneguk sedikit air dan
menyadari kalau Seno dan Jihan terus memandangnya.
Senyum di mata Nindi semakin lebar,
dia sudah bisa menebak apa yang ingin dilakukan kedua orang itu.
Benar saja, tak lama kemudian Jihan
mengangkat tangan, "Kapten, kami mau menantang Nindi!"
No comments: