Bab 272
Seno tidak berkata apa-apa, tetapi
ekspresinya menunjukkan sedikit kebanggaan.
Guntur terdiam sejenak, "Aku
menyarankan kalian untuk ganti orang."
Tim E-sport akan cukup untuk Nindi
bantai.
Jihan dengan percaya diri berkata,
"Kenapa harus ganti orang? Bukankah aturan game ini bebas memilih streamer
terkenal? Jangan-jangan Nindi merasa cemas dan takut, nggak berani terima
tantangan?"
Nindi tersenyum dan berkata,
"Aku terima tantangannya!"
Guntur memegang mikrofon, "Kalau
ada yang mau cari masalah, ya nggak bisa dihindari, mari kita mulai
gamenya."
Kenapa harus pilih orang lain, kenapa
harus pilih yang paling kuat!
Nindi duduk di depan komputer, dia
melihat Seno datang bersama timnya.
Seno berkata, "Sebelumnya, kamu
bilang mau menantang tim kami satu per satu 'kan? Tapi kamu nggak datang di
akhir pekan, nggak tahu karena alasan apa, tapi kalau sekarang kamu takut, bisa
nyerah aja!"
Setelah mendengar itu, para streamer
yang ada di sekitar Nindi langsung tertawa.
Seno bingung, kenapa mereka tertawa?
Nindi akan kalah kali ini!
Salah satu streamer di belakang Nindi
berkata, " Nona Lemon, tolong ajak aku, aku juga mau dengar
arahanmu."
"Kali ini aku cukup
sendiri."
Nindi tidak mau memberi alasan untuk
Seno dan timnya, kali ini dia mau membuat Seno kalah dengan puas!
Meskipun Seno agak ragu, dia tetap
bawa timnya ke atas panggung.
1 vs 5, Nindi pasti kalah.
Nindi tetap memilih karakter penembak
jarak jauh yang paling dia kuasai.
Begitu permainan dimulai, Nindi
bersembunyi di tempat tertinggi.
Saat Seno dan timnya muncul, Nindi
mulai berbicara, "Formasi tim kalian salah, posisi depan terlalu jauh,
mudah sekali untuk dijerat."
Seno mendengus, "Diam!"
Detik berikutnya, Nindi langsung
menembak dan menghabisi pemain posisi depan.
Senyum tipis muncul di sudut bibir
Nindi, "Lihat ' kan, aku bilang juga apa, kenapa nggak sembunyi?"
Seno dengan marah menatap pemain
depan, "Kamu bodoh ya, kenapa nggak sembunyi?"
"Hei, sekarang kamu nggak punya
waktu buat nyalahin orang, kamu harus sesuaikan taktik, aku' kan penembak jarak
jauh, nggak bisa dekat-dekat!"
"Nindi, diam!"
Nindi langsung menembak mati tim
Seno.
Dia melanjutkan, "Selanjutnya
pembunuhnya, jangan sembunyi, keluar aja bunuh aku, kalau nggak, gimana kalian
mau menang?"
Pembunuh itu tampak bingung,
"Kalau aku keluar, aku langsung mati!"
"Benar, tapi kalau kamu sembunyi
terus juga bakal mati kok, sudah ketemu, selamat tinggal!"
Nindi lagi-lagi menghabisi satu
orang.
Setiap kata yang keluar dari mulut
Nindi langsung menghabisi satu orang dari tim Seno, seperti iblis.
Sekarang tinggal Seno saja.
Seno sudah hampir gila, dia tidak
menyangka kalau Nindi sekuat itu!
Apa mungkin dia curang dari awal?
"Aku bilang, kamu nggak cocok
main karakter itu, game selesai!"
Nindi langsung menuju Seno dan dengan
mudah mengalahkannya, bahkan Seno tidak sempat melawan.
Seno menatap layar komputer, wajahnya
pucat, keringat membasahi seluruh tubuhnya, "Nggak mungkin!"
Jihan berteriak, "Nindi, pasti
kamu curang 'kan?"
Kalau tidak, mana mungkin Nindi
sehebat ini!
Di sampingnya, dengan sinis Guntur
berkata, "Seno, kamu nggak baca daftar tamu undangan, ya? Nggak tahu siapa
Nindi sebenarnya?"
Seno terbata-bata, "Dia ... dia
siapa sih?" Apakah Nindi benar-benar seorang Master?
No comments: