Bab 1998
Wafa sontak terkejut, lalu mengernyit
sambil berkata, "Kalangan atas itu musuh, tapi kamu masih mau menjalin
hubungan baik dengan mereka? Kamu bisa masuk ke perbatasan keempat saja sudah
melanggar aturan."
Saka menggelengkan kepala sambil
memutar bola matanya, lalu berkata, "Dia bukannya takut, tapi cuma mau
memberikan kesempatan kepada orang lain."
"Maksudnya?" tanya Wafa
dengan bingung.
"Dia itu ingin menantang batas
kemampuannya," jawab Saka sambil tersenyum. "Dan untuk melakukan itu,
tentu saja dia butuh lawan. Dia bukannya ingin merebut kesempatan ingin orang
lain, tapi dia justru berharap ada lawan yang cukup sepadan untuk melawannya
supaya kemampuannya makin terasah."
"Kalau nggak begitu, hidupnya jadi
nggak begitu berarti."
Shawn ternyata sepercaya diri ini?
Wafa merasa agak kaget.
Shawn pun menatap Saka dengan agak
bingung." Kamu ternyata sangat memahamiku?"
Apa yang Saka katakan itu persis
seperti yang dia pikirkan.
"Aku cuma dengar-dengar reputasimu,"
jawab Saka sambil tersenyum. "Kamu pasti merasa kesepian setelah Adriel
pergi."
Shawn pun terdiam sesaat, lalu
mengangguk sambil tersenyum kecil. "Aku nggak merasa ada yang berbeda
sewaktu dia masih hidup, tapi sayangnya aku nggak pernah menemukan yang sama
sepertinya lagi setelah dia tiada."
Semua orang yang mendengar kata-kata
ini sontak merasa kesepian.
Orang yang paling penting bagi kita
justru seringnya adalah orang yang kita anggap musuh.
Tiba-tiba, Shawn menatap Saka sambil
berkata, " Tapi, mungkin kamu bisa kuanggap salah satu."
"Mungkin apanya!" sahut
Novea dengan agak gembira, matanya langsung tampak berbinar. "Dia bukan
mungkin lagi, tapi memang salah satu!"
Novea justru takut apabila dunia ini
tidak dilanda kekacauan. Makin kacau, makin baik. Di saat Shawn dan Saka saling
bertarung, mau siapa pun di antara mereka yang mati, tetap saja itu berarti
pesaing Novea kelak berkurang satu orang.
"Yang namanya semangat petarung
itu sama sekali nggak boleh mundur. Kita lihat apakah dia berani lanjut
menantang perbatasan berikutnya atau nggak. Kalau nggak berani, itu berarti
semangat dan kecerdasannya nggak berarti apa-apa. Dia nggak pantas jadi musuhku
ke depannya."
Shawn pun menatap Saka dengan kesan
mendalam.
Semua orang juga menatap Saka dengan
penasaran.
Saka bisa dibilang mendapatkan panen
yang melimpah karena sudah mendapatkan buah liur naga. Jika Saka mundur
sekarang, dia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk bermeditasi dan
berkultivasi agar naik tingkat!
Begitu masuk ke perbatasan
berikutnya, Shawn pasti akan menganggapnya sebagai lawan dan Saka harus
menghadapi tantangan sulit di perbatasan kelima.
"Aku akan bertarung denganmu
suatu saat nanti," kata Saka sambil tersenyum.
Setelah itu, dia langsung melintasi
pohon liur naga itu. Dia mengendalikan energi sejatinya dengan mudah untuk
menahan Renan dan Marina, lalu berjalan maju.
Saka berjalan menuju perbatasan
kelima yang tertutup kabut tebal. Namun, kabut itu perlahan -lahan lenyap
seiring dengan langkah Saka yang mendekat hingga akhirnya terlihatlah sebuah
prasasti kuno yang sudah retak-retak.
Sebuah tulisan tercetak besar-besar
di atasnya.
Perbatasan Mengerikan!
"Aku mau lihat seberapa
mengerikannya," komentar Saka sambil tersenyum.
Shawn pun menatap punggung Saka yang
berjalan pergi sambil tersenyum perlahan. Ini pertama kalinya dia benar-benar
tersenyum seperti ini.
"Rencanamu bagus juga. Dengan
begini, dia benar-benar masuk ke perbatasan kelima... "
Novea tersenyum misterius menatap
sosok Saka yang sudah lenyap ke balik kabut tebal itu. "Biarkan saja dia
menantang perbatasan kelima sendiri, kamu tidurlah yang nyenyak..."
Novea merasa ini adalah rencana yang
sangat bagus. Dia sama sekali tidak menyangka ada orang sebodoh ini yang rela
menyimpan buah liur naga supaya musuhnya bisa bertambah kuat.
Shawn pasti tidak akan berani
menantang orang orang dari kalangan atas. Novea yakin Shawn memiliki tujuan
yang sama dengannya. Shawn memancing Saka untuk menantang kematian agar Saka
benar-benar mati dan pesaing Shwan pun berkurang.
Akan tetapi, Shawn sama sekali tidak
mengacuhkan Novea. Dia ikut berjalan menuju perbatasan kelima itu tanpa rasa
ragu!
"Apa yang mereka lakukan!"
pekik Novea dengan kaget, sorot tatapannya terlihat bingung. "Apa mereka
berdua sudah gila?"
Wafa juga menatap kedua orang itu
dengan kebingungan. Beberapa saat kemudian, dia akhirnya menggelengkan kepala
pelan sambil berkata, "Aku benar-benar nggak paham dengan jalan pikiran
mereka. Kalau boleh memilih, aku lebih memilih nggak masuk ke perbatasan
kelima."
"Kamu juga ingin masuk?"
tanya Novea dengan kaget.
"Apa boleh buat..."
Wafa menghela napas kecil, lalu
berjalan maju.
Novea sontak tertegun. Dia tercengang
menatap kabut tebal yang sudah menelan sosok Wafa, Saka dan Shawn itu, lalu
menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Dasar tiga orang gila..."
"Iya," timpal Julio sambil
menghela napas pelan. Dia pun memetik salah satu buah liuar naga dan memakannya
dengan lahap, lalu berkata dengan bingung, "Apa sih yang mereka bertiga
pikirkan? Kita saja kesulitan menangani perbatasan kelima, apalagi orang luar.
Pasti lebih sulit lagi."
"Oh ya, kamu benar-benar nggak
mau menjadikan dia suami?"
Novea sontak terkejut, tetapi lalu
berpikir sejenak walaupun pada akhirnya hanya bergumam dalam hati, "Pria
satu itu punya hawa nafsu yang kuat. Sepertinya nggak masalah juga kalau dia
terus berada di sampingku..."
Di saat mereka sedang sibuk
mengobrol, mereka tidak menyadari bahwa ada sedikit demi sedikit darah yang
menetes ke atas tanah dan seketika meresap ke dalamnya.
No comments: