Bab 1999
Siaran langsung Julio sudah ditutup.
Di sisi lain, semua orang sibuk
membicarakan apa yang terjadi di berbagai tempat di Gunung Reribu.
"Apa mereka bertiga bisa
melewati perbatasan kelima?"
Saat ini, Saka sudah menciptakan
sejarah. Apabila dia juga bisa melewati perbatasan kelima... Mereka bahkan
tidak berani membayangkannya.
Jika kabar ini tersiar, bisa-bisa
semua orang di Kota Elang sampai terjungkal dari kursi masing-masing saking
kagetnya, bukan?
Setelah Adriel tewas, sekarang muncul
lagi Saka yang sudah seperti iblis itu. Apa nasib akan benar -benar berubah?
Sementara itu, para penghuni Sungai
Causta lainnya juga merasa begitu bersemangat dan tidak sabar.
Hanya Wennie yang menatap Cecil
dengan agak khawatir sambil bertanya, "Kira-kira apa rintangan yang akan
ada di perbatasan kelima?"
"Mana kutahu, aku saja nggak
dianggap penting oleh keluargaku..."
Cecil menjawab dengan nada murung,
"Tapi, ada beberapa orang dari keluarga Dimasta yang berhasil kembali dari
perbatasan kelima. Walaupun mereka punya kesempatannya, tingkat kekuatan mereka
nggak pernah membaik dan mereka stagnan di situ saja."
"Padahal mereka semua awalnya
adalah para genius yang menjadi pusat perhatian dunia..."
"Apa itu akhir nasib dari
orang-orang keluarga Dimasta?"
Wennie bertanya dengan tidak percaya.
Perlu diketahui, mereka yang berasal dari ketujuh keluarga besar dan keluarga
kerajaan pasti akan mendapatkan perlakuan istimewa.
"Iya..." jawab Cecil dengan
suara pelan. "Saka dan yang lainnya pasti akan menghadapi tantangan yang
lebih berat."
Semua orang mendadak merasa risau.
"Kita harus percaya
padanya," kata Wennie sambil menggertakkan gigi. "Dia itu
satu-satunya orang yang bisa menyamai Adriel!"
"Kalau Adriel ada di sini,
Adriel pasti bisa melewati tantangan itu. Mungkin saja Saka juga bisa!"
Wennie merasa yakin dengan Saka bukan
karena apa yang telah Saka lakukan, tetapi karena dia bisa melihat sedikit
kemiripan antara Adriel dan Saka!
Sementara itu, di luar.
"Leluhur Jayub, sepertinya
memberikan kemudahan seperti ini kepada Adair bukanlah sesuatu yang begitu
baik, 'kan? Hal seperti ini mudah sekali menimbulkan kontroversi..."
Ekspresi si tetua dari keluarga
Atmaja juga tampak agak khawatir setelah menyaksikan siaran langsung itu.
Lebih tepatnya, Adair mampu melintasi
perbatasan kelima dan langsung ke perbatasan akhir berkat campur tangan tak
terlihat dari Jayub.
Namun, ini adalah tindakan yang agak
melanggar aturan. Apa pantas melakukan hal semacam ini demi calon menantu?
"Tantangan di Perbatasan
Menakutkan kali ini berbeda dari yang sebelumnya. Guru Negara sendiri yang
merancangnya," jawab Jayub dengan ekspresi dingin.
"Guru Negara?"
Si tetua dari keluarga Atmaja sontak
membelalak kaget.
Guru Negara memiliki pembawaan yang
sangat tegas dan bukan tipe orang yang suka ikut campur.
Namun, begitu turun tangan, pasti kan
mendatangkan kesulitan. Pantas saja Jayub terpaksa bertindak curang...
Tepat pada saat itu, ponsel Jayub
tiba-tiba berdering. Kelly meneleponnya melalui panggilan video.
"Leluhur Jayub, kenapa Leluhur
malah memberikan kemudahan kepada Adair? Hal ini justru akan merusak reputasi
keluarga Atmaja!"
Kelly bertanya dengan kesal.
"Kamu mempertanyakan
tindakanku?"
Jayub menyahut dengan dingin.
Kelly sontak terkesiap, lalu berkata
sambil menundukkan kepala, "Tentu saja aku nggak berani begitu. Aku hanya
merasa kejadian ini akan merusak reputasi keluarga Atmaja. Aku kesal karena
jadinya memberi jalan buat orang luar."
"Kamu 'kan wanita, kamu nggak
bisa menopang keluarga Atmaja," sahut Jayub sambil mengernyit." Adair
itu pilihan terbaik..."
"Maaf, Leluhur, tapi apa Leluhur
bersedia mengalah seandainya aku bisa mendapatkan calon suami yang lebih
baik?" tanya Kelly secara tiba-tiba.
Jayub sontak terkejut, lalu menjawab
dengan sorot tatapan yang terlihat agak bingung, "Tentu saja boleh kalau
memang kamu bisa mendapatkan calon yang lebih baik daripada Adair. Tapi,
memangnya ada orang seperti itu?"
"Pasti akan muncul!" jawab
Kelly sambil menggertakkan giginya.
Di sisi lain, Saka sudah berada di
dalam kabut tebal hingga tubuhnya benar-benar tertutup kabut. Tidak ada batas
apa pun di sekitarnya.
"Renan dan Marina ke mana?"
Saka menatap sekelliling dengan
bingung.
Sewaktu masuk ke sini dan menoleh,
tiba-tiba Marina dan Renan yang berada di sampingnya menghilang begitu saja.
Saka tidak bisa melihat apa yang ada di balik kabut tebal ini.
Dia terus berjalan kembali ke tempat
semula dan berputar-putar di tempat. Dia bahkan tidak bisa melihat pohon liur
naga lagi.
No comments: