Bab 2001
Dalam tatapan putus asa Saka, sebuah
mobil mewah berwarna hitam melaju dengan tawa riang kedua orang tuanya, menuju
kematian yang tak terhindarkan!
Lagi!
"Kenapa? Aku sudah mengayunkan
pedangku, mencoba menghancurkan ketakutan ini. Kenapa aku masih nggak bisa
melewati ini?! Kenapa aku nggak bisa lolos?" raung Saka dengan penuh
amarah di tengah derasnya hujan malam.
Pemandangan ini, cukup sekali saja
untuk mengiris hatinya. Melihat orang tuanya mati tepat di depan matanya
sementara dia tidak bisa berbuat apa-apa, adalah luka yang tidak pernah sembuh.
Setiap kali dia mengalaminya, rasa sakit itu menusuk seperti ribuan bilah
pedang menghujam ke dalam jiwanya.
Namun, suara hujan tetap bergemuruh.
Dari kejauhan, sebuah truk besar membunyikan klaksonnya yang memekakkan
telinga, melaju dengan kecepatan mengerikan menuju arah itu!
"Jadi masalahnya kekuatanku
belum cukup untuk menghancurkan ilusi ini, ya? Baiklah! Kalau begitu, coba
ini!" teriak Saka.
Lalu, dia melepaskan seluruh ilmu
bela dirinya. Dengan pedang terangkat, dia melompat!
Dia menebas ke arah truk besar itu
dengan segenap tenaganya!
Serangan penuh kekuatan dari seorang
tingkat langit tahap kesembilan, dipadukan dengan pedang setengah jadi tingkat
langit yang memancarkan kilat dahsyat, menghancurkan kegelapan seperti naga
petir yang mengamuk, memekakkan udara dan menciptakan badai cahaya.
Setiap ilusi pasti memiliki batas
kekuatan!
Jika ini adalah Kota Silas yang
sebenarnya, setengah jalan ini pasti sudah terbelah oleh tebasannya!
"Hancur!"
Suara raungan Saka menggema seperti
guntur. Kilat menyambar liar, menerangi setengah jalan yang kini dipenuhi
cahaya petir.
Namun, pada detik berikutnya, truk
besar itu melaju keluar dari badai petir tanpa satu pun goresan.
Dengan suara gemuruh yang memekakkan,
truk itu melaju lurus menuju mobil kedua orang tuanya, lalu menghantamnya tanpa
ampun!
Meskipun tahu ini hanya ilusi, pupil
mata Saka tetap menyusut, wajahnya yang basah oleh hujan tampak semakin pucat.
Beberapa detik kemudian, sosok pria
berbaju hitam muncul di tengah hujan, tepat waktu seperti sebelumnya. Dia
berjalan perlahan menuju Dito, yang baru saja merangkak keluar dari mobil yang
ringsek.
"Baiklah, jadi ini belum cukup,
ya?"
Saka menatap tajam ke arah pria berbaju
hitam itu. Dalam sekejap, tubuhnya mulai bersinar dengan simbol-simbol
misterius yang berkedip dan memudar!
Teknik Penerobos Surgawi, segel
pertama, aktifkan!
Aura Saka meledak naik, simbol-simbol
itu berkilauan di seluruh tubuhnya. Dalam sekejap, dia mencapai tingkat master
ilahi setengah langkah!
"Sekarang, ini pasti
cukup!"
Dia tidak percaya bahwa perbatasan
kelima ini bisa seberat ini, bahkan kekuatan master ilahi setengah langkah
tidak bisa melewatinya!
Dengan pedang setengah jadi terangkat
tinggi, dia mengayunkan serangan ke arah pria berbaju hitam itu.
Namun, pada saat berikutnya, pria
berbaju hitam itu tetap berhasil membunuh Dito tanpa hambatan. Serangan pedang
Saka yang telah dipadukan dengan kekuatan segel pertama itu melewatinya seperti
bayangan, sama sekali tidak memberikan dampak apa pun.
Adegan di depannya kembali berubah.
Saka mendapati dirinya kembali berdiri di tempat semula, seolah-olah semua yang
terjadi barusan hanyalah mimpi belaka.
Seluruh kekuatan dahsyatnya terasa
seperti ilusi yang hampa.
"Serangan tadi cukup kuat untuk
membunuh seorang master ilahi setengah langkah, tapi masih belum cukup? Kamu
pikir aku ini mainanmu?" teriak Saka dengan marah.
Suaranya menggema di tengah malam
yang basah oleh hujan.
Sebenarnya, Saka tidak akan sampai
kehilangan kendali seperti ini. Namun, hanya dengan menyaksikan kematian tragis
orang tuanya dua kali saja, pikirannya mulai goyah, seperti kapal yang
terombang-ambing di tengah badai.
Apa ini semua untuk memaksaku menggunakan
segala cara yang kumiliki?
Segel keempat Teknik Penerobos
Surgawi, mungkin itu adalah satu-satunya harapan.
Saka mengerutkan alisnya, tetapi ada
rasa ragu yang tidak bisa dia abaikan.
"Kalau memang begitu, bukankah
perbatasan ini terlalu sulit? Siapa yang bisa melewati ujian seperti ini?"
pikirnya dalam hati.
Dia mulai menyadari sesuatu. Meski
setiap perbatasan sebelumnya terasa berat, semuanya memiliki tujuan yang jelas.
Perbatasan kedua menguji keteguhan
hati.
Perbatasan ketiga menguji kekuatan
fisik dan keberanian untuk bertahan.
Perbatasan keempat murni menguji
kekuatan tempur.
Namun, perbatasan kelima yang disebut
Jalan Ketakutan. Sepertinya sama sekali tidak berhubungan dengan kekuatan.
Jadi, inti dari ujian ini bukan
kekuatan, tetapi ketakutanku sendiri?
Saka menatap mobil mewah itu untuk
ketiga kalinya melaju di tengah hujan deras. Rasa takut kembali menyusup ke
hatinya, tetapi wajahnya justru menjadi semakin tenang, seperti permukaan air
yang membeku.
Dia tiba-tiba mengalihkan pandangannya
ke arah truk besar yang melaju cepat ke arahnya di tengah hujan malam itu. Kali
ini, dia tidak bergerak, tidak menyerang, tidak melakukan apa-apa.
Dia sadar cara terbaik untuk
mengalahkan ketakutan, adalah dengan menghadapinya.
No comments: