Bab 2000
Suasana di sekitarnya terasa aneh dan
sunyi senyap.
"Mengerikan juga, ya, apa-apa
nggak kelihatan..."
Saka sontak merasa agak kebingungan.
Dia awalnya mengira perbatasan ini adalah ujian keberanian, di manal iblis atau
monster mengerikan akan muncul.
Saka sama sekali tidak takut dengan
semua hal itu, tetapi sekarang tidak ada apa-apa di sini...
Tiba-tiba, Saka melihat langit
perlahan-lahan berubah menjadi gelap..
Sesaat kemudian, hujan mulai turun.
Saka pun mengusap pipinya yang terasa basah, lalu tertawa kecil. Apa lagi ini
yang akan dimulai?
Saka membiarkan tubuhnya diguyur
hujan. Dia berdiri sambil memegang pedangnya dan memandang sekeliling dengan
percaya diri. Dia yakin bisa menghabisi setiap makhluk jahat yang menyerangnya
hanya dengan satu kali tebas!
Tiba-tiba, Saka tertegun karena ada
sebuah mobil yang melaju ke depan menembus hujan!
Jalan pun mendadak muncul. Saka
refleks menengadah dengan kaget dan mernandang sekeliling. Gedung-gedung
pencakar langit tiba-tiba sudah mengelilinginya, sementara lampu pinggir jalan
menerangi malam yang gelap di tengah guyuran hujan.
Mobil-mobil pun melaju dengan cepat
di depan Saka.
Saka tertegun menatap pemandangan di
depannya. Ini Kota Silas!
Saka menatap pedang di tangannya dan
sorot tatapannya akhirnya terlihat curiga.
Sepertinya dia terjebak dalam ilusi.
Dia terjebak dalam ilusi tanpa suara
ini. Selain itu, ilusi ini tampak begitu nyata dan hebat.
Namun, kenapa mendadak bisa muncul
ilusi seperti ini...
Di saat Saka sedang kebingungan,
tiba-tiba sebuah mobil hitam nan mewah melesat begitu dekat dengannya. Mobil
itu melaju di hadapan Saka dan menyemburkan air hujan yang menggenang di
pinggir jalan ke tubuh Saka sehingga basah, lalu terus melaju ke depan.
Namun, Saka refleks memicingkan mata
saat melihat sosok kedua orang tuanya di dalam mobil!
Sebuah truk besar melaju ke depan
dari belakang mobil itu sambil membunyikan klaksonnya dengan kencang!
Hujan yang turun di malam hari,
ayahnya ...
Rasanya jantung Saka seperti berhenti
berdetak selama sepersekian detik. Matanya terbelalak karena hari ini adalah
hari kematian orangtuanya!
Saat melihat truk itu menuju Dito dan
istrinya, rasa takut yang mencekam pun menjalari benak Saka. Dia refleks
melompat ke arah truk itu!
Duak!
Truk itu menabrak si mobil sedan
hitam dengan kencang!
"Jangan!"
Saka refleks berseru dengan marah.
Melihat kembali pemandangan ini membuat Saka merasa seperti berada di TKP. Dia
menyaksikan sendiri tragedi yang terjadi!
Ibunya tewas di tempat, sementara
ayahnya keluar dari dalam mobil dengan susah payah. Ayahnya terlihat begitu
menderita.
Saka akhirnya mengerti kenapa tempat
ini dinamakan Perbatasan Mengerikan!
Karena tempat ini memunculkan
ketakutan terdalam dari setiap penantang. Mereka harus bisa mengalahkan rasa
takut ini!
Bagi Saka, tempat yang paling dia
takuti bukanlah saat dia disiksa di ruang bawah tanah, tetapi hari kematian
kedua orang tuanya!
Karena Saka kehilangan segalanya
setelah hari itu dan dia merasa sangat menderita.
Di tengah malam yang hujan ini,
tiba-tiba muncullah seseorang yang mengenakan gelang berbentuk ular. Orang itu
memperhatikan Dito yang merangkak keluar dengan kondisi terluka parah!
"Takut? Memangnya kamu
siapa!"
Saka kembali berseru dengan marah.
Dia sudah mencapai tingkat langit tahap kesembilan, jadi dia tidak takut lagi
dengan semua orang ini!
Orang berpakaian hitam itu pun
mengeluarkan sebilah belati hendak menusuk ayahnya!
Tepat pada saat itu.
Ctaar! Pedang petir pun berkilat, di
baliknya ada sesosok wajah yang basah diguyur hujan, tetapi terlihat garang dan
marah.
"Ayo sini bertarung denganku!
Sini kamu!"
Waktu itu Saka tidak berani
menghadapi rasa takutnya, tetapi sekarang kekuatannya sudah cukup. Sebagai
seorang gagah perkasa yang sudah mencapai tingkat langit tahap kesembilan, dia
akan menghabisi pembunuh itu dengan mudah!
Kilat yang menyilaukan pun membelah
malam yang gelap itu!
Namun, begitu pedang itu menerangi
langit malam dan mengenai si pembunuh, sosok pembunuh itu mendadak berubah
menjadi ilusi. Cahaya pedang juga menembus melewati pembunuh itu.
Jlebb!
Tubuh Dito pun ditikam belati.
Darahnya mengalir bercampur dengan air hujan, sementara lengannya terkulai
lemah di pinggir jalan.
Bola mata Saka berputar, lalu dia
kembali lagi ke titik awal.
No comments: